14. Logam dalam Rambut

42 6 79
                                    

Apakah kau pernah mengetahui tentang kisah seekor semut yang tersesat di sarang semut yang lain, hmmm? Bisa saja ia seketika terbunuh, akan tetapi semut itu terus berjalan hingga menemukan jalan keluar. Begitulah penggambaran tentang manusia dengan takdir Tuhannya. Jangan abaikan pertanda, genggam erat pantang menyerah dan sabar yang kemudian berdampak pada jalan yang dipilih.

││

Pukul 15 : 15 ...

Kantor Bareskrim POLRI - Bagian Kriminalitas.

Informasi yang didapatkan dari para terduga yang berhasil ditangkap masih mengambang, mereka masih belum menemukan titik terang. Kelima orang yang kini berada di ruangan tempat mereka berkumpul dan berunding sama terdiam.

Kholili yang bersedekap dengan bahu menyandar ke kursi dan satu kakinya disilangkan, Chairul menautkan tangan di depan wajahnya dengan kepala tertunduk. sementara Raihan, Mirshal, dan Renata hanya duduk bersandar dengan ekspresi khas masing-masing.

"Mereka telah berada di sana lebih dulu." Akhirnya sebuah suara memecah keheningan di antara mereka, suara itu berasal dari orang yang sedari tadi menundukkan pandangannya. Chairul.

"Mereka melepas samaran saat menjalankan aksinya," lanjut Chairul.

"Ya. Tak ada korban, sudah jelas itu hanya kegaduhan yang dibuat untuk memblokade kalian, mereka sudah lebih dulu mengincar kalian." Kini berganti Kholili yang angkat bicara.

"Kenapa caranya seperti itu ... Pak?" tanya Renata, pandangannya ia bagi pada keduanya.

"Apa ada kemungkinan ... cara itu dibuat agar pelaku sebenarnya tersamarkan," sambung Renata, ia mengerling ke arah Chairul.

"Tak mungkin. Kalian lihat saja, acara itu adalah acara santai, di puncak kesuk-" sepersekian detik kata-katanya mengambang, terbersit sesuatu dalam pikiran Chairul, "benar. Acara itu diadakan tepat pada saat Pak Walikota menjamu stafnya yang bisa dibilang atas keberhasilan tugas mereka."

"Keberhasilan tugas mereka ...," gumam Raihan mengulang kata-kata Chairul. Raihan mengernyit.

Renata kembali ingin menimpali orang yang sebelumnya berucap,"Semua kemungkinan belum bisa diambil kesimpulan. Jikalau itu semua hanya umpan, untuk apa mereka membelot pada polisi kecuali ...."

"Apa?" Chairul sangat antusias menunggu kelanjutan perkataan dari Renata. Tak jarang kejadian ini kembali terulang, Renata seakan pandai membuat orang tertarik pada kata-katanya.

"Kecuali jika persaksian dua orang tadi itu benar, Pak." Sangat tidak dapat dipercaya. Sejak kepulangannya dari acara penjamuan walikota dan stafnya, perilaku Renata menjadi sedikit berbeda daripada sebelumnya.

Kholili yang sedari tadi terlihat tenang menanggapi semua pendapat kini mulai mengambil keputusan. "Kalian siap untuk melanjutkan misi kalian? Kita harus segera memecahkan masalah yang terjadi pada almarhum. Kita tidak bisa membuang waktu dengan hanya memikirkan satu kasus yang masih abu-abu sementara kita meninggalkan tugas lain."

Ketiga orang yang ditanya itu menjawab dengan serempak, menyatakan sebuah persetujuan.

"Baik, kalau begitu besok pagi kalian segera bersiap kembali ke kota kediaman almarhum, kalian harus berhati-hati karena sepertinya misi saat ini lebih berbahaya dibandingkan dengan misi sebelumnya. Kalian bisa saja mati di tengah jalan." Mendengar kata-kata Kholili membuat semuanya bergidik. Terkecuali Raihan yang menatap Kholili dengan sorot mata yang berbeda dengan lainnya, seakan memberikan gambaran bahwa dia sudah mengerti akan hal itu.

"Mengapa kalian berekspresi seperti itu, kenyataannya memang begitu bukan? Tapi kalian sudah terlatih ... seharusnya kalian tindak untuk menepisnya. Aku percaya kalian mampu melakukannya."

E.N.E.R.G.Y  [ON GOING]Where stories live. Discover now