Part 9 - Ibunya Kak Lino?

383 49 14
                                    

"lin tolong, bujuk papah lu buat mempekerjakan nyokap gue di perusahaannya lagi," Ucap Felix yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangan osis.

Lino yang sedang sibuk membereskan beberapa dokumen penting di ruang osis lantas menoleh ke arah dimana Felix berjalan mendekatinya.

"Tapi lix-"

"Tolong lin, kasian Jihyo dia selalu menderita. Dia suka di siksa terus sama nyokap gue." Felix tidak menyadari dengan perkataanya tadi, dia keceplosan.

"Hah kenapa?!" Lino mengernyit dan tampak terkejut, sedangkan Felix geleng geleng kepala.

"Gue bantu.. tapi lu harus cerita masalah ini ke gue!"

"Iyalah, terlanjur tau lu! tapi jangan kasih tau orang lain, ini masalah keluarga gue"

Dan akhirnya Felix menceritakan tentang Jihyo yang di perlakukan tak semena mena oleh Jinhee di rumah, penyakit yang di alaminya, semua permasalahan keluarga dan tentunya Lino mendengarkan dengan antusias.

"kenapa gue jadi kasian sama Jihyo ya, Semuanya salah gue. Kalo gue gak nyuruh papah buat mecat tante Jinhee, mungkin Jihyo gak akan di siksa." Sesal Lino.

"gak ada kata penyesalan Lin.."

"Kalo gitu gue bisa perbaiki ini semua."

Atas perkataan Lino, Felix tersenyum simpul. Sahabatnya ini selalu bisa di mengerti, memanglah yang terbaik.

***

Jihyo menghentikan langkahnya, ia mengernyit heran karna Lino tiba tiba menghadangnya di depan. Sedetik kemudian Lino tiba tiba menarik pergelangan tangannya.

"Apaan sih, lepasin gak! " Pekik Jihyo sedikit memberontak, sedangkan Lino tak menghiraukannya, dia terus menarik Jihyo ke parkiran sekolah.

"Ikut gue," Ajak Lino, kemudian menyodorkan helmnya pada Jihyo.

"Gue harus kerja, kak!" Sanggah Jihyo, namun saat akan bergegas pergi, Lino menahan pergelangan tangannya.

"Gampang kalo itu, buruan naek. Pokoknya ini penting!" Seru Lino lalu menaiki motor sportnya. Jihyo menghela nafas jengah dan pasrah untuk mengambil helm dari tangannya Lino.

"pegangan.." Suruh Lino tapi Jihyo tak mengubrisnya sama sekali.

"pegangan! kalo jatoh yang repot siapa"

"Kagak mau" Lagi dan lagi Jihyo membantah, padahal gak pegangan Jihyo gak bakalan jatuh, toh.

"Yaudah gue bawa motor bakalan ngebut, kalo jatuh tanggung sendiri!" Ucap Lino sarkas, Sedangkan Jihyo hanya tampak tenang.

Benar saja Lino di jalan membawa motor sportnya kencang, walaupun Jihyo tak berpegangan, ia cukup santai menikmati hembusan angin segar yang menerpa wajahnya.

"Kak, lebih ngebut lagi kurang puas gue." Lino tak menyangka bahwa Jihyo bersikap biasa saja, perkiraannya itu salah besar.

Beberapa menit dari sekolah, akhirnya Lino sampai di tempat tujuannya, yaitu di pemakaman.

Jihyo tak tahu kenapa Lino membawanya kesini? ke wilayah pemakaman ibu dan ayahnya di kuburkan.

"Lah, mau ngapain kesini?!" Tanya Jihyo setelah memasuki gerbang pemakaman.

"mau ngajak mati," Jihyo membulatkan matanya setelah mendengar ucapan Lino barusan. "Ya kagak lah, mau nemuin mamah gue dulu!" Tambahnya kemudian.

Lino menunjukan satu makam kepada Jihyo, dia berjongkok di depan tanah kuburan yang katanya tempat peristirahatan ibunya itu.

Jihyo tak menyangka bahwa ibunya Lino sudah tiada, nasib nya sama persis dengan apa yang di alaminya sekarang, yaitu di tinggal pergi.

"ini mamah gue, beliau meninggal karna penyakit stroke.." ucap Lino sedikit purau, Jihyo menganguk anggukan kepala sebagai tanda ia paham dengan perkataan Lino tadi.

"Gue minta maaf, elu jadi di marahin sama tante Jinhe kemarin."

Jihyo menoleh ke samping dimana Lino sedang menatap sendu ke arahnya.

Ia bingung kenapa Lelaki itu bisa tau tentang permasalahan kemarin?

Apa jangan jangan Abangnya yang memberi tahu?

Tempe.

"Gue tulus minta maaf, saksinya mamah gue ini."

"ini bukan salah lu kak!"

"Ini salah gue, dan gue bakalan perbaiki semuanya," Ucap Lino sambil mengusap usap batu nisan yang tertera nama ibunya. Jihyo memilih untuk diam, ia tak tahu harus apa.





























Terlanjur Baper ⋮ Leeknow ✔︎ Where stories live. Discover now