Mbok Marni manggut-manggut. "Neng Clara lanjutin ya makannya. Mbok mau ke dapur dulu nyelesein pekerjaan. Kalau ada apa-apa, neng Clara panggil simbok aja, ya." Ucapan Mbok Marni dijawab anggukan Clara.

💕💕💕

Clara benar-benar merasa kenyang setelah menghabiskan makan siangnya. Gadis bertubuh semampai ini, berniat menghampiri Mbok Marni yang ada di dapur. Saat melewati kaca meja rias, langkah gadis berparas jelita itu terhenti hingga ekspresi wajahnya berubah shock mengetahui pakaian yang dikenakannya saat ini.

"Daster?" Clara melotot memikirkan sesuatu hal yang saat ini menari-nari dipikirannya. "Apa dia yang udah ganti baju gue? Itu artinya, dia udah ngelihat—"

Clara shock dan merasa panik sendiri. "Dasar maniak! Berani-beraninya dia ngelakuin hal itu saat gue pingsan? Awas aja! Gue bakal kasih lo pelajaran karena udah berani grepe-grepe badan gue!" gerutu Clara berapi-api lalu melangkah keluar dari kamar.

"Dimana lo beruang kutub?!"

Clara yang sudah berada di luar kamarnya, mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan rumah. "Lumayan juga sih rumah lo."

Gadis cantik itu celingukan kiri kanan sambil memperhatikan sekeliling rumah yang saat ini terlihat begitu sepi. Dia tidak menemukan keberadaan cowok itu di mana pun. Padahal saat ini, Clara berniat ingin menuntut pertanggung jawaban cowok itu karena sudah begitu lancang mengganti pakaiannya.

"Rumah segede ini apa cuma dia sendiri yang tinggal?"

Clara menelusuri isi rumah yang tertata apik. Tidak begitu banyak pajangan. Pada dinding, dipenuhi dengan kaligrafi-kaligrafi bacaan Alqur’an. Juga piagam-piagam penghargaan dan berbagai sertifikat milik cowok itu yang membuat gadis cantik itu terkagum-kagum. Selain itu, Clara juga menemukan beberapa foto. Di antaranya, foto laki-laki muda itu yang berfoto dengan kedua orang tuanya. Dari foto wisudanya, sampai salah satu fotonya yang berfoto dengan beberapa ustad-ustad kondang yang cukup terkenal di negeri ini.

Di antara foto-foto yang begitu menarik perhatian Clara adalah foto lelaki itu yang berlatarkan Mekah, terlihat jelas kalau dia itu tengah menjalani ibadah haji di tanah suci, dari pakaian yang dikenakannya di dalam foto.

"Waw, masih muda udah naik haji aja!" gumam Clara terkagum-kagum.

Sesaat pemikiran untuk mengagumi, langsung ditepisnya. Mengingat apa yang dilakukan lelaki itu, membuat emosi Clara kembali membuncah.

"Idih, ngapain gue ngagumin dia. Dasar maniak! Pokoknya, gue bakal menuntut pertanggung jawaban dia yang udah ngelihat tubuh gue!"

Clara yang bermonolog sendiri, tidak sadar saat itu sepasang mata memperhatikannya.

"Pokoknya dia harus tanggung jawab!" pekiknya menggebu-gebu, lalu berbalik. Saat itulah raut wajah gadis cantik itu berubah terkejut begitu menyadari sosok yang berdiri tidak jauh dari hadapannya kini.

"Elo? Se-sejak kapan lo di belakang gue?"

"Sejak kamu berbicara sendiri." Irwan berkata dengan raut tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain saat tatapannya bertemu pandang dengan gadis di hadapannya itu.

Clara cemberut. Ditatapnya laki-laki itu dengan reaksi meneliti. "Hei, kalau ngomong sama orang lihat wajahnya dong. Emangnya lo ngomong sama tembok?"

Irwan hanya menghela napas pelan. "Beri tahu saya alamat kamu."

"Ogah!" cetus Clara jutek. "Lo harus tanggung jawab!" Clara menatap Irwan sinis.

"Tanggung jawab?" Irwan yang terusik oleh kata-kata Clara barusan, kini memberanikan diri menatap gadis itu.

"Iya! Lo harus tanggung jawab! Karena lo udah lancang nyentuh-nyentuh gue! Lo 'kan yang gantiin baju gue, sama baju kayak gini? Pasti lo mengambil kesempatan itu dengan grepe-grepe gue! Ngaku nggak?! Ayo ngaku!" tuntut Clara menatap Irwan kesal.

"Saya tidak melakukan seperti yang kamu pikirkan. Yang mengganti pakaian kamu adalah Mbok Marni. Saya yang menyuruhnya."

"Mbok Marni?" Clara tertegun sendiri, merasa salah tingkah sudah main tuduh begitu saja. "Ta-tapi, kenapa lo harus nyuruh Mbok Marni ganti baju gue dengan pakaian kuno kayak gini?"

"Pakaian kuno?" kening Irwan  mengerut mendengar pernyataan gadis itu barusan.

"Iya! Ini nih pakaian kuno. Pakaian ini bukan tipe gue sama sekali! Sekarang mana baju gue itu? Dimana lo menaruhnya?"

"Sudah saya buang."

"What?" Clara yang mendengarnya terlihat shock. "Lo bilang udah lo buang?"

Irwan melirik ke arah jam tangan di pergelangan tangannya. "Iya. Pakaian yang kamu kenakan kemarin tidak lebih baik dari lap meja yang digunakan Mbok di dapur. Makanya saya meminta Mbok untuk menggantinya sementara dengan daster punya mbok.”

Kata-kata Irwan membuat Clara melotot. Ditatapnya lelaki itu dengan napas tersengal-sengal karena emosi. "Apa lo bilang? Lo nyamaian baju gue sama lap?"

"Kamu nggak berpikir, kenapa para preman itu mengejar-ngejar kamu kemarin?"

Clara tertegun. Seperti kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Semua itu beralasan dari pakaian yang kamu kenakan. Jika saja, kamu bisa menjaga pakaian kamu, kejadian semacam itu tidak mungkin terjadi," ujar Irwan yang hanya membuat Clara terdiam. "Tidak peduli kamu suka atau tidak, selama masih berada di rumah saya, jangan pernah sekalipun memakai pakaian nista seperti itu."

Usai mengatakan kalimat-kalimat itu, Irwan berlalu dari hadapan Clara yang benar-benar merasa tertohok oleh kalimatnya barusan.

"Pakaian nista?"

💕💕💕

BERSAMBUNG

KUPU-KUPU CINTAWhere stories live. Discover now