17

2.7K 258 91
                                    

[siapkan earphone, play musik di atas. Enjoyy]

[]

Jakarta, 2015

Tampan berlari di antara ilalang. Harusnya dia nggak kesini. Harusnya Tampan kembali ke pemukiman itu. Minimal bersembunyi di pekarangan orang dan menunggu situasi aman. Tapi terlanjur, otaknya kadung memilih, Tampan malah memasuki area persawahan. Berharap dirinya dianggap menghilang di antara tingginya hektaran ladang jagung.

"Kejar!"

"Nekat banget lo!"

"Woy berhenti!"

"Anjiing napa kesini, dah?!"

"Mancing-mancing lo!"

Tapi Tampan tetap berlari. Meski sepatunya hilang sebelah, kaos kakinya penuh noda lumpur, atau sesekali terjerembab tanah lembek itu.

"Woy berhenti!"

"Jangan sampe ilang, Dit!"

"Sepatu gue!"

"Bacot! Kejarrr!!"

Tampan terengah. Napasnya hanya tinggal selambung. Perutnya sengkil dan nyeri. Anak-anak itu masih mengejarnya. Suara gerombolan itu masih mengekor di belakang. Menghantui sepanjang Tampan memijakan kaki. Tampan kalang kabut. Terus mencari jalan keluar.

Namun ia berhenti mendadak.

Ladang jagung sudah habis. Di hadapannya, tersisa hamparan tanah luas. "Sial!"

"Woy! Kemana lo!"

"Cepet banget anjing!"

"Lurus aja bego!"

Tampan berpikir keras. Nggak ada tempat bersembunyi. Ada sekelebat pikiran untuk kembali ke ladang itu, tapi di lain sisi ia harus dihantui rasanya tertangkap dan kembali dipukuli. Mau nggak mau, dengan perut yang terasa akan meledak, Tampan kembali berlari. Menyusuri sawah kering.

Cara Tampan berlari makin melamban. Terkekik rasa haus dan tekanan kuat di lambung, membuat Tampan jatuh tersungkur. Tampan limbung.

"Bocah tengik jatuh!"

"Tangkep buruan!"

Tampan nggak mampu lagi berlari. Bahkan untuk berdiri sekalipun. Seragam OSIS putih-biru tuanya membaur dengan tanah. Menambah kesan betapa tak terbentuknya baju Tampan. Derap langkah itu makin menjadi. Tampan memejamkan mata. Dan sedetik kemudian tubuhnya dikelilingi banyak pasang kaki. Bayangan mereka mengubur tubuh Tampan. Tampan menyaksikan berpasang-pasang sepatu kumal penuh lumpur berbaris mengelilinginya.

"Hebat juga lo?"

"Anjing nih bocah. Larinya kek setan!"

"Cari dompetnya, Bos! Di saku! Di saku!"

Tampan digeledah. Tubuhnya ditelentangkan.

"Gada. Tasnya periksa!"

"Anak manja kek lo masa sih nggak dikasih duit?"

"Dapet! Dompetnya di tas!"

"Yo maaannn."

"Mana bagi!"

"..."

"Lo punya cepek tapi gak setoran?"

"Hajar, Bos!"

"Duit gue anjing!" tukas Tampan dengan tenaga yang tersisa.

"Masih hidup lo?"

"..."

AKU DAN DIAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang