9.00%

1.4K 259 84
                                    

Sena berlari kencang ke arah utara. Hutan lebat membatasi cahaya matahari untuk masuk menyinari. Keadaan yang sedikit gelap dan sunyi semakin terasa mencekam.

Pendengaran Sehun bekerja lebih baik dan bisa mendengar suara raungan dari beberapa serigala yang berada jauh dari dirinya saat ini.

Belum sampai pada tujuan, sebuah anak panah melesat dengan kecepatan kilat pada Sena. Sena bisa merasakan ujung telinganya yang berdarah.

"Mau kemana, Sehun?"

Seorang pria paruh baya keluar dari persembunyian nya. Tertawa kecil dan tersenyum dengan lebar, "Biarkan anak-anak itu bermain. Jika kau disana, anak-anak itu tidak akan bisa menghadapimu dan itu tidak adil."

Oh Jung-an terkesima melihat wolf Sehun. Ini bukan yang pertama kalinya ia melihat sendiri. Namun ia masih saja terpana, Wolf Sehun terlalu feminim jika ia berada di posisi pemimpin. Rasa benci dalam dirinya semakin menyeruak.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan, Oh Jung-an?"

Oh Jung-an tertawa lagi. Benar-benar merasa lucu. Pertempuran ini seperti komedi klasik, berputar-putar tanpa akhir.

"Aku ingin kematian kalian semua."

"Kau gila."

Oh Jung-an tertawa sambil menarik anak panah dari kantung di punggungnya. Menarik busur dan membidik Sehun yang jaraknya cukup jauh, "Jika aku hanya menginginkan tahta, itu terlalu kecil. Jadi aku ingin hal yang besar, kematian kalian."

Sena menggeram dengan keras. Mata nya memicing dengan tajam, memperhatikan gerak gerik musuh sekecil apapun.
"Yang kau inginkan kematian nya itu adalah keluargamu sendiri."

"Kau terlalu naif dan aku membencimu karena itu. Kau yang tidak tahu apapun dan bersikeras  semua orang itu baik tidak pantas menjadi pemimpin klan besar ini. Kau hanya akan membawa kehancuran." Oh Jung-an terbawa emosi sesaat, tadinya dia hanya akan tertawa dan tertawa untuk membuat Sehun terbakar akan emosinya sendiri. Orang yang termakan emosi akan berubah gegabah dan bodoh.

Oh Jung-an diam-diam melirik ke arah tertentu hingga serigala besar muncul dari sana. Sehun sadar bahwa pria tua ini akan bermain kotor.
Denha, Ken dan yang lain berada jauh di utara dari lokasi Sehun, tentu saja Sehun harus menghadapi ini sendiri.

"Ah, aku belum mengatakan padamu, teman mu cukup manis jika aku jadikan budak." Oh Jung-an tertawa keras setelah mengatakan itu.

Sehun terpancing begitu Oh Jung-an mengatakan kalimat melecehkan pasangan nya. Sena adalah serigala 6 kaki, cukup mudah baginya untuk melompat dan menerkam pria paruh baya yang sombong itu.

Oh Jung-an tidak berkutik sesaat, lompatan Sehun itu terlalu cepat hingga Jung-an tidak bisa membela dirinya.

Geraman dari serigala lain terdengar, Jung-an yang tersudut akibat cekikan dan tekanan serigala Sehun di tubuhnya tidak bisa bergerak. Jung-an menatap kawanan itu dengan tajam lalu sekawanan serigala itu pergi.

Sehun tidak peduli dan terus menekan kaki nya pada tubuh Oh Jung-an.

"Apakah menurutmu ini lelucon?" Sehun memperkuat cekikan nya pada Oh Jung-an yang masih bisa membuka mulutnya untuk tertawa kecil.

"Sehun, apa menurutmu Rora itu baik?"

"Bedebah!"

Dengan suara tercekik Oh Jung-an kembali bersuara, "Aku tidak sendirian. Rora adalah bagian dari ini semua. Ayahmu juga sepertimu, punya pasangan omega."

"Apa maksud mu bajingan?!"

"Aku yang membunuh omega itu. Aku dijanjikan kursi tahta dan orangtua itu berpaling dari janjinya. Kalian benar-benar bodoh. Rora mengawasimu." Oh Jung-an tertawa.

Amarah Sehun yang berkobar kian membara dan Oh Jung-an tertawa sejenak sebelum kepalanya lepas dari tubuh nya.

Sehun menggeram dan melolong keras. Hewan-hewan kecil menjauh berlari ketakutan mendengar geraman buas itu.

Sehun marah. Kenapa dia tidak bisa mengerti hal ini? Kenapa dia terlalu naif?

Jongin.

Terlintas nama Jongin dalam pikiran Sehun, Sena langsung berlari kembali ke tempat persembunyian Jongin.
Rora sengaja melakukan ini karena orangtua itu bisa melihat hal yang akan datang. Dia pasti tahu Jongin akan datang. Dia pasti melihat darimana Jongin datang.

Sehun dan Sena merasa takut. Takut itu kian menyebar hingga hatinya remuk.
Tolong katakan pada Sehun bahwa semua ini hanya minpi.

Sena berlari sekencang yang dia bisa.


.
.
.




.
.


.
Aku gak pernah cerita masalah pribadi pada siapapun. Tapi aku akan curhat sedikit di sini.

Belakangan ini aku mudah sekali merasa tersinggung, sensitive. Entah karena faktor lelah, jenuh atau karena unek-unek yang numpuk di pembuangan sampah tapi belum di buang.
Hal kecil saja bisa membuatku uring-uringan dan marah tanpa jelas. Itu gak baik, I know. Aku sadar tapi tetap gak bisa menahan diri dan meredakan nya.

Solusi saat ini adalah menulis.
Aku banyak menyendiri setelah lepas jam kerja. Banyak minum air putih karena aku gak nafsu makan.

Karena aku akan banyak menulis, mungkin dua hari ke depan work ini akan selesai.

Terimakasih :)

Terimakasih :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang