16. congan yang kesekian

19 3 1
                                    

Annyeong yeorobun selamat membaca

MOHON MAAF KALAU ADA TYPO YANG FI LUAR NALAR, JEMPOLKU SUKA KEPLESET😭
______________________________________

Tangis Naina pecah saat ia sudah menjauh dari kelas Fathan, suara isak akhirnya terdengar setelah dari tadi ia tak mengeluarkan suara. Naina berlari menuju depan perpustakaan, di sana sangat sepi karena kebanyakan siswa sedang menonton dan menantikan hasil olimpiade hari terakhir.

Naina menangis sedikit tersedu, rasanya sangat sakit dihina di depan orang yang ia suka dan dia hanya berdiri diam dan sama sekali tidak membantu sedikitpun. Setebal apapun muka Naina namun tetap saja ia punya rasa malu meskipun sedikit, ia malu karena yang seharusnya ia bisa membalas ucapan Ghea dan Ayara ia malah diam tidak bisa bicara, ia seperti orang bodoh yang begitu saja menerima jika di hina.

"Nai, kenapa? Lo nangis?" Naina melihat ke arah samping, kini ia tidak duduk sendirian lagi.

"Ka-kak Ael hiks!" ucap Naina sedikit sesenggukan karena menangis, sungguh Naina sangat jelek jika sedang menangis.

Naina menghapus air matanya yang terus saja mengalir deras namun tetap saja pipinya terus basah karena ia tidak berhenti menangis. Rafael yang melihat itu langsung bertindak, ia menghapus air mata Naina yang membasahi pipi gadis itu.

"Malu Nai, masa nangisnya sampe sesenggukan." Rafael meledek Naina dan berharap ucapannya berhasil membuat Naina berhenti menangis.

"Na-Naina kan, ga-gapunya hiks malu," balasnya lalu Rafael sepontan tertawa. Entah polos atau bagaimana, Naina begitu entengnya berkata jika ia tidak punya malu, jika di pikir-pikir emang benar ia tak ada malu, namun apakah ia tidak mau jaga image dengan Rafael yang tampan ini.

"Masih nangis lo sempet ngelawak? Emang dasar," ucap Rafael kembali menghapus air mata Naina dan akhirnya Naina berhenti menangis.

Naina membersihkan sisa air matanya, ia menatap Rafael yang tertawa dengan tingkahnya dan Naina tidak tau apakah tadi melucu atau bagaimana sehingga Rafael tertawa.

"Naina pas nangis, jelek ya? Tuh kan, kaka liat Naina pas jelek!" ucap Naina menyesal karena menangis di hadapan Rafael, rasanya malu banget, apalagi jika ia menangis bicaranya suka ngelantur.

"Lo mau nangis atau gak masih tetep imut, percaya deh sama gua. Lo tuh spesies langka." Rafael memuji Naina membuat gadis itu jadi salah tingkah dan senyam-senyum.

Senyum senangnya seketika pudar saat Naina menyadari sesuatu. "Eh tunggu, spesies langka? Berarti secara gak langsung kak Ael ngatain Naina Komodo kalau gak Harimau Sumatra dong?" ucapnya dan lagi-lagi Rafael tertawa di buatnya.

"Udah Nai, ga usah lawak lagi," ucap Rafael mengakhiri tawanya.

"Naina ga ngelawak, kakak mengadi-ngadi!" balas Naina mengerucutkan bibirnya.

Angin yang lumayan kencang di tambah bekas air mata membuat poni Naina jadi lepek dan tak berbentuk. Rafael merogoh saku almamaternya, sebuah sisir ia ambil membuat Naina menatapnya penuh tanya, untuk apa Rafael mengeluarkan sisir.

"Biar rapih, biar enak di pandang, biar keliatan cantik dan imut lagi," ucap Rafael sambil menyisir poni Naina dan merapikannya.

Naina seketika mematung, sungguh ini adalah perlakuan paling yang pernah Naina terima dari seorang laki-laki. Perlakuan Rafael membuat Naina seketika merasa terbang ke awan, Rafael sangat manis memperlakukan Naina dan bahkan semua kata-kata dari laki-laki itu sangat manis.

"Kak Ael sweet banget, Naina boleh salting gak?" Rafael hanya tersenyum menanggapi ucapan Naina, jika di amati lebih oleh Rafael, Naina adalah gadis cantik, imut, menggemaskan dan juga bar-bar. Rafael  bisa melihat banyak kepribadian dan sifat dari Naina, gadis itu selalu berubah-ubah sifatnya.

ALFANO [SLStory]Where stories live. Discover now