4. Cegah bullying

206 44 220
                                    

"Penderitaan itu menyakitkan ...

Agar tak menyakitkan, akhirkan"

Di tengah gelap. Bibir itu komat-kamit lalu tersenyum pahit.

Pukul 11:00...

Rumah susun Lt.3

Dalam ruangan yang dindingnya bernuansa monokrom putih tulang . Dua sisinya bertengger poster-poster dan kaos bernomor punggung pemain bola dunia yang namanya masih mentereng sampai saat ini. Di salah satu dinding tepat berada di depan tempat tidur, tersusun seperangkat alat elektronik berupa speaker di bagian paling kiri dan kanan, televisi tepat di tengah, dan di samping kanan tv terdapat seperangkat komputer lengkap. Seseorang tengah asyik menatap layar tanpa beralih sedikit pun. Jemarinya lincah menari di atas keyboard, telinganya tersumpal headphone yang berada di atas kepala.

Prakk

"Ahh, Sial." Orang itu mengumpat sambil membanting headphonenya tepat di atas keyboard.

"Tinggal dikit lagi, malah mati, payah," omelnya pada karakter game yang telah ia mainkan.

Pria itu menggeliat. meregang-regang. Menarik tangan dan badannya hingga ke bagian belakang kursi yang ia duduki sekarang. Roda kursi yang fleksibel itu diputarnya dengan derajat tertentu menuju arah kamar mandi di sebelah kanan, dekat dengan jendela besar menuju balkon. Pria itu berjalan menuju kamar mandi dengan menarik bagian bawah kain baju, memainkannya. Pria itu menguap dengan puas. Ketika hampir menuju pintu kamar mandi pupil itu melebar. Cairan berwarna hitam pekat meleleh dari langit-langit kian menuruni dinding yang berwarna putih. Pria itu bergidik, aroma tak sedap menyeruak, ia langsung menutup hidungnya serapat mungkin.

"WAAAAAA ...," pekiknya.

./-././.-./ --./..

Pukul 10:00

Hari sebelumnya,

Ruang Autopsi

Raihan, Renata, Mirshal, Kholili dan Chairul memasuki ruangan autopsi.

Jenazah masih diperiksa oleh petugas. Sebelumnya, tubuh yang menggantung diturunkan oleh kepolisian. Wajahnya yang pucat pasi terlihat jelas, sebelum mayatnya dimasukkan ke dalam kantong mayat untuk dibawa ke Rumah Sakit.

"Ada sedikit bagian memar bekas tali, tapi juga ada bagian lain yang sedikit nampak jelas ...," terang Chairul.

"Ya, tak ada ciri lain selain ini, tanda yang lebih jelas terlihat yaitu luka memar bekas cekikan jari tangan di sekitar tenggorokkan dekat rahang korban, bisa dipastikan-ini pembunuhan," jelas Kholili.

Kholili berbalik arah ke hadapan tiga orang yang menjadi bagian dari timnya."Kalian sudah jelas kan? maka dari itu, cari siapa pelakunya dan apa motifnya."

Renata dan Mirshal reflek menghadap Kholili, memerhatikan ucapannya dan memberikan jawaban secara serempak. Sementara Raihan hanya menoleh sekejap dan kembali memusatkan perhatian ke tubuh yang telah membeku itu.

./-././.-./ --./..

Pukul 07:30

Mobil SUV hitam melesat cepat di lajur tanpa hambatan.

"Jangan banyak gerak, nanti rusakk ...," omel Renata kepada Raihan. Raihan berdecak, menampilkan wajah sinisnya pada Renata yang duduk di bangku depan.

"Mungkin kau memang cocok Rai, eh-maksudku Laila," timpal Mirshal menyengir. Raihan hanya membalasnya dengan tatapan tajam.

"Kau benar-benar seperti cewek Rai, Beda sama Rena yang meskipun bodinya aduhai, tapi ...."Belum selesai Mirshal menyelesaikan kata-katanya sontak tertahan dengan acungan tinju Renata, meski Renata tak menolehnya.

E.N.E.R.G.Y  [ON GOING]Where stories live. Discover now