[9] Hard to Love

277 36 18
                                    

9 November 2019

Siang ini aku sedang bersama Toru di dalam mobilnya. Setelah latihan tadi dia langsung menjemputku. Dia akan mengajakku ke kedai ramen miliknya. Katanya dia ingin mengingat lagi pertemuan pertama kami. hilih

"Kenapa kau cepat sekali jatuh cinta?" tanyaku saat kami sudah duduk di dalam kedai ramen. Aku baru tahu kalau tempat ini juga terdapat private room.

"Kau juga."

Aku memukulnya karena malu. Benar juga. Kenapa aku juga cepat sekali jatuh cinta padanya?

Aku berdehem sebelum bertanya lagi. "Maksudku, kenapa kau menyukaiku?"

"Hal pertama dari seorang gadis yang bisa menarik perhatianku adalah senyumannya. Kau tersenyum padaku waktu itu. Manis sekali." hilih

"Hanya karena senyuman? Kau kan baru mengenalku belum genap sepuluh hari, bagaimana dengan sifatku yang lainnya?" tanyaku lagi masih penasaran.

"Seorang novelis menciptakan tokoh yang mereka buat, termasuk sifat dan karakternya. Kau bisa paham bagaimana tokoh yang kau ciptakan. Secara tidak langsung, kau akan belajar lebih peka reaksi orang sekelilingmu dan tahu bagaimana cara menanggapinya. Kupikir kau bisa membaca suasana hati. Kau juga bisa membuatku nyaman selama berada di dekatmu. Sebenarnya aku juga menyukai gadis yang natural dan berambut panjang," ujarnya panjang lebar.

"Lalu kenapa kau berkencan dengan Ayaka? Rambutnya kan pendek. Dan kenapa kalian putus?"

"Sudah kubilang hal pertama yang menarik perhatianku adalah senyuman, kalau rambut panjang itu bonus. Soal Ayaka, sifat aslinya membuatku tidak nyaman." Raut wajah Toru berubah.

Aku baru ingat kalau rambutku juga pendek. "Aku akan memanjangkan rambutku mulai sekarang." Aku tersenyum padanya.

"Kau bahkan tidak menanyakan lagi tentang Ayaka, kau memang bisa membaca suasana hatiku."

"Ya ya ya. Itu terserah kau."

"Lalu kenapa kau juga bisa menyukaiku?" tanyanya.

"Tidak tahu juga. Hanya saja, kau memperlakukanku dengan baik."

Kami banyak mengobrol tentang banyak hal. Dia mulai terbuka padaku. Aku banyak mengetahui hal baru tentangnya. Aku juga menceritakan masalahku yang sebenarnya. Bersama orang yang tepat memang menyenangkan.

Toru mengajakku ke Tokyo Ginko Avenue setelah makan. Sepertinya dia sangat ingin nostalgia. Aku memakai masker kali ini. Sedangkan Toru dengan santai berjalan tanpa masker. Seperti aku yang jadi Artis di sini.

Sudah kubilang padanya kalau aku masih belum siap wajahku menjadi sorotan banyak orang dan dia tidak mempermasalahkan itu. Dia akan menunggu sampai aku siap. Sore ini kami jalan beriringan dan bergandengan tangan di area taman ini.

Akan kukatakan sekali lagi. Sejak aku mengenal Toru, sendirian sungguh hal yang menyebalkan. Dan kurasa mulai saat ini, sesuatu yang tanpa Toru adalah hal yang sangat menyebalkan.

*

"Kenapa? Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu," ujar Toru saat kami sudah di parkiran apartemennya dan aku masih diam mematung.

"Ih bukan begitu. Kenapa kau selalu mengatakan hal-hal seperti itu, sih?"

Dia tertawa. "Ayo masuk, aku punya banyak buku di dalam."

Hm. Modus.

Kami berdua melangkah masuk. Aku berjalan di sisi kiri Toru. Tiba-tiba tangan kirinya merangkul pundakku. Tangan kanannya juga bergerak untuk menutupi bagian wajahku. Aku tersentak namun tetap mengikutinya berjalan karena tidak bisa melihat dengan jelas jalan di depanku.

Arigatou, Toru-san! | Toru Yamashita [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora