|8|

69 11 0
                                    


                          //Different//
 

                               ****

Pelajaran berakhir. Gadis yang duduk di bangku paling ujung segera merapikan barang-barangnya kemudian berlari menahan langkah seseorang yang sudah satu langkah di depan pintu kelas.

"Seokmin-ah! Tunggu sebentar!"

Choi Yura. Gadis itu mengatur napasnya kala telah berhasil menghentikan langkah Seokmin sekaligus berdiri di samping pria itu. Sedang Seokmin kini menatap Yura dengan tanda tanya besar di kepalanya. Ah, Seokmin berjanji akan langsung pergi jika Yura mengatakan hal yang tak penting padanya seperti biasa.

"Aku lap--"

Seokmin menepati janji. Seokmin tahu apa yang akan Yura katakan selanjutnya. Dan ia memilih untuk mengabaikannya sebelum terlambat. Pria itu sudah berbalik dan melangkah meninggalkan Yura yang kini berdiri kaku dengan mulut terbuka akibat belum selesai dengan kalimatnya. Choi Yura tetaplah Choi Yura. Rasa malu yang terlalu minim itu menjadi senjatanya untuk kembali menghentikan langkah Seokmin.

Dasar pria tak berperasaan! Apa dia tidak lihat napasku tersenggal tadi?

Terlalu fokus akan tujuannya juga rasa kesal yang mendominasi membuat Yura harus terpental ke belakang karena kening mulusnya itu menabrak punggung seseorang yang menjadi tujuannya itu.

"Hei, kenapa tiba-tiba berhenti?!"

Seokmin melirik Yura sekilas.
"Aku kasihan padamu. Ada apa?"

Yura mendengus mendengarnya. Alasan seperti itu tak bisa di terima oleh gadis keras kepala nan menjunjung tinggi harga dirinya itu. Sedang Seokmin berhenti hanya karena merasa ada hal lain yang ingin Yura sampaikan selain meneruskan kata 'lap' tadi menjadi 'lapar' kemudian berakhir dengan dirinya yang harus menemani gadis itu makan.

"Kasihan katamu?! Hei, Lee--"

"Aku hitung sampai tiga lanjutkan kalimatmu tadi atau aku akan meninggalkanmu lagi."

"Ck, Lee Seok--"

"Satu."

"Hei, aku bahkan--"

"Dua."

Yura mengeratkan giginya. Lee Seokmin itu terlalu banyak akalnya hingga membuat gadis polos seperti Yura mendidih di tempatnya. Polos, ya? Haha.

"Ti--"

"Baiklah. Aku lapar dan aku ingin kau menemaniku makan."

Seokmin mengangkat salah satu alisnya. "Hanya itu?"

Yura mengerjap. Gadis itu kemudian menggerakkan bola matanya seperti tengah memikirkan sesuatu. "Ehm, aku juga ingin pergi makan ice cream? Ah, aku juga ingin makan ramyeon. Tidak tidak. Sepertinya mie udon lebih baik."

Hanya itu. Ya, hanya itu. Memang dari awal niat Yura hanya untuk mengajak Seokmin makan. Keputusan Seokmin berhenti dan memberikan Yura kesempatan berbicara ternyata salah.

"Aku pergi," Seokmin berbalik dengan air muka sedikit kesal. Tidak tidak. Pria itu sungguh kesal.

"Hei, Lee Seok--akh!"

Seokmin kembali berhenti dan membalik tubuhnya kala mendengar rintihan kecil dari gadis di belakangnya. Yura kini menopang tubuhnya dengan bertumpu lengan yang menempel di dinding koridor. Lengan satunya bergerak memegang kepalanya. Apa Seokmin salah jika berpikiran Yura tengah sakit kepala?

"Argh!"

Seokmin memutuskan untuk menghampiri gadis itu ketimbang memikirkan rasa kesalnya.
"Kau baik-baik sa--astaga!" Seokmin terkejut karena dengan tiba-tiba Yura bersimpuh di lantai dengan masih memegang kepalanya.

Different✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang