04. amnesia

87 18 15
                                    

Jangan lupa follow my ig: oktafiasari3764 dan wattpadrdz

Maafkan jika Masia da typo bertebaran.

______________________________________

"Capek banget ih!! Sekolah berasa kerja rodi" saat ini Naina sudah berada di depan gerbang Alexis, Bia sudah pulang dari tadi karena Alif abangnya sudah menjemput.

Naina masih setia menunggu orang lewat untuk ia tumpangi namun dari tadi semua orang keluar dengan berpasangan, sangat jahat sekali membuat mata Naina iri melihatnya.
Naina benci orang berpasangan saat dirinya sedang jomblo, Naina tidak suka berpacaran saat dirinya tidak pacaran.

"Ongkos abis lagi, mana rumah jauh" Naina memeriksa kantung bajunya dan tidak menemukan uang sepeserpun, Naina mencoba memeriksa tasnya namun hasilnya tetap sama, tidak ada uang sama sekali.

Tidak ada tumpangan, uang sudah habis, Naina memutuskan untuk jalan kaki menuju rumahnya yang jauh itu. Naina yakin jika ia akan sampai sesudah Maghrib dengan berjalan kaki seperti ini. Kakinya yang mulus itu pasti akan terasa pegal besok pagi akibat jalan kaki dengan jarak yang amat jauh, ponselnya yang mati membuat Naina tidak bisa menghubungi orang rumah untuk menjemputnya.

Mata Naina seketika membulat, menyaksikan dua insan manusia yang berada dalam satu mobil, tawa yang mereka keluarkan begitu bahagia membuat Naina mengeluarkan air mata. Rasa sakit yang tidak ada bentuknya membuat dada Naina terasa sesak. Sudah senang hari ini tidak melihat pemandangan menyakitkan, namun sekarang malah terpampang nyata di hadapannya.

"Kok Fathan jahat? Mudah banget bikin Naina sakit hati" ucapnya dengan nada terluka. Naina menghapus air matanya yang tanpa ia suruh sudah mengalir deras, dengan cepat Naina mengalihkan pandangannya dari Fathan yang baru saja melajukan mobilnya bersama Ghea yang terlihat sangat senang.

Langkah kaki Naina di percepat, Naina ingin sekali sampai di rumahnya, bergelung dengan selimut lalu menangis sejadi jadinya. Fathan adalah laki laki pertama yang Naina cintai, karena dari dulu Naina pacaran hanya karena takut menolak laki laki yang menembaknya atau mengatakan cinta padanya malu karena ia tolak.

"Kenapa nangis?" Naina melihat siapa yang berbicara padanya, ada sosok Fano yang saat ini berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir apapun Naina menangis sejadi jadinya membuat Fano jadi bingung apa yang terjadi dengan Naina.

"Huaaa Fano!!!! Naina tu, nangis karena temen Fano!!! Hiks hiks Naina sakit hati, tau ga hiks?" Ucap Naina dengan sesenggukan.

"Dasar lebay!" balas Fano membuat Naina makin kesal dibuatnya. Naina mencebikkan bibirnya, menghapus air matanya lalu dengan seenak jidat nyelonong masuk ke dalam mobil Fano.

Fano hanya menatap Naina datar, ia segera masuk ke dalam mobilnya dan terpaksa harus mengantarkan gadis pemilk suara kaleng rombeng itu.
Pipi yang tadi basah akibat menangis kini sudah mengering, air matanya tidak jatuh lagi. Tidak percakapan diantara mereka berdua, Fano fokus mengemudi dan Naina masih terbayang bayang Fathan.

"Rumah Lo?" Naina awalnya bingung, namun beberapa detik kemudian ia paham dengan apa ucapan Fano, pasti dia menanyakan alamat tempat tinggalnya.

Naina diam, tidak menjawab ucapan Fano. Naina bingung alamat rumahnya dimana, ia tidak pernah menghafal alamat rumahnya karena setiap hari selalu di antar jemput oleh ayahnya, jika tidak ada yang jemput biasanya Bia yang akan memesankan Taxi atau ojek online yang langsung di beritahu menuju ke mana.

"Di mana?" Fano bertanya untuk yang kedua kalinya, Naina masih diam dengan fikirannya sendiri membuat Fano geram sudah di abaikan.

"Lupa," balasnya dengan wajah polos. Fano hanya menghembuskan nafas kasar, bisa bisanya ia bertemu gadis yang lupa dengan alamat rumahnya sendiri, untung saja ia tidak lupa siapa dirinya.

ALFANO [SLStory]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon