2. Mau Bersenang-senang denganku?

32.4K 197 1
                                    

Jarum pendek pada jam tangan Grize sudah menunjuk ke angka 5. Dia membereskan meja kerja dan mematikan komputer. Setelah itu dia pun menyambar tasnya.

Suasana di sana sudah sepi. Teman sekantornya sudah pulang, dia memang sedikit lebih terlambat karena ada pekerjaan tambahan. 

Grize berjalan menuju lift. Dia memencet tombol dan sesaat kemudian pintu lift pun terbuka. "Theo," gumam Grize yang sebenarnya cukup terkejut. 

Di dalam lift ada pria yang siang ini dia bicarakan dengan Anya, Theo. Umurnya memang sudah matang, maklum, sudah menikah. Usianya 35 tahun lebih 3 bulan. Seorang bos di kantor ini. Namun, pria seperti itu memang lebih menarik, 'kan?

Tiba-tiba tangan Grize ditarik masuk ke dalam lift. Dia pun mengangkat kedua alisnya dan menurut masuk. Theo mengurungnya di dinding lift dengan kedua lengannya. "Grize, mau bersenang-senang denganku malam ini?"

Grize tersenyum. Diam-diam tangannya meraba tombol lift yang berjarak tidak jauh darinya. Dia memperkirakan tujuan lift bergerak dan setelah yakin dia pun menekannya. 

“Tuan Theo, aku rasa istrimu sedang menunggumu pulang di rumah."

Theo mengangkat dagu Grize. Wajahnya yang biasa saja terlihat begitu dekat di mata Grize. Pria itu berkata, "Ini persoalan gampang. Jadi?"

Grize tidak menjawab, hanya menggigit bibir bawahnya dengan pandangan mata yang turun. Hal kecil itu tentunya membuat Theo berpikir, dia terlalu sensual. Pria itu langsung menyambar bibirnya dan melumatnya dengan kasar.

Grize tidak begitu menikmatinya. Dia lebih suka bagaimana seseorang yang hampir menabraknya siang ini, menciumnya. Meskipun itu hanya ciuman sekilas, tapi ... entahlah, dia hanya merasa si Theo ini lebih buruk.

Tangan Theo bergerak meraba dada Grize yang sintal. Wanita itu memang memiliki pesona yang akan membuat pria mana pun bertekuk lutut, terutama untuk urusan ranjang. Dia baru saja ingin meremasnya tetapi pintu lift tiba-tiba terbuka. 

Grize mendorong Theo perlahan. "Sayang sekali waktu Anda sudah habis," ucapnya pelan. Kemudian dengan santai dia mendorong Theo ke belakang. Dia melenggang keluar dari lift. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

"Sial!" Theo mengumpat. Dia hanya ingin sekali saja menikmati tubuh Grize tapi ternyata sangat sulit. Maksudnya, Grize memang terlihat murahan tetapi otaknya cukup pintar untuk menolak orang lain. Dan cara menolaknya pun selalu elegan dan berkelas.

Grize meludah sebelum masuk ke dalam mobil. Sebenarnya dia tidak keberatan jika seorang pria mengajaknya pergi keluar, jalan-jalan atau kesenangan lainnya yang menghabiskan banyak uang. Namun, dia akan berpikir dua kali jika harus menemaninya di atas ranjang.

Oh, tentunya dia bukan wanita bodoh. Dia tidak akan mengorbankan tubuhnya untuk hal semacam itu. Ada batas-batas tertentu yang tidak bisa dia lampaui.

Ketika dia menyalakan mesin mobil tiba-tiba ponselnya berdering. Dia segera memeriksa. "Ayah?" Tanpa menunggu lama dia pun segera menjawab panggilan dari papanya.

"Halo, Yah."

"Apa? Ke apartemen?" Dia tampak terkejut. "Ya, ya. Grizelle tidak pergi ke mana-mana."

"Oke."

Grize meletakkan ponselnya kembali. Barusan ayahnya berkata jika dia akan berkunjung ke apartemennya bersama dengan istrinya. Tidak tahu mereka ada urusan apa. Tidak seperti biasanya.

Grize menginjak gas dan mobil keluar dari basement. Dalam perjalanan dia ingat kalau persediaan makanan di kulkas sudah habis. Jika ibunya tahu pasti dia akan kena semprot.

Am I Sexy? (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang