𝗮𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻

605 121 6
                                    

Hari ini Jaehyun banyak diam daripada berbicara. Kelakuannya hari ini membuat beberapa bawahannya sangat kesal. Diam nya Jaehyun itu melamun.

Bagaimana tak kesal? Hari ini mereka mengadakan meeting dengan client yang sangat penting. Tapi Jaehyun malah tidak fokus dan hanya menonton presentasi tak berminat.

Untungnya, meskipun Jaehyun membuat kesalahan hari ini, meeting mereka tetap berjalan lancar, dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Dengan langkah gontai, Jaehyun berjalan ke ruangannya, membuka pintu tanpa tenaga. Doyoung yang melihat, lagi lagi dibuat kesal.

"Jaehyun Pradipta!" Panggil Doyoung keras, sehingga Jaehyun yang mendengarnya sedikit tersentak. Badannya ia putar menghadap Doyoung. "Apa?" Tanyanya.

Alis Doyoung berkerut, matanya menyipit, meneliti penampilan Jaehyun dari ujung rambut hingga ujung kepala. "Masuk ruangan lo." Titahnya.

Jaehyun mendengus kasar. Bukannya awalnya juga Jaehyun memang ingin memasuki ruangannya? Kan Doyoung sendiri yang memanggilnya tanpa sebab. Sialan.

Baru saja bokongnya mencium kursi empuk kebanggaannya, sekarang Jaehyun malah kaget melihat Doyoung yang sudah menunjuknya dengan jari panjang dan lentiknya itu.

"Apalagi?" Geram Jaehyun sambil memberikan senyum kesalnya. "Lo galau lagi? Pantes. Untung ada Johnny, jadi meeting gak kacau." Balas Doyoung menyindir.

Jaehyun mengusap wajahnya kasar. Kesal dengan Doyoung dan kalimat sarkas yang keluar dari mulutnya. Tapi ia juga jadi galau lagi mengingat alasannya saat ini.

"Whoi! Kalau ada masalah cerita dong, kampret. Gue jadi kacau tadi meeting nya!" Teriak Johnny yang tiba tiba masuk tanpa peringatan.

Lagi, Jaehyun menghela nafasnya. Bukankah kedua temannya ini tidak punya akhlak yang baik? Berkata seenaknya pada atasan mereka sendiri, sungguh biadab.

Doyoung mendekati Johnny, "Galau lagi dia." Cibir Doyoung dan kali ini Jaehyun melontarkan tatapan tak sukanya. Seharusnya sejak tadi.

"Tzuyu? Yang pemilik cafe depan?" Tanya Johnny yang membuat pupil Jaehyun melebar. "Ta–tau darimana, lo?"

"Temen lo tolol, Doy. Masih kuat jadi sekretaris nya?" Hina Johnny. "Kalau dia gak ngerengek sih, gue udah keluar dari dulu." Tambah Doyoung seperti kompor panas dan Johnny sebagai gas nya.

Bibir Jaehyun bergetar menahan teriakan. Bahkan otaknya sudah memaksa ingin mengeluarkan makian yang sangat berkelas untuk kedua mahluk di depannya ini.

Jaehyun tersenyum masam, mungkin curhat memang jalan terbaik. "Mantan Tzuyu..."

Doyoung dan Johnny menatapnya kompak, menunggu ucapan menggantung milik Jaehyun. Kali ini tak ada seringai jahil keluar dari wajah mereka. Hanya ada ekspresi serius untuk mendengarkan. "Siapa?" Tanya Johnny penasaran.

"Tae–Taehyung Narendra.." Cicitnya dengan nyali yang menciut.

Kedua temannya langsung melirik satu sama lain. Doyoung tanpa basa basi sedikitpun, ia mengeluarkan tawa kejamnya mendengar nama mantan Tzuyu. Dan Johnny, menahan tawanya mati matian.

"Hahahaha, mana mampu lo nyaingin dia!" Cemooh Doyoung yang terus tertawa terbahak-bahak. Raut wajah Jaehyun jelas berubah seiring berjalannya waktu. Kan, makin frustasi anaknya.

Johnny mengangguk, melipat tangannya di depan dada. "Siapa yang gak kenal Taehyung Narendra? Si pengusaha yang udah punya cabang dimana mana." Ujar Johnny dengan lugas.

"Cabang di luar negri maksudnya, Jae. Bukan di dalam negri aja. Dia juga punya beberapa koneksi hebat. Dan popularitasnya, jangan di tanya. Kalau nanti dia udah balik dari Perancis, ya maaf, lo ada di belakang bayang bayangnya."

𝙚𝙫𝙚𝙧𝙮𝙩𝙝𝙞𝙣𝙜 𝙨𝙪𝙙𝙙𝙚𝙣𝙡𝙮Where stories live. Discover now