Cuddling

1.8K 285 12
                                    

Arsen terduduk di lantai ruang operasi. Operasi besar dengan tak kurang dari 10 dokter ahli termasuk dirinya, Reihan, dan dokter dari luar negeri yang tak lain tak bukan Edward Snowden, yang memakan waktu 19 jam itu, baru saja selesai. Arsen bahkan baru merasakan kakinya kesemutan dan kram. Arsen menoleh ke sebelahnya. Reihan ada disana mengacungkan ibujari sebelah kanannya pada Arsen membuat Arsen tersenyum.

Duduk dan beristirahat selama lima menit sudah cukup bagi Arsen sebelum dia kembali berdiri dan menghampiri pasiennya. Arsen masih harus berdiri selama satu jam lagi sembari mengamati pasien pasca operasi sebelum dipindahkan keluar dari ruang operasi sudah menjadi kewajiban baginya. Setelah yakin pasien benar-benar aman, Arsen membiarkan pasiennya dibawa ke ruang intensif untuk beberapa hari sebelum dipindahkan ke ruang rawat.

Arsen segera melepas pakaian khusus yang dia pakai. Setelah itu dia keluar dan menemukan Reihan duduk di kursi depan sambil berbincang dengan keluarga pasien yang menunggu jalannya operasi. Reihan pamit saat melihat Arsen. Arsen juga pamit pada keluarga pasiennya sebelum dia pergi dari sana.

"Hoammm..."

Arsen menguap kecil.

"Kakiku kram. Setelah ini aku mau cuti seminggu mungkin,"

"Memangnya bisa?"

"Hhh... Tidak bisa,"

"Jadi wakil direktur disini saja Re. Pekerjaanmu akan lebih ringan setidaknya,"

"Tanggung jawabnya terlalu besar,"

"Setidaknya kamu masih bisa istirahat lebih cukup, Re,"

"Akan aku pikirkan lagi. Beri aku waktu dua minggu, okey?"

Arsen mengangguk. Dia meminta Reihan dan Alika pulang. Arsen masih melakukan jadwal rutinnya mengunjungi pasien walau tanpa di dampingi oleh Alika. Dia memastikan pasien-pasiennya dalam keadaan baik dan sehat sebelum dia beristirahat sejenak di ruang kerjanya. Matahari sudah bersinar saar Arsen berjalan menuju ke ruang kerjanya. Arsen sesekali menguap dan memijat pelan bahunya yang pegal.

Begitu memasuki serta mengunci pintu ruang kerjanya, Arsen langsung melepaskan jas putih miliknya juga membuka kemeja yang dia pakai sambil berjalan ke arah kamar tidurnya. Arsen melemparkan kemejanya ke sembarang tempat. Dia juga mengeluarkan jam tangannya dari saku celana yang dia pakai. Berikut dengan ponsel dan bahkan celana bahan yang sedang Arsen pakai. Arsen mengambil celana training dari lemari baju disana dan saat dia berbalik dia dibuat tercengang.

"Aku sedang melindur ya?" Gumam Arsen.

"Sepertinya iya. Bagaimana mungkin istri mungilku ada di kamar ini kalau dia sedang terlelap nyenyak di rumah papi?" Gumam Arsen lagi sambil menggosok pelan matanya selagi dia berjalan menuju ke arah ranjang.

Arsen membaringkan tubuhnya di ranjang dengan agak urakan dan langsung disambut erangan kecil. Arsen sampai terkejut dan membuka matanya dengan cepat. Dia reflek menoleh ke arah kiri dan benar-benar terbelalak.

"Aira? Sejak kapan dia datang kesini?"

Arsen kemudian melihat jaket miliknya yang sedang dipeluk erat oleh Naira. Bahkan Arsen melihat kemejanya melekat di badan Naira. Sepertinya Naira sedang rindu padanya. Arsen tersenyum dia mendekat perlahan ke arah Naira dan mengusap pipi Naira yang agak gembul karena efek kehamilan. Mata Arsen menajam saat melihat kelopak mata Naira sedikit hitam tanda sang istri baru saja terjaga semalaman.

Arsen langsung memeluk badan Naira dengan perlahan. Dia mengusap punggung Naira dengan lembut.

"Dedek ajak mama terjaga sepanjang malam, ya?" Gumam Arsen.

[DS #3] Save Me Hurt MeWhere stories live. Discover now