11

2.3K 245 126
                                    

MAVIN SANJAYA

I didn’t expect jika Teo akan seberani itu padaku. I mean, mengajakku berkelahi. Hell yeah, that’s not my way to defence my self. Well, aku lebih suka main cantik. Caraku lebih elegan! That’s why aku membiarkan Teo meluapkan emosinya padaku. Sedikit ngeri juga sih, Cin.

But kehadiran Kak Tampan makes everything more dramatic! Literally! Demi Fortuna sedang di pihakku sekarang! Aku tersenyum puas. Aku nggak nyangka semua berakhir lebih dari apa yang aku bayangkan. Ibarat memancing, aku langsung dapat dua ikan sekaligus.

Setelah kejadian itu, aku nggak melihat Kak Tampan lagi. Tampan dan Teo menghilang. But I don’t care, sih. Hopefully, aku bisa bertemu Kak Tampan secepatnya, menanyakan apa yang terjadi setelah itu.

Well, I'm a bit curious actually.

Hopefully, sih...

...Lets say...

...putus?

But everything mendadak teralihkan ketika aku di hadapkan pada situasi lain.

Well, yang ini nggak penting-penting amat, sih. Aku diingatkan latihan dance oleh Saniya. Yang katanya akan mengambil waktu hari ini. Pulang sekolah aku langsung ke tempat latihan. Bayangin, nggak mandi!
Parahnya, aku habis olahraga hari ini. Nggak ada kata segar sama sekali di badanku. Roman-romannya pengen buru-buru nyemplung aja gitu kalo lihat air! Luckily parfum Dimas menyelamatkanku. Yaaa meski baunya agak lebay sih. Mirip bapak-bapak mau kondangan! Meh!

Well, ada beberapa part dance yang kami ubah demi menyesuaikan Dimas. But it still doesn’t work! Dimas masih suka salah koreo. Berkali-kali! Padahal kan koreo KARD nggak susah-susah amat? But yeah, aku nggak bisa maksain kemampuan orang. Everyone has their own limit. Dimas salah satunya. Dia nggak gitu bisa dance.

Aku bisa memaklumi. But for Saniya? She has no mercy. Saniya kesel abis sama Dimas.

“Gimana sih, Dim? Konsen, dong!”

“Sori-sori, lagi usaha kok ini!”

"Usaha-usahaa. Usaha tapi salah mulu!"

Saniya cemberut. Jessica diam aja. Sebelum akhirnya Jeje menggidikkan dagu padaku dengan mimik yang susah dijelaskan. Seolah bilang, "Noh temen lo, noh!"

Well, yang awalnya kami kira akan latihan cepet, jadi mulur satu jam. Saniya nggak puas, katanya. She said that dia nggak mau ada kesalahan di pensi nanti. Perfect is a must. Zero mistake. But bitch! Siapa sih yang bakal berharap besar dari acara setingkat pensi sekolah? Suka gagal paham sama Saniya, tuh?

Akhirnya latihan kami kelar. Bayangan air bathtub penuh busa seketika membayangiku. Well, udah ganahaaann!!

Kami berempat serempak pulang. Dimas dan Jeje memutuskan untuk stay lebih lama di kantin. Perut harus diutamakan, katanya. Saniya terpaksa nunggu jemputan. Sedangkan aku langsung menghampiri motorku. Sebelum pada akhirnya aku menyadari kehadiran seseorang.

Bukan, tapi dua orang.

Inget cowok yang pulpennya aku ambil itu?

Ya, dia di sana.

Rona, ya?

And guess what? He’s not alone.

Dia bersama Teo.

Mereka berbincang akrab. Bahkan sempat terkikik. Aku nggak bisa mendengar perbincangan mereka dengan jelas. It’s kinda makes me crazy, sih. Cause mendadak aku sedikit kepo. Mereka jelas nggak lihat aku. Karena aku ngumpet di balik truk barang di parkiran depan lobi.

AKU DAN DIAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang