Arsen and His Anger

6.4K 523 22
                                    

"Astaga!"

Arsen terkejut saat melihat anak itu gemetaran dan menangis kuat. Arsen segera memeluknya dan mengusap punggungnya dengan perlahan untuk menenangkan anak itu.

"Lisa, ada apa? Beritahu kakak. Kalau kamu hanya menangis seperti ini, kakak tidak bisa membantumu,"

Lisa masih terisak dan dia mulai menceritakan ketakutannya.

"Kak Naira meninggalkan ponselnya di rumah. Lalu, ada telepon. Kak Eren mengangkat panggilan itu dan dia langsung marah lalu, pergi keluar kak,"

"Telepon dari siapa?"

"Dari pria yang mengancam kak Naira terus,"

"Lalu, apa kamu tahu Eren pergi kemana?"

"Sepertinya ke kantor kakak. Mungkin saja pria itu mengajak kakak bertemu disana,"

Arsen mengangguk. Dia menghubungi bodyguards-nya untuk menyusulnya ke dalam.

"Ada apa tuan?" Tanya Angga.

"Angga dan Dimas tolong jaga Lisa disini. Viko dan Beno ikut saya,"

Keempat pengawal itu mengangguk. Arsen mengusap rambut Lisa dan menepuk puncak kepala anak itu dengan perlahan.

"Lisa sekarang tenang saja dan tunggu disini. Lisa akan baik-baik saja. Dua orang ini akan menjaga Lisa. Mereka teman kakak. Kakak janji akan membantu kak Naira dan kak Eren. Lisa jangan takut lagi, ya!?"

Lisa mengangguk. Arsen segera beranjak menuju kantor kakaknya. Dia menyuruh Beno mengemudi lebih cepat. Saat mereka sampai, Arsen langsung menerobos masuk ke dalam.

"Dimana Arman?"

"Bapak ada di ruang rapat bersama pak Deo, pak Davian, pak Reinner-"

Arsen langsung kesana tanpa mendengarkan sambungan dari ucapan resepsionis.

Brak!

"Astaga! Arsen kenapa kamu?" Tanya Arman sambil mengusap dadanya.

"Naira mana?"

"Hah?"

"Naira. Dia dimana?"

Arman mengerutkan keningnya bingung.

"Aku tidak tahu. Sebelum rapat dia ada di ruangannya. Kalau sekarang dia tidak ada aku tidak tahu dia kemana,"

"Kau! Bagaimana bisa kau tidak tahu kemana pegawaimu pergi?!"

"Hey! Dia pegawaiku bukan istriku! Mana aku tahu kemana dia pergi!"

Arman dan Arsen seperti lupa kalau di ruangan itu ada orang lain yang bukan keluarga mereka. Mereka malah berdebat sampai tahap saling berteriak satu sama lain.

"Apa?!" Tantang Arman.

Arsen baru mau bersuara saat seorang pegawai masuk dengan tergesa.

"Pak, maaf. Ada salah satu staff yang melihat bu Naira bersama dua laki-laki di taman samping kantor, pak. Kedua laki-laki itu berkelahi, pak,"

"Sialan!" Umpat Arsen.

Ardan, Arman, dan semua orang disana terkejut. Mereka merupakan rekan, teman, dan keluarga kembar tiga itu terkejut saat melihat dan mendengar Arsen baru saja mengumpat. Demi Tuhan! Arsen tidak pernah berkata kasar, mengumpat, menyumpah serapah, dan hal-hal semacam itu. Jika Arsen melakukannya itu artinya anak itu benar-benar marah.

Arsen berbalik dan segera menuju ke tempat yang diberitahu oleh staff itu. Taman samping dari kantor Arman ini memang sepi. Jarang ada orang kesana. Arsen mempercepat langkahnya dan berlari. Arsen bahkan turun menggunakan tangga bukan lift. Langkah kaki Arsen semakin cepat saat dia melihat pria itu meninju kuat perut Eren hingga Eren tersungkur. Lalu, pria itu mencengkram rahang Naira hingga gadis itu ketakutan.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang