17. berbagai macam sifat

47 4 0
                                    

Annyeong yeorobun selamat membaca

______________________________________

"Ikan hiu makan tomat," ucap Fiko lantang.

"Itu hidup lu, gua mah bodo amat!" Semuanya tercengang saat ada yang menjawab pantun Fiko, padahal Fiko baru saja mangap ingin melanjutkan.

"Gila, Nency keren banget!" balas Fathan bertepuk tangan, gadis itu kini sedang menyapu halaman di depan kelasnya.

Fiko masih terdiam, ia tidak menyangka Nency melanjutkan pantun nya meski agak nyelekit. Gadis itu tidak menoleh membuat Fiko tidak jadi menggoda, padahal ingin sekali melihat gadis itu marah.

Banyak siswi yang berisik, Fathan dan Fano melihat ke arah di mana sumber suara itu. Cuma Fano dan Aqkhas berjalan menuju kelas dan hebohnya seperti kedatangan Dylan Wang aktor China. Akhirnya suara berisik itu lenyap karena mereka berdua sudah sampai di depan kelas, para adik kelas itu tak akan mungkin berani mengikuti sampai kelas, mengingat gadis kelasnya garang-garang kayak buaya baru bertelur.

"Fan liat Fisika, gua lupa ngerjain," ucap Fiko.

Fano meletakkan tasnya di dalam laci. "Lo mana pernah ngerjain."

Fathan menatap Fiko lalu berkata 'haha mampus' namun tanpa suara, tapi Fiko mengerti apa yang di ucapkan dan tanpa menunggu lama langsung saja ia beri Fathan hadiah satu jitakan.

Fano mengambil buku tulis miliknya lalu melemparkan pada Fiko. Bagaimana Fiko dan yang lainnya bisa berkembang otaknya, orang setiap ada tugas hanya nyalin tempat Fano, tidak pernah sama sekali ada keinginan mengerjakan sendiri dengan usahanya sendiri.

"Fan, lo sama Aqkhas makan apa bisa pinter?" tanya Fiko sambil menyalin tugas.

Fathan berjalan menghampirinya. "Makan buku cetak Fisika, Kimia, matematika."

Fiko menoleh ke arah Fathan, wajahnya seperti syok tapi malah lebih terlihat seperti orang oon. "Masa iya?'

Gak nyangka, Fiko percaya sama ucapan Fathan yang ngawur, emang kalau gak pernah mikir ya gitu, gampang di begoin. Mereka berdua menghentikan perbincangan dan fokus menyalin tugas milik Fano.

"Liat Fano, gak?" Fano mendengar ada yang bertanya dan menyebut namanya, tapi enggak sedikitpun ia bersuara dan memberitahu jika ia di sini, di dalam kelas dan di bangku paling belakang sedang bermain dengan ponselnya.

Aqkhas yang di tanya hanya diam, ia berada di bangku paling depan dan sedang fokus bermain game sama seperti Fano. Ayara yang merasa terkacangi mendengkus lalu keluar lagi dari kelas, sepertinya mata Ayara minus karena Fano yang sebesar itu tidak kelihatan.

"Kambing!" Suara Arsen membuat mereka menoleh, mana mungkin di sekolah elit ada kambing.

"Apaan sih anjir! Bawa kambing segala?" teriak Fathan yang baru saja selesai menyalin lalu menutup bukunya.

"Cewek gua, nelpon pas gua log-in. Anju banget bangsat!" Arsen melempar ponselnya lalu dengan gerakan cepat Fiko berlari memungut. Lumayan, siapa tau Arsen tidak berniat memungutnya kembali.

Fathan berjalan ke belakang, meninggalkan Fiko yang nantinya akan berdebat dengan Arsen. Fathan mengeluarkan ponselnya agar ia tidak hanya seperti orang bego yang duduk diam tanpa melakukan apapun sedangkan Fano sibuk memijat ponselnya.

"Menurut lo, gua perjuangin Ghea atau berhenti?" ucap Fathan pelan dan hanya Fano yang mendengar.

Fano beralih dari layar ponsel lalu menatap Fathan yang malah menatap layar ponselnya gantian dengan Fano tadi. Jika Fano adalah Aqkhas, mungkin sekarang Fathan jadi samsak.

ALFANO [SLStory]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum