Bagian 17 : Calon Istri

Start from the beginning
                                    

Mata Ara yang tertutup pun terbuka. Ia tidak benar-benar tidur tadi. Ia membuka tangannya yang bersidekap. Di sana ada sebuah foto seorang perempuan yang sedang tersenyum manis dan Adam yang sedang merangkulnya.

Kembali ke beberapa saat lalu. Ketika di dalam mobil, dia tidak sengaja menemukan foto itu di laci mobil Adam. Dan entah mengapa hatinya merasa sesak.

Apakah memang semudah itu Adam memeluk dan merangkul perempuan? Memang beberapa kali ia mendapatkan perlakuan itu dari Adam.

Jadi itu bukan hal yang spesial?

Entah mengapa Ara merasa kecewa dan tiba-tiba saja pipinya basah. Tangis datang tanpa sanggup ia bendung.

Dari spion mobil ia melihat Adam yang berjalan mendekat dengan barang belanjaan. Ia langsung menaruh kunci di jok dan menyembunyikan foto itu dalam dekapannya. Kemudian ia menutup mata menutupi matanya yang memerah.

"Sial. Kok rasanya nyesek banget ya?" gerutunya kemudian menghela napas panjang dan menatap sekeliling dengan asing.

"Loh, ini di mana?" tanya Ara kebingungan.

Setelah mengembalikan foto ke tempat semula, Ara lantas turun dari mobil dan melihat sekeliling.

"Apa aku masuk ke rumah ini aja ya?" pikirnya kemudian menggeleng. "Kalau rumah ini tempatnya perempuan tadi gimana?"

Ia memutuskan untuk memotret rumah tempatnya berada dan mengirimkannya pada Ilham.

Bang, ini rumah siapa? Rumah Kak Adam?

Sebuah balasan masuk dari Ilham.

Bukan.

"Jangan-jangan bener dugaanku?" Ara menggigit bibir bawahnya.

Yang punya rumah perempuan?

Iya. Pasti Adam yang ajak ke sana kan? Kenapa nggak tanya Adam aja?

"Kok Bang Ilham tahu kalau di ajak Kak Adam? Apa Bang Ilham kenal perempuan tadi juga?"

Sedang asyik berpikir, Ara dikejutkan dengan tepukan di pundaknya.

"Eh, santai. Cuma mau nyapa kok."

Ara tersenyum kaku dan mengangguk.

"Pacarnya Adam?" tanyanya yang langsung digelengi Ara.

"Nggak!" jawab Ara yang terkesan terlalu ngegas.

Laki-laki itu tertawa singkat dan mengulurkan tangannya. "Aku temennya Adam, kenalin namaku Rendi."

Ara hendak menjabat tangan Rendi, namun tangan Rendi ditampik seseorang tepat sebelum Ara menjabat.

"Nggak usah sok asik," ucap seseorang yang menampik tangan Rendi. Orang itu adalah Adam.

"Yaela, mau kenalan doang. Temenmu kan temenku juga," ucap Rendi lalu bersidekap.

"Sejak kapan bisa gitu?"

"Sejak negara api menyerang," jawab Rendi kemudian terkekeh. "Jadi nama kamu siapa?" lanjutnya ke arah Ara.

"Inggrid Iswara," jawab Ara.

Rendi mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh, salam kenal Inggrid Iswara."

"Inggrid Iswara?" gumam Rendi pelan dan mengingat-ingat. Seperti pernah tahu nama itu sebelumnya.

"Kamu kenapa nggak masuk?" tanya Adam.

"Malu," jawab Ara singkat.

"Terus milih di luar sini dan kenalan sama dia?" ucap Adam sambil menunjuk Rendi yang sedang berpikir.

"Inggrid Iswara, Inggrid Iswara, Inggrid Iswara," ulang Rendi sambil memejamkan mata. "Oh, aku inget!" seru Rendi kemudian menunjuk Adam. "Inggrid Iswa— pfftttt." Ucapan Rendi terpotong saat Adam membekap mulutnya.

"Diem!" ucap Adam pelan kemudian menarik Ara meninggalkan Rendi masuk ke dalam rumah.

"Kenapa sih, Kak?" tanya Ara penasaran.

"Diem aja!" jawab Adam.

"Nggak usah ngegas!"

"Yang ngegas siapa?" jawab Adam tidak mau kalah.

Ara mencoba menghentikan langkahnya yang di seret Adam.

"Jangan maksa-maksa aku seenaknya! Aku nggak mau masuk!"

Adam hanya diam dan menatap Ara tajam.

"Eh, ada tamu," ucap seorang wanita paruh baya dari dalam rumah memecah ketegangan yang terjadi. "Ayo masuk dulu." Wanita paruh baya itu menarik tangan Ara dengan lembut dan menuntunnya masuk ke dalam. Merasa tidak enak untuk menolak, Ara pun menurut saja.

Ara melihat ke arah Adam meminta penjelasan siapa yang menariknya ini, namun Adam hanya memalingkan wajah.

Sesampainya di ruang tamu, ia duduk berjejer dengan wanita tadi. Ara melihat wajahnya dari dekat dan pandangannya membulat.

Wanita itu mirip dengan perempuan di foto yang berada di mobil Adam.

"Namanya siapa?" tanyanya.

"Inggrid Iswara," jawab Ara.

"Oh, namanya cantik."

Ara mengangguk malu. "Terima kasih, Tante."

"Sebentar ya. Tante ada keperluan sama Adam," ucapnya kemudian berdiri. "Dam! Adam!" panggil wanita itu. Karena penasaran, Ara diam-diam menyimak percakapan mereka.

"Iya." Adam menyahut.

"Ibu tadinya ke sini mau nanyain, jadi kapan kalian bakal menikah?" tanya Wanita yang belum sempat Ara tanyai siapa dia.

Deg! Deg!

Ara tiba-tiba saja kembali merasa sesak. Ia memegangi dadanya yang terasa nyeri dan berdetak kencang.

Jadi foto yang ada di mobil itu calon istrinya Kak Adam?!

===

Jangan lupa beri komentarnya ya biar semangat lanjutinnya hehe.

Lufluf, Zahrotul An.

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Where stories live. Discover now