🍂02

11.8K 986 64
                                    

Vote and komen kalo udah baca ya❤

Happy reading
_____🍂🍂____

Pagi kembali datang dan sang surya kembali menyapa dengan sinarnya.
Bintang sudah siap-siap dengan seragam sekolahnya, dirinya berdiri di depan cermin sambil menyisir rambut hitam legamnya. Sesaat, netra indahnya terpaku pada pantulan cermin yang menampakkan rona pucat pasi di wajahnya.

Bintang menghela nafas pelan lalu  mendudukkan dirinya di tepi kasur. Badannya lemas tak bertenaga, kepalanya pusing dan perutnya seperti di aduk-aduk.

Setelah selesai sholat subuh tadi dirinya sempat muntah beberapa kali. Tak ada yang keluar selain cairan bening dan sedikit darah yang bercampur di dalamnya.

Setelah merasa sedikit baikan, Bintang mengambil tas ranselnya dan buku kecil di atas nakas lalu turun ke bawah, disana sudah ada Langit yang duduk di meja makan sambil menikmati sarapannya. Bintang tersenyum lalu tangan kurus nya bergerak membuka lembaran kertas dan mulai menulis sesuatu di sana.

Setelah selesai, Bintang berjalan mendekati Langit, menaruh kertas itu di depan sang abang. Bintang tersenyum lalu kakinya mulai melangkah menjauhi Langit lantas segera keluar dari rumah itu menuju halte.

Dan ya, Farhan belum pulang. Bintang bahkan menunggunya sampai larut malam tapi Farhan menelfon bahwa dirinya tidak bisa pulang karna ada pekerjaan mendadak.

🍂🍂

Langit selesai dengan sarapannya, tangannya bergerak mengambil lembaran kertas yang di berikan Bintang tadi. Langit terpaku menatap isi dari kertas itu.

"Selamat pagi abang. Bintang berangkat duluan ya, abang hati hati. Bintang kesekolah naik angkot, hehehe!  Seru banget loh, Bang! Bintang udah gak takut lagi. By, abang.

Bintang :')

Langit meremas kuat kertas itu lalu menggebrak meja dengan keras.
Rahangnya mengeras, dadanya sesak membaca serentetan kalimat yang di tulis Bintang.

Langit masih ingat betul bagaimana dulu Bintang di culik oleh orang suruhan omanya menggunakan angkot saat Bintang main di pinggir taman,
Bintang di culik selama seminggu, di sekap di sebuah gubuk tua.
Dan saat mereka menemukan bintang,  Bintang harus koma selama satu bulan di rumah sakit dengan memar di seluruh badannya.

Langit menyambar tasnya lalu keluar dari rumah terburu-buru menuju garasi, mengeluarkam motor nya.
Dirinya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi hingga sampai di halte.

Dilihatnya Bintang yang sedang di marahi dan di dorong oleh supir angkot membuat api di matanya kembali menyala. Langit turun dari motornya dan berjalan mendekati supir angkot lalu melayangkan satu bogeman mentah tepat di rahang sopir itu.
Bintang yang melihat itu mematung dengan jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Dirinya takut akan perkelahian.
Bintang memiliki trauma akan hal itu.
Bintang tersentak saat tiba-tiba ada tangan yang menarik pergelangan tangannya dengan kasar.
Bintang tidak memberontak, dirinya pasrah saja saat langit menyeretnya dengan kasar menuju motornya.

"Sialan, bego,  tolol, bangsat, kenapa gak lo lawan sih, Hah?! Kenapa gak lo balas waktu dia maki-maki lo, Hah?"
cerca Langit lengkap dengan emosinya yang masih membara.

Bintang menunduk, meremas erat-erat ujung tali tas nya, dalam hatinya Bintang bertanya. Apa abangnya lupa, jika adiknya yang istimewa ini tidak bisa berbicara?

Langit terus saja mengumpatinya,  memarahinya di depan umum, Bintang sedih, tapi Bintang juga bahagia, bahagia karna Langit masih peduli padanya meski dengan cara kasar seperti ini.

"Naik, cepetan!" bentak Langit saat melihat Bintang masih menunduk di depannya.

Bintang mengangkat kepalanya lalu mengangguk lantas segera menaiki motor abangnya.

Dalam hatinya ia selalu berpikir, jika hidupnya memang tidak pernah berguna sama sekali. Ia cukup sadar diri, mengingat dirinya bukanlah orang yang sempurna. Tapi bukankah manusia memang tidak ada yang sempurna sama sekali? Tapi kenapa rasanya baik tuhan maupun semua orang tidak pernah bersikap adil?

Bintang menghela nafas seraya tersenyum lirih. Netranya ia gunakan untuk mengamati kendaraan yang berlalu lalang. Hari ini lagi-lagi ia berangkat sekolah bersama Langit. entahlah, Bintang sendiri bingung. Haruskah dirinya bahagia atau sebaliknya?

Karena jujur, perkataan sarkas milik Langit tadi masih lumayan membekas di hatinya. Entah kenapa, tapi dirinya sendiri bahkan masih bingung. Bukankah ia sudah terlampau sering menerima perlakuan buruk dari Langit? Tapi kenapa rasanya tetap sakit? Bukankah seharusnya ia kebal? Tapi nyatanya ia masih lemah.

Lagi-lagi Bintang menghela nafas pelan seraya menatap punggung tegap Langit dengan tatapan sendu. Ia tersenyum miris saat mengingat bagaimana sikap serta sifat Langit selama ini. Tapi meskipun begitu, hal tersebut sama sekali tidak membuat Bintang membenci Langit. Baginya, Langit tetaplah alasannya untuk tetap bertahan.

Saat ini ia hanya bisa berharap, berharap jika suatu saat nanti Langit mau menerimanya, Langit mau menganggapnya dan Langit bisa menyayanginya.

Sederhana bukan? Bintang tidak pernah mempermasalahkan kekurangan yang ia miliki. Ia tidak pernah peduli jika orang orang mulai mengatainya bahkan mencaci maki fisiknya. Tapi jika itu Langit? Kenapa rasanya sangat sakit?

Saking asiknya Bintang melamun, bahkan ia sampai tidak sadar jika ia sudah sampai di sekolah. Dan tanpa mengulur waktu lebih lama lagi Bintang langsung turun dari motor Langit seraya menatap sosok tersebut pelan. Ia mengulum senyumnya tipis saat Langit mulai membalas tatapannya.

Sedangkan Langit? Sosok itu hanya bisa menghela nafas pelan seraya menatap jengah sosok di depannya ini.

"Ngapain masih disini? Buruan pergi. Lo pikir gue mau jalan bareng sama lo?" ujar Langit ketus seraya berdecak kesal sedangkan Bintang? Laki laki itu hanya tersenyum pelan sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya menurut. Ia menghela nafas pelan sebelum akhirnya memilih membawa langkahnya pergi meninggalkan Langit.

Bintang memejamkan matanya sejenak, seharusnya ia sadar diri. Siapa dirinya sebenarnya. Seharusnya Bintang sadar jika Langit pasti malu jika semua orang tau jika dirinya berangkat bersama dengan orang bisu. Seharusnya Bintang sadar bukan?

Ia menghela nafas pelan seraya berusaha menghalau rasa sesak di dadanya, bahkan rasa pening serta mual yang sejak tadi ia rasakan belum sepenuhnya hilang. Ia memegang kepalanya pelan sebelum akhirnya ia memilih membawa langkahnya sedikit berlari menuju toilet.

Lagi-lagi Bintang harus merasakan mual serta kepalanya yang mendadak pening. Bahkan wajahnya pun kini semakin pucat, Bintang ingin meminta pertolongan tapi apa daya? Jangannya berbicara, bergerak saja rasanya Bintang sudah tidak kuat lagi.

Bintang jatuh terduduk dengan tangan yang ia gunakan untuk memeluk lututnya. Rasa pening di kepalanya serasa semakin menjadi. Entahlah, Bintang sendiri tidak tau dirinya kenapa. Yang jelas akhir-akhir ini dirinya selalu merasakan hal-hal aneh yang terjadi pada tubuhnya.

Ia membenamkan kepalanya seraya meremas perutnya saat merasakan sakit luar biasa pada perutnya. Belum lagi rasa pening di kepalanya yang justru membuat Bintang semakin kewalahan untuk menahan rasa sakitnya. Bintang menghela nafas pelan, rasanya ia ingin menangis saat ini juga. Tapi tidak bisa, saat sakit ini begitu menyiksanya.

Bintang menatap sekelilingnya dengan gusar. Semua terlihat buram di pengelihatannya. Bahkan sesekali Bintang juga ikut meringis pelan sebelum akhirnya kesadarannya hilang pada saat itu juga. Bintang pingsan, dan tidak ada satu orangpun yang mengetahui keberadaannya saat ini.

🍂🍂
C Y R

Gimana ?
Koment ya🤗

See you next part👋❤

cahaya yang redupWhere stories live. Discover now