Bundanya hanya menghela nafas melihat Arga yang keras kepala. " Yaudah ayo pulang, ngapain malem - malem masih di sini. " sambil menarik Arga menuju depan pintu.

" Besok biar OB yang beresin kekacauan yang udah kamu buat. " lanjut Bundanya.

Mereka pun turun ke lantai bawah dan berjalan ke arah mobil Arga. Dan mulai melaju meninggalkan pelataran kantor.

####

Keesokan harinya, Arga turun dengan raut muka datar dan aura yang lebih mencekam.

" Ga. Makan dulu, kalau nggak makan gausah pergi ke sekolah. " ujar Bundanya. Yang hanya di balasm deheman dari Arga.

Setelah menghabiskan makannya Arga berpamitan kepada Bunda dan Ayahnya dan langsung keluar menuju mobilnya.

" Itu Arga kenapa Bun, tumben diem banget. " Tanya Ayahnya yang merasa heran.

" Biasa, remaja. Patah hati dia. " jawab Bunda sambil cekikikan.

" Emang Arga udah punya pacar Bun?"

" Belum sih, tapi Arga kan suka sama Elia Yah. Udah keliatan kan dari dulu. Ihh kamu mah gapeka sama perasaan anaknya sendiri. "

" Ohh... Gara - gara El. Biarin aja Bun, Arga udah besar. Udah bisa mikir mana yang baik buat dia. "

" Iya tapi kan kasian, kamu gatau aja kemarin di kantor dia mecahin kaca. Tangannya luka, untung Bunda dateng. Coba kalau nggak. "

" Wah keren banget si Arga. Sampe mecahin kaca segala. " ujar Ayahnya seraya tertawa.

" Ihh kamu emang dasar ya. " jawab bunda sinis kemudian meninggalkan suaminya yang sedang tertawa sendirian.

####

Ciitttt!!!!

Bunyi decitan ban mobil milik Arga membuat orang - orang terfokus kepadanya.

Arga berjalan di koridor dengan raut datar, hingga orang yang ingin menyapa akan memikirkan ulang melihat wajah Arga yang nampak tidak bersahabat.

" Argaaaa!!! Gaaa!! Berhenti. Tungguin gue! " Teriak seseorang dari kejauhan

Arga mengetahui siapa yang berteriak memanggilnya. Dia sudah hafal suaranya, namun Arga tidak menghentikan langkahnya. Saat sudah sampai di depan kelasnya Arga menghampiri Gita dan menyuruh bertukar tempat duduk. Arga sekarang duduk dengan Rafa.

Elia menghampiri Arga " Ga, lo kok pindah tempat duduk sih. Tadi juga lo gak jemput gue, untung di anter sama Papa " Ujar Elia

Arga diam tidak membalas ucapan Elia. Dan lebih memilih memasang earphone di telinga nya. Elia yang melihat itu menghentakkan kaki kesal dan berbalik menuju bangkunya.

" Lo kenapa sih? Tumbenan nyuek in El " tanya Rafa heran. Namun tidak juga mendapat jawaban dari Arga.

####

Saat jam istirahat, Arga langsung keluar kelas dan berjalan berlawanan arah. Bukan ke kantin melainkan ke arah lapangan indoor. Arga bermain basket di sana.

Dengan keringat bercucuran, Arga masih tetap melanjutkan permainan basketnya. Sekilas dia melihat Elia yang berjalan bersama Tristan sambil membawa buku ke arah perpustakaan.

Dengan kasar, Arga menghempaskan bola basketnya. Arga kemudian merebahkan badannya di lapangan.
Pikirannya masih kacau.

Tak berapa lama kemudian, teman - temannya muncul, sambil membawakan minuman untuknya.

" Lo kenapa sih Ga hari ini. Suram banget muka lo. " tanya Arsya sambil melemparkan minuman ke arah Arga dan dengan mudah di tangkap oleh Arga.

" Gapapa. " jawabnya singkat.

" Kaya cewek lo. Di tanya jawabannya gapapa mulu. " balas Rafa.

" Bodo amat " balas Arga.

Mereka bertiga akhirnya memilih membolos pelajaran dan pergi ke rooftop. Di sana sudah ada sofa bekas yang masih bisa di pakai untuk duduknya. Hembusan angin yang menerpa wajah mereka membuat mereka memejamkan matanya meresapi.

Arga dari tadi pagi ingin sekali mengelus rambut Elia yang halus, seperti kebiasaannya dari dulu. Namun Arga menahannya dengan sekuat tenaga.

Huhhhhfff

Helaan nafas Arga membuat fokus kedua temannya teralihkan menjadi ke arah Arga.

Rafa dan Arsya saling pandang seolah berbicara lewat isyarat.
" Ga, nanti malem main yok. Udah lama gak kesana. " ajak Rafa

" Iya, Anak - anak udah pada nanyain lo, kapan turun tangan. " lanjut Arsya.
" Oke. Nanti malem gue kesana. " Jawab Arga singkat.

Tak lama setelah itu Arga memilih memejamkan matanya, mengistirahatkan otaknya yang penuh dengan satu nama. Elia.

Rafa dan Arsya turut memejamkan matanya, tidak ingin mengganggu ketenangan Arga daripada terkena bogeman mentah darinya.

Hingga bel pulang berbunyi mereka bertiga masih belum ada yang bangun. Tak lama kemudian, Arga bangun terlebih dahulu. Melihat temannya yang tidur dengan nyenyaknya.

Brakk!

Arga menendang sofa yang sedang di gunakan temannya tidur. Seketika juga Rafa dan Arsya bangkit. Dengan kondisi nyawa belum terkumpul sepenuhnya, membuat Arga menahan tawa melihat ekspresi dari temannya.

" Bangke lo! Kalau mau ajak ribut sini maju! " Ujar Rafa sewot.

" Tau tuh, pala gue pusing anjirr. " jawab Arsya

" Sini, lo aja yang nyamperin gue. Ayo mumpung gue butuh samsak " Ujar Arga sambil memutar - mutar tangannya.

Mendengar itu membuat Rafa tertawa cengengesan, mengeluarkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
"  Kidding bangke. Lo mah "

" Udah ayok buruan turun. Udah sore, keburu gerbangnya di tutup sama pak Udin . " Ujar Arsya.

" Lo kok bego juga sih. Yang punya sekolah masih santai duduk di depan lo. Ngapain lo yang panik bego. " jawab Rafa

"  Oh iya gue lupa kalau Arga yang punya sekolah. " balas Arsya dengan cengirannya.

" Bukan punya gue. Tapi punya bokap. " ujar Arga.

" Sama aja bego, masih satu kk juga! Lo kok malah jadi bego juga sih Ga. " kesal Rafa yang malah dipelototi oleh Arga.

Rafa pun langsung berlari turun. " Buruan para jomblo. " Mendengar itu membuat Arsya dan Arga mengejar Rafa.

" Woii Raf! Awas aja kalo sampe ketangkep. Gue pasung lo! " Ujar Arsya sambil terus mengejar Rafa.

Arga juga turut berlari mengikuti temannya, dia tersenyum melihat kelakuan temannya. Namun senyuman itu tidak bertahan lama saat dia melihat orang yang paling dihindarinya berada di samping mobilnya.

" Gaa... " suara lirih dari orang itu membuat Arga memelankan langkahnya.  Menatap cewek itu, Yaa. Dia Elia.














To Be Continue

Typo bertebaran 👾

Vote
Coment
See youuuu......

Friendzone (COMPLETED)Where stories live. Discover now