Be Careful!

7.6K 479 19
                                    

Arsen tersadar dari tidur singkatnya saat ranjang pasien tempat kepalanya bertumpu sedikit bergerak. Arsen mengerang kecil dan membuka matanya. Dia langsung terduduk saat melihat Naira sudah tersadar.

"Aira, bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?" Tanya Arsen dengan suara serak khas baru bangun tidur.

Naira mengerutkan keningnya.

"Bukannya tadi saya ada di cafe?"

Arsen menggeleng.

"Tidak. Maksudku, kemarin sore iya. Kemarin sore kamu pingsan di cafe. Aku membawamu ke rumah sakit ini,"

"Ini rumah sakit?"

Arsen mengangguk. Dia melihat mata Naira menelisik ke seluruh penjuru ruangan.

"Tidak tampak seperti itu,"

Arsen terkekeh kecil. "Ini ruangan VVIP. Makanya, bentuknya sama seperti kamar di rumah,"

Naira mengangguk. Pantas saja, dia bisa berbaring di ranjang king size nan empuk dan nyaman. Eh... tunggu dulu. Kamar VVIP?

"Biayanya aku yang tanggung. Lagi pula ini rumah sakit keluarga," ujar Arsen memotong kekhawatiran Naira.

"Eren dan Lisa?"

"Mereka sedang ke sekolah. Eren untuk meminta izin dan Lisa untuk sekolah. Eren akan kembali kesini nanti,"

"Apa Eren baik-baik saja?"

Ctak!

Arsen menyentil kening Naira dengan pelan. Meski pelan, tetap saja Naira meringis kesakitan.

"Pikirkan dulu kesehatanmu, baru pikirkan Eren. Eren baik-baik saja dalam pengawasanku,"

Naira meringis kecil. Dahinya terasa panas dan sakit akibat sentilan Arsen. Arsen beranjak ke kamar mandi dan kembali dengan sebuah handuk. Naira sedikit mengernyit saat Arsen mendekatinya dengan membawa handuk itu. Baru saat handuk itu menempel di keningnya, Naira mengetahui kalau handuk itu sedikit basah dan hangat.

Arsen membiarkan handuk hangat itu di kening Naira untuk beberapa saat sebelum dia beralih mengelap perlahan wajah cantik itu dengan handuk di tangannya.

"Sudah lebih segar, kan?" Tanya Arsen.

Naira mengangguk kecil. "Terima kasih,"

Arsen membawa kembali handuk itu ke kamar mandi dan membilas handuk itu sebelum menggantungnya agar kering. Dia kembali setelah memesan makanan untuk Naira dan mungkin Eren.

"Jadi, kenapa kamu bekerja di cafe itu?"

"Hah?"

Arsen duduk di sebelah ranjang King size itu. Dia menyandarkan bahunya di sofa yang dia duduki. Matanya menatap lurus ke arah Naira.

"Kenapa kamu bekerja di cafe? Bukankah kamu bekerja di perusahaan keluargaku? Apa gaji yang Arman berikan tidak cukup?"

"Ti-tidak. Bu-bukan begitu..."

"Lalu?"

"Saya... hanya ingin membayar hutang lebih cepat,"

Arsen terkejut dan menghela berat.

'Benar kata Eren. Dia keras kepala!' Batin Arsen.

"Apa kamu tidak tahu kalau kebijakan di perusahaan kami adalah menanggung setiap biaya pengobatan karyawan dan keluarga karyawan kami?"

Naira menggeleng. "Memangnya ada yang seperti itu?"

"Ada. Perusahaan kami memiliki kebijakan itu. Jadi, pengobatan Eren kemarin dibiayai dari kebijakan itu. Mungkin untuk biaya check up dan obat, kamu harus menanggungnya. Tapi, biaya operasi dan perawatannya waktu itu ditanggung oleh perusahaan kami berdasarkan kebijakan itu,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang