𝘂𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻

576 117 23
                                    

"Hei, bangun, ayo."

Tzuyu masih bersikukuh untuk tetap diam di posisinya saat ini. Ia tak mau bangun untuk hal sepele yang bisa membuat moodnya hancur dalam sekejap.

Lagi, sang pelaku memanggil namanya berulang kali untuk bangun. Menggoyangkan badannya, dan memaksa menarik selimut walau kesulitan.

Setelah mendapat undangan berbentuk file, Jaehyun segera mendatangi kediaman keluarga Tzuyu. Meminta izin untuk bertemu, dan langsung diperbolehkan memasuki kamar Tzuyu dan membangunkannya.

"Undangannya udah ada lho. Gak niat beli dress atau semacamnya? Acaranya lusa kan?" Tanya Jaehyun.

Selimut yang awalnya sudah di pegang Jaehyun, kembali lagi ditarik menyelimuti tubuh Tzuyu yang masih dalam posisi tidurnya. "Gue gak akan dateng ke acaranya." Jawab Tzuyu.

Jelas, Jaehyun mengerutkan dahinya, merasa Tzuyu menjadi sedikit penakut dari biasanya. Apa mungkin karena itu undangan Taehyung, makanya ia merasa takut?

"Undangannya terbatas, cuman beberapa orang aja yang dia undang. Kita harus dateng, Tzu." Rayu Jaehyun yang masih setia memperhatikan wajah Tzuyu yang ditutupi selimut.

Di dalam selimut, wajah Tzuyu memerah. Ia kesal, kenapa Jaehyun datang dan membawa topik pembicaraan yang tak ingin ia dengar? Kenapa harus Jaehyun?

Tzuyu menyingkap selimutnya, memperlihatkan wajah cantik bangun tidurnya. Selagi ini Jaehyun yang berada di depannya, Tzuyu tidak akan menjaga imagenya. Biarkan saja.

"Nggak, gue nggak ikut. Kalau lo mau, dateng aja sendiri!"

Jaehyun mendecak sebal. "Kok lo kekanakan gini sih? Mereka mau berbahagia karena nanti nikah. Mereka undang kita biar bisa tambah acara lebih meriah buat dia. Kita harus dateng, Tzu."

Mendengar ucapan Jaehyun yang berlagak sok tahu, Tzuyu menatapnya nyalang. "Lo tau apa sih Jaehyun? Dia ngundang kita, emang lo tau alesannya? Alesan langsung dari mulutnya?"

"Tzuyu, bukan gitu maksud gue."

"Terus apa?" Potong Tzuyu marah. "Dia maunya kita yang dateng. Kita! Bukan salah satu dari kita. Lo tau kenapa? Tau nggak?!" Pekiknya hebat, membuat Jaehyun cukup sakit hati mendengarnya.

Mata Tzuyu yang awalnya menatap Jaehyun, sekarang tatapannya mengarah ke bawah, melihat jari jarinya yang sedang saling bertautan. Jaehyun sadar, ia segera menarik tangan Tzuyu untuk di genggam.

Tangannya ia elus pelan, memberikan semangat lewat sentuhannya. "Kalau gitu, alasan Taehyung ngajak kita berdua karena apa?" Tanyanya lembut.

Sudah cukup kemarin kemarin Tzuyu sakit, dan jangan sampai sekarang Jaehyun menambah rasa sakitnya lewat ucapan. Ia harus membuat Tzuyu kembali sehat seperti biasa.

Nafas Tzuyu keluar tak teratur, tangan yang di genggam Jaehyun terasa semakin dingin dan berkeringat. Badannya lagi lagi gemetar, entah karena apa, Jaehyun bingung.

Tzuyu mencoba membuka mulutnya, mengeluarkan suara walau rasanya berat. Ia merasa tenggorokannya tercekat sehingga kesulitan untuk berbicara.

Jaehyun semakin bingung, ia mencoba melihat wajah Tzuyu yang tertunduk. "Kenapa nangis?" Tanya Jaehyun terkejut. "Astaga, Tzuyu..." Ia langsung menariknya ke dalam pelukan, membiarkannya nangis untuk kesekian kali.

Kamar tidur Tzuyu hanya diisi oleh isak tangis sang empunya ruangan. Mengeluarkan segala unek unek miliknya lewat tangisan yang ia keluarkan hari ini. Mempersilahkan Jaehyun untuk ikut merasakan kesedihannya saat ini.

Serasa sudah cukup menangis, Tzuyu segera menarik badan dari pelukan Jaehyun, mengusap wajahnya kasar dari butiran butiran air mata yang membekas di wajahnya.

𝙚𝙫𝙚𝙧𝙮𝙩𝙝𝙞𝙣𝙜 𝙨𝙪𝙙𝙙𝙚𝙣𝙡𝙮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang