8,00%

2.1K 370 79
                                    

.
.

Rasanya angin berhembus lembut menyapa  Sehun saat seorang pilihan datang menghampiri.

"Sehun.."

Suaranya seperti anak kecil yang malu-malu.
Sehun tersenyum kecil, "Kamu sudah lebih baik?"

Jongin mengangguk, "Ya."

Dua hari ini ia dirawat dengan baik oleh kakak Sehun. Ibu dan Ayah sudah dihubungi Jongin, mereka merasa lega. Fakta yang ditutupi Sehun adalah cerita tentang pelecehan itu. Jongin juga merasa lega karena jika orangtuanya tahu maka selanjutnya akan buruk. Bukan nya Jongin mau diam saja dilecehkan begitu, namun pelajaran yang diberikan Sehun sudah cukup menurut Jongin.

"Duduk sini." Sehun menepuk batang pohon yang tumbang dimana ia duduk. Memanggil Jongin agar duduk bersamanya.

Perasaan lembut dan sikap manis Sehun meluluhkan Jongin. Jongin pertama kalinya merasa seperti orang nomor satu paling beruntung saat ini.
Rasa malu yang perlahan tampak di wajahnya. Rona itu tipis namun terlihat jelas sekali.

Kenapa omega ini cantik sekali? Sehun bahkan tidak punya jawaban untuk itu.

Jongin duduk.

Mereka saat ini berada di area bermain, lebih tepatnya hutan di belakang rumah Baekhyun. Di tengah hutan, ada lapangan besar. Biasanya keluarga Baekhyun akan bermain disini.
Sehun tadinya sedang memanah sebelum Jongin datang.

"Sepertinya aku akan pulang." Ucap Jongin memecah keheningan.

Sehun menoleh, "Kamu mau pulang?"

Jongin menatap Sehun. Sinar matahari menerangi pria berkulit putih itu. Dia seperti bersinar.

"Kamu tidak nyaman disini? Kalau begitu ayo aku antar."

"Bukan tidak nyaman."

"Lalu?"

"Aku pasti sudah merepotkan dua hari ini. Kak Baek juga pasti punya rencana kegiatan."

"Hei.. siapa yang merepotkan?" Sehun menatap Jongin. "Kamu gak merepotkan Jongin. Aku malah khawatir hampir mati jika kamu malah dirawat sama orang lain."

Jongin menatap dikejauhan. Merasa tersanjung.
Sehun masih menatap Jongin. Omega ini pemalu. Ah bukankah ia adalah kepribadian lain yang terlahir kembali? Sehun baru ingat ini.

"Terimakasih Sehun." Gumam Jongin pelan.

Sehun tidak akan dengar jika saja telinga nya bukan telinga wolf. Gumaman setipis angin itu mendayu.

Tangan Jongin diraih dalam genggaman tangan Sehun. "Kamu masih ingat saat aku bilang kamu mate aku?"

Jongin mengangguk.

"Jadi apa jawaban kamu. Aku gak mau kecolongan seperti tempo lalu."

Jongin dilema. Benarkah ia pantas? Jongin hanya jiwa asing yang tinggal di tubuh seorang werewolf. Bukan nya Sehun itu adalah 'orang besar'?

"Jongin, kamu ragu? Kenapa?"

"Apa aku pantas?"

"Kenapa tidak. Takdir bahkan sudah mengukir nama kamu di tubuh aku."

Jongin menunduk. Rasanya semua ini tidak semudah itu. Banyak hal belum dimengerti Jongin dan sekarang dia juga harus menjadi pasangan seseorang.
Dari semua hal yang tidak dimengerti Jongin, keberuntungan bahwa Sehun menjadi pasangan nya.

"Aku tidak mengerti banyak hal Sehun."

"Kamu bisa berpangku padaku, aku bisa jadi pembimbing yang baik."

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang