"Ya tetap saja. Kamu harus memakai dress malam ini. Ibu akan pilihkan satu untukmu."

*

Ibu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat penampilanku malam ini. Bukan. Bukan karena aku terlihat cantik. Dia heran melihat anaknya memakai dress namun juga memakai jaket denim. Aku tidak terbiasa memakai pakaian tanpa lengan, jadinya aku padukan dengan jaket. Menurutku ini tidak buruk.

"Kamu memakai dress dengan jaket? Lalu kamu pakai apa ini? Sepatu kets? Ini juga kenapa riasan wajahmu pucat sekali?" Ibu memberondongiku dengan sejuta pertanyaan.

"Tidak ada yang salah dengan penampilanku. Ini kan hanya makan malam, Buuu." Aku merengek. "Apa aku tidak cantik? Wajahku kan mirip dengan Ibu hahaha."

"Tidak. Ibu bahkan lebih cantik darimu malam ini."

"Jahat sekali. Sepertinya Ibu memang Ibu kandungku."

"Haesh. Sudah ayo berangkat! Ayahmu sudah menunggu di mobil."

*

Kami sudah sampai di sebuah restaurant Jepang. Wah. Aku jadi merindukan Jepang. Dan salah satu warganya. Ayah sudah melakukan pemesanan untuk empat kursi. Aku bingung kenapa harus empat kursi namun aku tidak mau repot-repot untuk bertanya. Mungkin ayah sedang ingin duduk di antara dua kursi.

Kami bertiga duduk dan seorang pelayan memberiku buku menu. Namun bukan daftar menu yang kulihat, melainkan kertas bertuliskan 'SELAMAT ULANG TAHUN'.

"Hah? Siapa yang ulang tahun?" tanyaku bingung.

"Raline, sebenarnya kamu ini anakku atau nenekku? Kenapa pelupa sekali? Kamu tidak ingat ini tanggal berapa?" Ibu menatapku lekat. Sedangkan aku di depannya hanya melongo. Aku memang tidak ingat ini tanggal berapa. Aku mencoba mengingat. Sekarang tanggal 17 November? Ini memang hari ulang tahunku!

"Hei, kenapa kau tidak bisa terharu sedikit? Aku sudah berusaha menyiapkan sesuatu yang romantis untukmu."

Suara siapa itu? Suaranya tepat di belakangku. Sepertinya tidak asing. Kok aku tiba-tiba merinding?

"Hei, menolehlah ke belakang! Aku bukan setan."

Aku spontan menoleh dan menemukan seonggok daging berwajah seperti Toru. Daging itu membawa kue cokelat dengan lilin angka 25 yang menyala di atasnya. Namun kenapa ada daging itu di sini? Apa ini hanya halusinasi karena aku terlalu merindukan Toru?

"Kau bahkan tidak terkejut sama sekali," ujar daging itu.

"Ini benar kau?"

"Aku datang jauh-jauh dari Jepang dan reaksimu hanya 'ini benar kau?' aku pulang saja," ujarnya dengan wajah lempeng. Dia menaruh kue cokelat itu di atas meja.

Aku memperhatikan daging yang ada di depanku. Setelah yakin kalau itu memang Toru, aku menghambur ke dalam pelukannya. Ah, aku benar-benar merindukannya.

"Bagaimana kau bisa di sini? Lalu ibu dan ayahku juga? Bagaimana bisa?" Aku melepas pelukannya.

"Aku menghubungi orangtuamu beberapa hari yang lalu."

"Bagaimana bisa?"

"Kau pernah memposting foto di instagram dan menandai akun ibumu di sana," jawabnya.

Dasar penguntit. Namun aku sayang.

"Haesh. Jadi kalian semua bersekongkol." Aku bersungut-sungut.

"Kalian berdua duduklah dulu." Ibu menyuruhku dan Toru untuk duduk. "Kenapa kau tidak mengaku saja pada Ibu kalau kau memang sedang berkencan? Ibu dan ayah pasti mendukungmu hahaha."

"Aku... butuh waktu untuk menceritakan pada kalian. Aku takut kalian terkejut dan tidak bisa menerima hubungan kami."

"Ayah akan mendukungmu kalau itu membuatmu senang, Raline." Ayahku yang sejak tadi diam kini menimpali.

"Maaf aku terlambat memberitahu kalian." Aku menatap ibu dan ayah bergantian.

"Sudah tidak usah dipikirkan. Ayo tiup lilinmu dulu! Lilinnya sudah leleh." Ibu mengarahkan kue cokelat itu padaku. Aku berdoa sebelum meniupnya. Aku berdoa untukku, untuk orangtuaku, juga untuk Toru. Aku bersyukur mereka di sini. Aku bahkan lupa rencana awalku merayakan ulangtahun sendiri di Jepang. Ternyata Tuhan sudah mengatur ini dengan sangat indah.

*****

note: kayaknya bakal dilanjut ada konflik lagi deh. jadi story ini mungkin agak panjangan. semoga kalian ga bosan. aku gamau bikin sekuel karena pengen Toru cuma ada di work ini aja ehe. soalnya aku pengen buat work lagi dengan cast yang beda, Taka mungkin?

btw. hope u guys enjoy!

Arigatou, Toru-san! | Toru Yamashita [COMPLETED]Where stories live. Discover now