2 - On Period

293 38 2
                                    


Airin kembali ke meja kerjanya setelah hampir seharian ini ia mengadakan rapat koordinasi dengan beberapa Divisi terkait project baru Perusahaan. Project yang cukup besar itu akan direalisasikan dalam waktu kurang dari sebulan lagi sehingga beberapa minggu ini Airin benar-benar sibuk dengan pekerjaannya.

Airin menghela napas kemudian merenggangkan badannya yang terasa pegal dan sakit. Minggu ini adalah minggu datang bulannya. Setelah hampir seminggu kemarin Bian jadi korban omelan Airin, minggu ini setiap inci badan Airin terasa sangat sakit dan pegal. Ditambah ia harus duduk berjam-jam tanpa jeda selama rapat tadi.

Jam sudah menunjukkan waktu pulang dan Airin memutuskan untuk tidak lembur hari ini karena keadaan badannya yang sudah remuk. Airin butuh kasur. 

Setelah menerjang macetnya jalanan di jam-jam pulang kerja, Airin akhirnya sampai di apartemennya. Ia segera membersihkan diri agar bisa merebahkan badannya dan beristirahat dengan tenang. Untung hari ini hari Jumat, setidaknya ia memiliki waktu untuk sedikit bersantai selama weekend.

Hampir saja Airin memejamkan mata, tiba-tiba pintu depan apartemennya terbuka.

"Iriiiiiiin, abang pulang," teriak pemilik suara yang, bagi Airin sekarang, sangat menjengkelkan. Sudah pasti itu Bian. Tidak mendengar jawaban dari Airin, Bian berjalan menuju kamar dan mendapati Airin sedang bergelung di dalam selimut seperti burrito.

"Ih apanih? Kebab turki?" canda Bian. Airin yang merasa bagian pinggang dan perut bawahnya makin sakit setelah mendengar suara Bian hanya bungkam dan menatap Bian nanar.

"Kebab turki kenapa? Kok diem aja?"

"Duh, Bi. Kamu jangan berisik dong. Aku lagi sakit perut," jawab Airin dengan suara merengek. Dia mau tidur agar perutnya tidak terasa sakit seperti sekarang.

"Kamu sakit perut.. Oh.. Udah masuk tanggal-tanggalnya ya?" Airin hanya mengangguk pelan dan semakin bergelung di dalam selimut. Bian yang daritadi sudah duduk di kasur Airin mengangguk paham.

"Pantes seminggu kemarin galak banget kayak kucing mau kawin, gak berdaya toh minggu ini,"

Airin yang mendengar hal tersebut mendelikkan mata kepada Bian namun ia tidak sanggup membalas ucapan Bian dan hanya bisa mendengus keras. "Duh kamu kalo mau bikin aku kesel nanti nanti aja deh. Daripada kamu bawel, berisik, mending keluar deh. Makin sakit perut aku denger suara kamu,"

"Hahahahahaha kebab turki pedes banget mulutnya. Yaudah mana sini perutnya aku elus-elus biar gak sakit lagi,"

Dengan lembut tangan Bian masuk ke dalam selimut dan mengelus perut Airin. Hangatnya tangan Bian membuat otot-otot perut Airin sedikit lebih rileks. Bian tersenyum begitu melihat wajah Airin yang juga merileks.

"Gimana hari ini di kantor?" tanya Bian membuka pembicaraan. Ia tahu, Airin sedang sibuk-sibuknya karena pekerjaan. Maka itu, seminggu kemarin dia selalu kena omel Airin. Itu pun karena sebenarnya Airin sedang stress.

"Capek Bii," rengek Airin. Kemudian Airin mulai mengeluhkan kegiatannya hari ini dengan tangan Bian yang tidak berhenti mengelus perutnya yang sakit. Bian mendengarkan keluhan Airin dengan seksama sambil menatap wajah Airin dengan lembut.

Kapan lagi Airin, si judes, yang terlihat kuat di luar sebenarnya memiliki sisi manja jika sudah bersama Bian. Mengeluhkan segala hal dan mengomel untuk hal-hal yang tidak penting dengan ekspresi wajah menggemaskan merupakan bentuk quality time sehabis kerja yang sangat dinantikan Bian di pengujung hari. Mengobrol dan menghabiskan waktu dengan Airin benar-benar mengembalikan tenaga yang sudah dikeluarkannya seharian.

"Bi, tolong pakein koyo," pinta Airin lemah. Karena ia merasa sakitnya kali ini tidak juga menghilang. Biasanya, jika Bian sudah mengelus perut dan pinggangnya, rasa sakit itu akan sedikit memudar dan akan benar-benar hilang setelah ia tertidur. Bian mengambil persediaan koyo yang biasa ditaruh Airin di nakas sebelah tempat tidur. Ia membuka bungkusannya dan mulai menempelkan koyonya di bagian-bagian yang ditunjuk Airin.

"Udah enakan belum?" tanya Bian tanpa sedikit pun melepaskan pandangan khawatirnya dari Airin. Ini tidak seperti sakit sakit sebelumnya. Sebagai jawaban, Airin menggeleng lemah.

Bian kemudian naik ke atas kasur, masuk ke dalam selimut lalu menarik badan Airin agar perempuan itu menghadap ke arahnya. Bian mendekap tubuh Airin yang kecil sambil mengelus pelan pinggangnya. Airin memposisikan tubuhnya agar semakin nyaman berada di pelukan Bian. Ia tersenyum senang ketika menghirup aroma baju Bian.

"Hehe anget Bi," tangan Airin menyentuh dada Bian

"Bayar ya pegang-pegang gini," gurau Bian. Tangan Airin yang sedang berada di dada Bian langsung memukul membuat Bian meringis kesakitan. "Ih! Katanya sakit, kok mukulnya kenceng banget?"

"Yang sakit kan perutnya bukan tangannya. Ah udah ah, kamu mah nyebelin," protes Airin yang berusaha untuk membalikkan badannya memunggungi Bian. Bian terkekeh gemas dan tetap menahan tubuh Airin agar tidak memunggunginya.

"Hahahaha engga sayang engga. Duh galak banget sih Mbak Irin. Yaudah tidur ya, ni sambil aku elus-elus pinggangnya biar gak sakit lagi,"

Bian terus mengelus pinggang Airin. Tak lama, terdengar suara nafas teratur Airin, menandakan dirinya sudah tertidur. Bian tersenyum lembut sambil menatap wajah damai Airin yang tertidur lelap.

"Rin, aku mendingan dimarahin terus sama kamu deh daripada harus ngeliat kamu ga berdaya gini," ucap Bian pelan. Ia merapikan selimut di belakang tubuh Airin agar tubuh perempuan itu tidak kedinginan, lalu mengeratkan pelukannya dan mengecup bibir wanita itu lembut.

"Yah sedih juga sih jadi gak dapet jatah mingguan, hehe." lelaki itu terkekeh geli dan kemudian memejamkan matanya.


notes :

halo.. terimakasih untuk teman-teman yang udah vote dan comment. ga nyangka cerita ini bisa dibaca sama orang sih sebenernya haha. btw, aku ga punya jadwal khusus untuk update cerita ini, jadi kemungkinan update ya se-mood atau seadanya ide cerita aja hehe.

kalo ada yang suka sama cerita ini, boleh banget loh di rekomendasikan ke temen-temennya yang emang nyari cerita tentang baekrene. hihi makasih udah baca yaa!^^

Un Simple Amour [Baekrene Oneshot]Where stories live. Discover now