Part 2

35 14 2
                                    

🍃🌺Ketika Dia pergi. Mungkin ini adalah rencana dari Allah yang kebetulan bersamaan dengan keinginanku,agar jantung ini tidak terlalu lelah jika harus berpacu lebih kuat setiap Dia dekat bersamaku.🍁🍃🌸

(Author'PoV)

Layar handphone menyala terang diatas nakas. Sedangkan Hanif yang baru saja usai mandi sangat antusias ketika nama 'Arafah' tertera dilayar handphonenya.

AraTantik❣️💞
Han,gue butuh lo. Tolong kali ini Lo Dateng buat jadi pengokoh gue.

Tanpa diminta dua kali Hanif langsung menyambar kunci mobil yang sedari tadi bersinggah atas nakas juga. Dan setelah mendapat izin dari Abinya ia segera melajukan kemudi mobilnya. Namun sebelum itu ia menuliskan balasan pesan Arafah terlebih dahulu.

KakAwi
Kenapa?

Ia paham betul apa yang terjadi dengan sahabat kecilnya. Maka dari itu ia mengabaikan tentang pikirannya untuk menjauh dari Arafah. Karena tidak mungkin juga jika ia membiarkan gadis itu mati-matian jatuh- bangun mencari sandaran sendiri saat ia sedang rapuh- rapuhnya.

Sebisa mungkin Hanif melajukan kecepatannya.

Setelah sampai ditempat ia berlari mengelilingi taman yang luasnya hampir seperti lapangan bola disekolahnya. Tidak salah lagi, ia tahu betul dimana Arafah akan menghabiskan waktunya kala ia sedang ditimpa banyak masalah. Karena selain tempatnya yang tidak terlalu ramai, kelap-kelip lampunya juga dapat menghambur sedikit bebannya.

Waktu terasa berhenti sejenak saat matanya tak sengaja menangkap sosok familiar tengah berbincang hangat dikursi panjang taman. Aneh, tak biasanya Arafah mudah terbuka dengan orang lain. Apalagi ditambah dengan jarak sedekat itu.

Dan Hanif tidak menduga kalau beberapa detik kemudian Arafah bangkit bersama laki-laki dan berjalanmembuntutinya.
Jujur ada semburat rasa sakit yang tertinggal disana,ditempat yang mereka duduki beberapa menit yang lalu sebelum ia datang.
Sepertinya Arafah sudah semakin beranjak dewasa sehingga ia telah menghadirkan seseorang untuk menghapus air matanya.

Langkahnya perlahan semakin mendekat dikursi panjang itu. Ia duduk dengan berpikir keras.

Ternyata sangat sulit jauh dari orang yang telah membuatnya nyaman sejak pertama. Gadis itu bagai pelengkap dari separuh kekurangannya. Karena semakin ia berusaha melepasnya maka ia semakin merasa kalau Arafah adalah tulang rusuk yang ia nantikan selama ini.

"Ketika anti pergi,Ra. Mungkin ini adalah sebagian dari rencana_Nya yang kebetulan dibarengi dengan keinginan ana,agar jantung ini tidak berpacu terlalu cepat."

Kecewa memang ada. tapi terlalu banyak kenangan indah yang dapat menutupi satu atau dua kesalahan. Ini hal wajar yang banyak terjadi ketika orang menginjak remaja dan mungkin Arafah hanya ingin mencari kesenangan untuk meringankan beban-beban yang sudah lama ia pikul.

Setenga jam berlalu. Arafah membuatnya sedikit kurang fokus berkemudi.
"Astaghfirullah." Pekiknya setelah sadar bahwa ia hampir menabrak orang. Sedetik saja ia terlambat menekan pedal rem,ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Hanif berjalan keluar dari dalam mobilnya untuk memastikan keadaan seseorang yang hampir ditabraknya.

"Ya Allah,bah. Athlubu Afwan. Ana nggak sengaja mau nabrak Abah barusan."pintanya sopan,menyadari kalau lawan bicaranya saat ini mungkin seumuran dengan Almarhum kakeknya.

ArafahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang