Cindy meringis sendiri dengan pikirannya.

***

Cindy sudah siap, tinggal menunggu instruksi selanjutnya dari dokter Bisma.

Ponselnya bergetar, ada pesan masuk.

dr. Bisma Kalandra :
Saya sudah di bawah.

Tidak berniat membalasnya, Cindy segera meraih sling bag yang ia letakkan di atas meja rias, bergegas menemui dokter Bisma.

Cindy sudah ke basemen asrama, matanya nanar mencari keberadaan dokter Bisma. Sampai Akhirnya  menemukan sosok pria berdiri bersandar di pintu mobilnya. Dokter Bisma dengan kemeja salur dan dalaman tsirt kecokelatan.

Cindy masih memperhatikannya dari jarak yang cukup jauh, Cindy memperhatikan dokter Bisma yang terlihat seperti lelah.

Cindy mengayunkan tungkainya ke arah keberadaan dokter Bisma, tidak sopan rasanya membuat orang menunggu lama.

"Ekhem ...." Cindy berdeham, membuat dokter Bisma yang semula menunduk fokus pada layar ponselnya kini mendongak.

"Sudah selesai? Ayo, masuk," ajaknya.

Tanpa suara, Cindy menuruti ucapannya. Mereka sudah berada di dalam mobil dokter Bisma, Cindy penasaran akan dibawa ke mana.

"Dok, kita mau ke mana?"

"Taman Soekasada," jawabnya singkat, sembari tersenyum.

Cindy mengerenyitkan dahi. "Taman Soekasada Ujung? Itu, kan lumayan jauh, Dok?"

"Sekali-sekali mainnya agak jauhan dong, jangan di asmara terus."

"Dokter nyindir aku?" Cindy merenggut tidak terima dengan ucapan dokter Bisma.

Dokter Bisma tergelak, tangan kirinya yang bebas dari kemudi mengacak poni Cindy. "Gemes banget, sih. Kalo sudah seperti ini."

Cindy sudah terbiasa dengan tingkah dokter Bisma yang ini. Sejak kepergok dokter Jian bulan lalu—like a butterfly. Dokter Bisma seolah tidak canggung untuk skinship dengan Cindy.

Jangan salah sangka dulu, skinship yang dilakukan dokter Bisma hanya sebatas mengusap puncak kepala, atau lebih tepatnya mengacak rambut dan poni Cindy. Dan yang paling sering ia lakukan, mencubit hidung atau pipi Cindy. Persis seperti yang sering dilakukan Bang Cakka.

Tak terasa mereka sudah sampai di Taman Soekasada, tempat wisata yang sangat indah. Dengan taman yang bertingkat, pemandangan gunung, dan laut sangat indah.

Cindy berdecak kagum pada tempat ini. "Wah indahnya," gumam Cindy tanpa ia sadari terdengar oleh dokter Bisma.

"Indah, kan? Suka nggak?" tanyanya.

Cindy mengangguk antusias. "Suka banget, Dok."

Dokter Bisma menarik garis senyum sebelum berkata, "Saya diberi tahu Claudya, katanya kamu sangat menyukai taman. Makanya saya bawa ke sini."

Sedekat apa sih Cla dengan dokter Bisma, sampai-sampai bercerita sudah sejauh ini.

Dokter Bisma sudah memegang kamera pocket kesayangannya. Dan sibuk memotret dengan benda itu. Cindy menikmati pemandangan yang sangat indah ini. Ada rasa sesal di hati Cindy, kenapa kesempatan selama tinggal di sini tidak ia manfaatkan untuk mengeksplor tempat wisata indah yang ada di Bali.

Mencium wanginya bunga, aroma segar dari dedaunan adalah hal yang sangat Cindy sukai. Cindy berjongkok di antara bunga yang tumbuh, menyentuh kelopak-kelopak bunga dengan warna-warni yang sangat cantik. Dia terus menyusuri taman, tanpa terasa langkahnya sudah berada jauh dari dokter Bisma.

Cindy & Claudya (Republish)Where stories live. Discover now