18. Fathan lagi

8 1 0
                                    

Annyeong yeorobun selamat membaca

______________________________________

"Hari ini di jemput siapa, Bi?" Lyla bertanya, saat ini mereka bertiga berjalan menuju depan sekolah karena kegiatan belajar mengajar sudah selesai.

Naina yang tadinya asik sendiri dengan ponsel mencoba memahami obrolan dan hanya menyimak apa yang akan selanjutnya Kyla tanyakan setelah Bia menjawab , apakah ia akan beratnya hal yang sama juga pada Naina. Naina selain suka kepedean ia juga suka berharap, apalagi berharap pada yang tidak pasti.

"Di jemput Bang Alif." Setalah itu Kyla tak bersuara lagi. Naina yang sudah menyiapkan kata-kata mendengkus, dasar sahabat pilih kasih.

Kyla sadar jika Naina sedang tidak baik-baik saja menoleh. "Lo kenapa deh, Nai?"

"Lo gak nanyain, gua? Jahat!" Gadis itu berjalan mendahului Lyla dan dan juga Bia.

Bia hanya menatap datar kepergian Naina dan Kyla malah terlihat bingung. Memang sudah jika Naima dan Kyla di satukan, tidak bisa berdamai barang sebentar saja. Dua gadis dengan sifat yang sedikit sama itu diibaratkan dengan air dan minyak, tidak bisa bersatu meski berdampingan.

"Temen lo kenapa, Bi? Aneh!" Kyla menatap Bia.

"Temen lo juga, Kyk," balas Bia namun Ku malah tertawa.

Mereka berdua berjalan di belakang Naina dengan jarak lumayan jauh karena Naina berjalan sangat cepat. Gadis itu berhenti di depan gerbang di susul oleh Bia dan juga Kyla yang kini sudah ada di sampingnya.

"Balik sama siapa lo?" tanya Kyla pada Naina yang nampak sedang sibuk dengan ponsel.

Naina menoleh pada Kyla sebentar lalu membuat muka pada sahabatnya itu yang di balas decakan kesal oleh Kyla. Bia yang melihat dua gadis itu saling membuang muka hanya geleng kepala.

"Fathan!!" Tiba-tiba Kyla berteriak saat Fathan baru saja ingin masuk ke area parkir membuat Naina melotot tajam ke arah Kyla namun Kyla masa bodo.

Laki-laki itu menghentikan langkahnya lalu menatap dengan tatapan bingung terhadap tiga gadis yang kini berdiri tidak jauh darinya. Yang Fathan lihat, ia kenal dari salah satu mereka. Tidak asing.

"Boleh gak nitip temen gua? Pulang nya ga ada barengan." Ucapan Kyla berhasil membuat Naina tercengang. Tidak pakai aba-aba tiba-tiba langsung gas membuat Naina Shik berat.

"Temen lu yang mana? Kanan atau kiri?" tanya Fathan karena posisi Kyla berada di tengah.

"Ini kiri gua. Bisa kan nitip anterin Naina?"

Naina tegang setengah mampus. Jika benar ia akan pulang bersama Fathan apa tidak jantungan jika diantarkan pulang oleh lelaki idamannya. Naina sedang tahan napas saat ini menunggu jawaban dari Fathan yang masih betah untuk dijual am saja. Kakinya bergetar hebat membuat ia semakin kaku dan semakin kehilangan keseimbangan.

"Bisa kan."

"Gak bisa. Gua balik sama Ghea. Lagian kita juga ga deket apalagi akrab." Fathan pergi begitu saja setelah mengatakan sebuah kalimat itu.

Ternyata bukan di antar Fathan yang bikin lemas tak berdaya. Di tolak mentah-mentah di depan mata lebih dahsyat. Naina kini diam seribu bahasa. Mulutnya seperti kaku tak bisa berbicara lalu dadanya terasa sesak serta kakinya terasa lemas.

Naina bukan di tolak cintanya, hanya di tolak untuk di amat pulang namun rasa sakitnya terasa luar biasa. Jika saja Naina mau pasti ia sudah menangis sekarang juga.

"Itu Nai, itu yang lu suka lu kejar-keja? Ngehargai Lo aja enggak Nai!" Nada Kyla terlihat kesal. "Gua saranin lu lupain perasaan lu! Dia gak suka lu Nai dan dia gamau lu."

ALFANO [SLStory]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن