[17] Crazy Botch

212 34 2
                                    

Orang-orang jadi lebih sering memperhatikanku semenjak ada berita tentang Toru dan aku yang tinggal bersama. Beberapa dari mereka menatapku dengan tatapan iri. Namun tidak sedikit juga yang tersenyum kepadaku. Sudah banyak orang yang mengenaliku. Aku tidak terlalu memikirkan itu karena beritanya juga sudah reda.

Hari-hariku selama kuliah juga menyenangkan. Aku sudah memperoleh pengetahuan dasar dari bidang yang kupilih serta pengetahuan umum tentang general liberal arts education. Lingkungan pertemananku juga baik. Mereka tidak pernah menyinggung tentang hubunganku.

Waktu libur Toru telah usai. Namun jadwalnya memang tidak terlalu padat setelah tour. Dia juga sudah menyelesaikan project kolaborasi dengan seorang penyanyi wanita. Toru menepati janjinya untuk mengantar dan menjemputku selama kuliah. Namun kalau Toru sedang ada urusan, aku akan pergi dengan Audy. Aku jadi banyak menghabiskan waktu bersama temanku itu. Aku juga sudah pernah ke rumah neneknya.

Dan sekarang aku dan Toru sedang di pusat perbelanjaan. Tempat yang sama di mana Toru mengajakku membeli peralatan kuliahku tempo hari. Toru ingin membeli pakaian. Sudah banyak store yang kami masuki, namun tidak ada pakaian yang menarik perhatian Toru. Seleranya cukup rewel.

Akhirnya aku memilihkan acak sebuah hoodie berwarna hitam dan dia langsung mau. Huh, kenapa tidak dari tadi saja aku memilihkannya. Dia mencari lagi hoodie yang sama yang lebih kecil untukku. Bilang saja ingin membeli pakaian couple dari tadi, aku lelah berkeliling. Dasar!

"Aku mau ke toilet sebentar," ujarku saat dia akan membayar di kasir.

"Ayo kuantar."

"Tidak perlu, kau bayar saja dulu. Aku tadi melihat tulisan toilet di ujung sana, aku tidak akan tersesat."

"Baiklah. Jangan lama-lama."

Aku melesat pergi mencari toilet. Aku berbelok ke kanan. Sepertinya tadi aku melihat ada tulisan toilet di sini, namun tidak ada. Aku berputar-putar cukup lama, akhirnya ketemu. Ternyata aku salah belok, harusnya belok kiri bukan belok kanan.

Aku merasa ada yang mengikutiku sejak tadi. Benar saja, aku melihat dari pantulan cermin ada seorang pria yang sedang mengawasi toilet ini. Aku bisa melihat dengan jelas, dia pria yang sama yang menabrakku tempo hari. Pria itu kini sibuk dengan ponselnya lalu berjalan pergi.

Aku mengintip dari balik tembok toilet memastikan kalau pria itu benar-benar pergi. Pria itu memang sudah pergi, namun ada seorang lagi yang mengganggu pikiranku kali ini, Audy. Dia berdiri memegang ponsel tidak jauh dari tempat pria itu berdiri tadi.

Kenapa semua sangat kebetulan? Mereka bekerja sama? Audy menolongku saat aku ditabrak pria itu. Dan sekarang Audy ada di sini saat aku dibuntuti. Audy pernah bilang kalau dia penikmat lagu OOR dan mengikuti perkembangan mereka. Dia juga sepertinya tahu bagaimana kehidupan Toru. Apa Audy menyukai Toru? Apa selama ini dia menguntit?

Aku memikirkan semua hal gila itu sambil berjalan kembali ke store. Apa aku harus memberitahu ini pada Toru? Namun aku tidak mau membebaninya. Aku sudah terlalu banyak merepotkan. Mungkin ini hanya ketakutanku saja. Mungkin pria itu tidak mengawasiku. Mungkin Audy juga sedang berjalan-jalan di sini.

Aku beberapa kali menabrak tubuh orang di depanku. Aku mencoba fokus lagi dan tidak memikirkan hal gila itu. Aku melihat Toru sedang berdiri di ujung sana, seperti mencari sesuatu. Dia berlari ke arahku begitu melihatku yang hanya mematung.

"Kau ke mana saja? Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" Dia memelukku.

"Tidak. Banyak belokan di sini. Aku bingung hahaha. Ayo kita pulang saja." Aku berusaha menutupi semua ketakutanku.

"Benar tidak terjadi sesuatu?" tanya Toru memastikan.

"Iya. Kau kenapa cerewet sekali hahaha."

"Aku mengkhawatirkanmu." Dia merangkul pundakku sampai di parkiran mobil dan kami pulang.

*

Hari ini aku sudah menghubungi Audy, kemarin saat di pusat perbelanjaan dia sedang bersama neneknya membali hadiah ulang tahun untuk kakeknya, namun dia kehilangan jejak neneknya karena berjalan terlalu cepat. Begitu katanya saat aku bertanya tadi. Apa aku salah mencurigai orang?

Kampus sudah sepi sore ini saat aku baru keluar dari perpustakaan. Aku akan pulang sendiri kali ini. Toru sedang ada urusan dan akan pulang malam. Saat berjalan keluar dari gedung, tubuhku tiba-tiba ditarik dari belakang. Pria gila itu lagi. Dia membekap mulutku dengan tangannya. Aku berusaha keras untuk melepaskan diri dan berhasil terlepas saat aku menggigit tangannya. Aku segera berlari dan berteriak meminta tolong. Sialnya pria itu berhasil menempelengku dari belakang. Aku limbung dan terjatuh, kepalaku pusing sekali.

*

Aku berusaha membuka mata saat merasakan tamparan berkali-kali di pipiku. Kepalaku masih pusing. Hal pertama yang kulihat adalah pria gila yang sedang berdiri di depanku. Aku melihat keadaan sekitar. Aku tidak tahu ini di mana, yang jelas aku berada di sebuah ruangan dengan pintu yang tertutup.

Aku tampak mengenaskan. Aku duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kaki yang diikat. Pria di depanku hanya tertawa melihatku berusaha membuka ikatan ini.

"Coba saja kalau bisa hahaha." Pria itu menjambak rambutku.

"AHHH! Apa maumu?! Kenapa kau melakukan ini padaku?!"

"Aku hanya tidak suka kau mengambil apa yang bukan milikmu."

"Maksudmu? Aku mengambil apa? Aku tidak mencuri apapun darimu. Aku tidak mengenalmu. Lepaskan aku!" Aku banyak memakinya dengan bahasa.

"Tidak mencuri apapun katamu? Kau mencuri Toru!" Dia membentak dan semakin menarik rambutku ke belakang. Dia berkata aku mencuri Toru. Mencuri Toru dari siapa? Pikiranku langsung tertuju pada Audy.

"Apa Audy yang menyuruhmu melakukan ini padaku?"

"Siapa Audy? Aku melakukan ini atas kemauanku sendiri. Aku benci siapapun perempuan yang merebut Toru dariku."

Wah pria ini benar-benar gila. Jadi dia seorang gay? Aku tertawa di tengah kesakitan ini. Sepertinya pikiranku juga jadi tidak waras gara-gara pria ini.

"Kenapa kau tertawa?! Tidak ada yang lucu! Diamlah atau aku akan membunuhmu!" Pria itu keluar dan mengunci pintu.

Aku berhasil melepas ikatan tanganku dan mengambil ponsel. Pria gila tadi tidak sepintar itu rupanya. Aku mencoba menghubungi Toru namun nomornya tidak aktif. Harapan satu-satunya adalah Audy. Sungguh tidak tahu malu, tadi aku menuduhnya dan sekarang minta tolong.

Aku menghubunginya dan memberitahukan kalau aku sedang diculik. Audy memintaku share location, namun sinyalnya buruk sekali. Belum sempat aku mengirim lokasiku, pintu tiba-tiba terbuka dan pria itu masuk dengan tampang garang.

"Sialan! Apa yang kau lakukan dengan ponselmu?!" Dia membanting ponselku dan memakiku. Dia menghajarku bertubi-tubi sampai aku tidak sadarkan diri.

Apa aku akan mati hari ini?

*****

Arigatou, Toru-san! | Toru Yamashita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang