Tunggu Saja!

5.4K 502 45
                                    

"Sayang,"

"Hm?"

"Ikut aku sebentar,"

Naira terkejut terlebih tangan Arsen yang tiba-tiba menarik lengannya. Tidak kencang memang, tapi cukup untuk membuat Naira ikut berjalan di belakangnya. Arsen melihat beberapa perawat dan dokter yang tadi ada di dalam ruangan itu mulai keluar. Saat itu langkah kaki Arsen semakin cepat.

"Kembali ke dalam," ujar Arsen.

Para dokter dan perawat itu terkejut dan menatap Arsen dengan raut heran.

"Lima menit. Tolong kembali ke dalam dan beri saya waktu lima menit,"

Ucapan tegas Arsen membuat para dokter dan perawat itu kembali masuk. Menyusul Arsen dan Naira masuk ke dalam ruang istirahat itu. Arsen melihat Tere sedang tertawa geli bersama dengan dua perawat disana. Arsen menghampirinya. Dia melepaskan tangan Naira dan menghampiri meja dimana Tere duduk bersama dua orang perawat.

"Tere Angraini, Devita Putri, Isma Juardi. Lima menit. Saya beri waktu kalian lima menit untuk merapikan barang-barang kalian dan keluar dari rumah sakit ini dengan baik-baik, sebelum saya menyuruh satpam menggeret kalian keluar dan membuang semua barang-barang kalian," ujar Arsen.

Ketiga perawat itu terkejut dengan ucapan Arsen.

"Oh, untuk Tere, kau cukup keluar dari sini saja. Lalu, nanti saat kau sudah kembali ke rumah sakit tempatmu magang, silahkan keluar dari sana. Akan saya beri surat untuk dekanmu di kampus nanti,"

Arsen lalu, menatap semua dokter dan perawat di ruangan itu.

"Lihat dan ingat ini baik-baik! Jika saya masih melihat ataupun mendengar hal seperti ini lagi, kalian akan bernasib sama seperti mereka. Paham?"

Tidak ada jawaban mereka semua terlalu terkejut melihat apa yang Arsen lakukan.

"Apa kalian paham?!" Ulang Arsen dengan tegas.

"Paham, pak," ujar beberapa orang disana sementara yang lain hanya mengangguk kaku.

Arsen kemudian melirik ketiga perawat di bangku yang ada di depannya.

"Masih tidak pergi?! Waktu kalian tinggal dua menit sebelum saya yang melempar kalian keluar!"

Para perawat itu segera berdiri dengan gugup dan langsung beranjak.

"Jangan lupa pikirkan pekerjaan lain untuk kalian! Karena setelah ini, saya pastikan kalian masuk dalam black list dunia kedokteran di seluruh dunia!" Ujar Arsen saat para perawat itu baru sampai di pintu.

Naira terkejut begitu pula para perawat itu. Sontak saja para perawat itu bersujud di kaki Naira. Mereka meminta Naira untuk memaafkan mereka dan memohon agar mereka bisa tetap bekerja di rumah sakit itu.

Naira bingung. Dia terlalu terkejut dengan semua itu. Bahkan tarikan di kaki juga ujung dress-nya hanya membuatnya semakin bingung.

"Jika asthma yang diderita istri saya kambuh karena kalian, saya pastikan kalian akan merasakan hal yang sama dengan rasa yang berkali lipat lebih menyakitkan!" Ancam Arsen tanpa ragu di depan banyak orang. Arsen bahkan tidak menoleh ke arah Naira. Dia tetap membelakangi Naira.

Kedua perawat itu terkejut. Mereka melepaskan pegangan mereka dari Naira. Namun, mereka tetap memohon pada Naira. Meminta Naira membantu mereka. Naira menatap punggung tegap Arsen. Arsen kembali seperti dulu. Seperti saat dokter Tomo mengusiknya.

Arsen berbalik untuk menghampiri Naira. Saat kakinya baru melangkah suara dengusan menghentikannya.

"Apa sih bagusnya dia? Pendidikannya tidak tinggi, dia bukan orang kaya, bahkan dia penyakitan. Dia belum tentu bisa melahirkan keturunan untuk kamu,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang