0.1

3.3K 361 151
                                    

Gadis itu berjalan dengan mengendap-endap, keluar dari bangunan besar yang menjadi rumahnya. Aira, malam ini gadis itu akan pergi ke suatu acara, tentu saja setelah memastikan tidak ada satu pun CCTV yang menyala di rumahnya.

"Tuan putri akhirnya keluar juga." Sindiran itu keluar dari teman dekat Aira, Naomi namanya. Sepertinya gadis itu sudah menunggu lama, terlihat dari raut wajahnya yang sudah terlihat bosan.

"Berisik. Buruan, bentar lagi bokap gue balik." Akhirnya kedua gadis itu masuk ke dalam mobil milik Naomi. Melaju membelah jalanan ibu kota yang masih saja terlihat ramai meski hari sudah mulai malam.

"Mi, yakin kan lo di sana ada Askala?"

Naomi berdecak. "Otak lo isinya Askala mulu."

Aira mengangkat bahu acuh. Ia tak keberatan dengan ucapan Naomi karena memang itu lah kebenarannya.

Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit, akhirnya kedua gadis itu sampai di suatu club. Tidak, Aira datang ke sana bukan untuk macam-macam. Salah satu temannya mengadakan ulang tahun di tempat itu, jadi Aira hanya memenuhi undangan. Ah sebenarnya tidak juga. Aira datang karena Naomi mengatakan bahwa Askala juga datang. Dan tentu saja, Aira si bucinnya Askala itu akan datang tanpa pikir panjang.

"Ayo masuk."

Hal pertama yang Aira rasakan saat masuk adalah mual. Rasanya ia sangat pusing melihat lampu kelap-kelip dengan musik yang berdentum amat keras.

"Mi, gue mau pul--Kala! Itu Kala, OMG! Nao, liat gue, penampilan gue gimana?" Naomi berdecak, Aira ini sangat berlebihan.

"Jangan bilang lo mau ke sana."

"Emang itu tujuan gue dateng ke sini, ayo!"

Aira dengan semangat mendekati Askala yang tengah berkumpul bersama temannya.

"Kala, hai." Askala tidak tergerak. Apa mungkin suara Aira terlalu pelan? Sepertinya begitu.

"Askala!" Kini Aira kembali berucap dengan suara yang agak kencang. Dan berhasil, teman Askala menoleh namun tidak dengan pria itu.

"Lohh, Aira? Kok lo bisa ada di sini? Jangan bilang lo kabur diem-diem, parah lo gue aduin om Damar." Aira mendelik menatap pria itu tak suka. Dia Davka, sepupu Aira. Tidak, pria itu lebih terlihat seperti kaki tangan papa nya.

"Apa sih, gue gak ada urusan ya sama lo!" Aira tidak peduli, diadukan atau pun tidak, papa nya pasti tau.

"Kala, aku baru tau loh kamu suka dateng ke pesta-pesta kaya gini." Aira dengan santai mengambil tempat di samping Askala. Tak peduli dengan tatapan tajam yang pria itu berikan padanya.

"Ra, kayaknya kita mending ke sana aja." Naomi bergidik ngeri. Walau tatapan itu bukan ditunjukan padanya, namun hawa dingin disekitar pria itu begitu terasa pekatnya.

"Lo kalo mau pergi duluan aja, Nao. Gue ada Askala, iya kan Kala?"

Askala tidak menggubris, pria itu lebih memilih meneguk minuman di depannya.

"Kal-"

"Aska, maaf ya aku baru dateng. Loh, Aira?" Aira mengeram, mengapa disaat ia berdekatan dengan Askala gadis ini selalu saja datang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Welcome Baby Where stories live. Discover now