3 - Game

216 34 3
                                    

Sudah jadwal tetap bagi Bian untuk bermain game di hari Minggu. Ini merupakan kesepakatan yang sengaja dibuat oleh Airin dan Bian agar setiap weekend tidak ada cekcok tak penting dari keduanya, terutama Airin karena Bian akan lupa waktu jika sudah bermain game, sampai-sampai Airin kesal karena apapun yang Airin katakan tidak akan digubris sama sekali oleh Bian.

Surat Kesepakatan itu sengaja dibuat di kertas A4 yang bertandatangan keduanya serta dipajang dalam sebuah frame di dinding ruang TV. Iya, berjajar dengan foto-foto Airin dan Bian lainnya.

Sudah lebih dari 4 jam Bian bermain game di komputernya dan selama itu pula ruang TV dihiasi oleh pekikan serta makian dari Bian.

"A.. Aa.. Aaaa..CATRA TOLOL! YANG BENER DONG MAINNYA AN...."

"Bian mulutnya,"

"Cur.. hampir aja mati,"

Selain membuat perjanjian tentang jadwal bermain game, terdapat pula beberapa aturan yang harus ditaati, salah duanya adalah tidak boleh berkata kasar dan berteriak berlebihan karena akan mengganggu penghuni apartemen lainnya.

Jadi, jika Bian sudah lepas kendali, Airin akan menegur Bian, dengan cara yang sopan dan tidak membuat emosi tentunya. Ini juga merupakan aturan yang harus ditaati.

Hari sudah hampir sore ketika Bian akhirnya sadar jika perutnya sudah keroncongan. Ia baru ingat kalau dirinya melewatkan jam makan siang.

Ia sudah menyelesaikan game dengan kemenangan telak di timnya. Walaupun Catra, sahabat sekaligus partner bermain gamenya, beberapa kali membuat kesalahan namun ia cukup puas dengan hasil permainan hari ini.

Dilihatnya Airin yang sedang duduk santai di sofa sambil bermain handphone. Kemudian ia mendekati Airin dan mengintip apa yang sedang dilakukan oleh gadisnya.

Airin tengah bermain game dengan sangat serius. Hal ini sudah menjadi rutinitasnya sejak kesepakatan itu dibuat. Karena merasa capek hati selalu diacuhkan oleh Bian jika sedang bermain game, akhirnya Airin memutuskan untuk men-download Cooking Mama di handphonenya agar ia bisa menghabiskan waktu tanpa herus menunggu Bian selesai bermain game.

Bian menyenderkan pucuk kepalanya di pundak Airin. Airin yang masih serius memainkan game tidak mengacuhkan Bian sama sekali. Dia sedang dalam mode tanggung karena batas waktu yang hampir habis sedangkan pelanggan di game-nya masih banyak.

"Rin," Bian mencoba mengalihkan perhatian Airin. Airin benar-benar serius dan tidak menjawab panggilan dari Bian.

"Rin," panggil Bian sekali lagi. Kali ini kepalanya sengaja ia dongakkan agar dapat melihat wajah Airin yang sedang serius sampai mengerutkan keningnya.

"Irin, laper," ucap Bian. Kali ini ia sengaja merengkuh Airin, setidaknya gadis itu harus menjawab panggilannya. Airin hanya menganggukkan kepalanya tanpa benar-benar menjawab panggilan Bian.

"Rin, aku laper banget mau makan,"

"Ya makanlah," jawab Airin tak acuh. Bian memajukan bibirnya, mencari cara agar Airin segera menyelesaikan permainannya dan memasakkan makanan untuknya.

"Rin coba deh kamu dengerin, cacing aku pada bikin demo. Ribuan ini yang lagi demo,"

"Hm, salamin buat cacing kamu,"

"Yailah," Bian akhirnya menyerah dan malah ikut memperhatikan permainan di handphone Airin dengan mempertahankan posisinya. Airin pun tak bergeming dan tetap melanjutkan permainannya.

Bian akhirnya bosan dan dengan senyum jahil, ia mengecup pipi Airin beberapa kali hingga akhirnya Airin kalah dalam ronde tersebut.

"Ah, Bian! Tuhkan game over!" omel Airin. Padahal tinggal sedikit lagi ia akan menang. Saat dilihatnya Bian hanya cengengesan dan tersenyum lebar membuat matanya tak terlihat, Airin mendorong wajah Bian kesal.

"Ngapain si??"

"Aku laper banget Rin, mau mati," erang Bian.

"Lebay! Bikin mie aja sana ah,"

"Bikinin dong hehe,"

Airin mendelik menatap Bian.

"Eh maksudnya, tolong bikinin dong sayang. Aku laper banget nih," ralat Bian dengan nada merayu. Pantang bagi Airin jika Bian tidak mengucapkan kata tolong saat membutuhkan sesuatu.

"Bi nanti aja deh aku belum laper tapi," ucap Airin lagi dan tengah bersiap untuk melanjutkan game yang kalah barusan.

"Tapi aku lapeeeeer. Tuh tuh kamu harus denger. Tuh, mereka demo Rinnn,"

"Yaudah makan mie kremes dulu aja sana,"

"Aaaaa Airiiiinnnnn. Laper bangetttt, mau mati Rinnn," Bian sudah melorot ke bawah sofa. Sejujurnya ia sangat kesal karena Airin tidak juga beranjak dari duduknya dan sekarang malah mau melanjutkan permainan barusan. Airin melirik Bian yang tengah duduk tak berbentuk di bawah sofa kemudian terbahak.

Ia memang sengaja ingin membuat Bian kesal. Karena biasanya ia yang kesal kalau Bian sudah main game. Itung-itung balas dendam dan agar Bian tau kalau diacuhkan karena bermain game itu gak enak sama sekali.

"Hahahahahahahahhahahahah Bi, kamu harus liat bentukan kamu. Aku foto dulu bentar," ucap Airin bersiap untuk mendokumentasikan bentukan Bian yang tidak karuan. Kedua kakinya terlipat kesamping, setengah badan di atas sofa dengan lengan tak karuan dan juga rambut serta wajah yang kusut. Efek lapar dan jengkel.

"Aaaaa Airin ayo masakkkkk,"

"Hahahahaha, iya iya, duh kamu nih manja banget," ucap Airin yang kemudian bangkit dari sofa dan berjalan ke arah dapur. Bian mengikuti Airin sambil terkekeh senang.

"Hehe, aku mau makan mie goreng pake telor ceplok yaa," pinta Bian sambil terus mengikuti Airin.

"Huuu. Kalo ada maunya aja minta buru-buru. Gak enak kan dicuekin gara-gara main game?" sabda Airin sambil mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak mie. Bian hanya terkekeh tak tau harus menjawab apa. Ini sudah pasti pertanyaan jebakan. Dia memilih untuk mengiyakan daripada Airin tidak memasakkan makanan untuknya.

"Hehe iya iya, tapi kan aku sekarang gak gitu lagi,"

"Mana ada gak gitu lagi. Makanya jangan fokus terus sama game-nya, aku sampe dicuekin,"

"Baiklah Yang Mulia Ratu Airin, Hamba mengaku salah, namun Hamba tidak bisa berjanji untuk tidak mengulanginya," Bian sengaja berpose seperti layaknya prajurit yang ditugaskan untuk berperang. Gerakan tiba-tiba Bian itu sempat mengagetkan Airin, namun akhirnya Airin hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

Bian yang merasa mood Airin untuk berceramah kali ini tertunda, bangkit dan tanpa sadar tubuhnya melompat-lompat kecil sambil terkekeh karena mie buatan Airin sebentar lagi matang.

Airin yang melihat kelakuan konyol Bian hanya bisa tertawa sambil terus fokus ke pancinya, tanpa diketahuinya Bian memeluk pinggangnya dari belakang.

"Udah ya, Yang Mulia Ratu jangan bersabda lagi. Hamba Sahaya laper gak bisa mikir Ratu maunya apa," ucap Bian sambil terus memeluk Airin.

Airin mengangguk sambil tertawa, namun sedetik kemudian ia mendorong tubuh Bian ke belakang menggunakan bokongnya.

"Mas tolong jaga jarak aman ya. Jangan sok manis," ucap Airin yang dihadiahi tawa terbahak Bian. Airin pun hanya geleng-geleng kepala terkekeh mendengar suara tawa Bian yang menurutnya mengundang orang lain untuk tertawa. Bian dan sejuta kekonyolannya.




notes :
Ini Catra, hehe. Seksi ya?☺️

 Seksi ya?☺️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Un Simple Amour [Baekrene Oneshot]Where stories live. Discover now