40. Timpang

456 72 58
                                    

(Peringatan sebelum membaca: pastikan jantung anda dalam keadaan baik.)

)

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


(OST. Efek Rumah Kaca)

•••

Timpang

•••

Gesna tidak bohong. Ketika akunnya ditandai dalam unggahan foto Adit, seperti ada yang melompat-lompat liar di dada. Sial, tidak bisa diatur lagi frekuensi lompatannya. Kayak bukan jantung olahragawan saja. Berusaha tidak mengembangkan senyum yang terlalu lebar, Gesna terbatuk kecil. "Dit, pengin minum."

"Mau apa?" Cowok itu melambaikan tangan kepada penjaga kantin agar mendekat.

"Jus stroberi," ujar Gesna setelah melihat etalase ada pantulan bayang mangga, wortel, jeruk dan semangka.

Adit berdesis sambil melirik, tahu sedang dipermainkan. "Nggak ada di sini. Kenapa enggak sekalian aja carinya Booba Milk Tea?"

"Nah, itu juga boleh." Gesna memajukan bibir, menahan tawa. 

Sejumput rambutnya yang jatuh di kening diacak pelan oleh Adit dengan gemas. "Ini kantin ya, bukan food court. Kamu mau Booba? Aku pesan dari Go-Food aja."

Cowok itu langsung meraih ponsel, membuat senyum Gesna langsung terkembang. "Nggak usah, nggak usah. Bercanda doang" tolaknya menggeleng-geleng lalu menoleh ke penjaga kantin. "Jus jeruknya dua ya, Bu. Kue cubit satu porsi."

"Tumben pesanin aku minum," ulas Adit ketika penjaga kantin menjauh.

Dari sudut mata, Gesna mencuri pandang dan dia dapat melihat senyum Adit sangat lebar. Seperti senang yang berlebihan. Baru juga dipesankan minum, bukan dipesankan rumah atau apartemen. "Nggak mau? Gue tarik lagi nih pesanannya?"

Tangan Gesna yang akan naik langsung diraih Adit. "Cuma tanya, ya ampun. Nggak ada yang minta cancel," ringis Adit membuat Gesna terkekeh di dalam hati.

Selanjutnya, cowok itu masih saja tersenyum dan menatap dari samping meski pesanan mereka sudah datang. Gesna tahu sedang dipandangi. Sebab mukanya sudah terasa terbakar, sedari tadi. Merasa jengah, sebelah tangan Gesna naik untuk mengalihkan arah muka Adit. "Lihat depan. Sakit leher lo nanti gara-gara menoleh terus."

"Nggak apa-apa. Sakit leher pun rela," balas Adit masih menyengir.

Berupaya menstabilkan dada yang berdegam, Gesna mengaduk-aduk jus jeruk seraya menundukkan pandangan. "Lo lihat gue, jangan kayak kambing lihat rumput gitu, dong."

Lama-lama kulit Gesna bisa makin tipis karena dikuliti dari tadi. Ini saja kalau dilihat pakai inframerah mungkin terlihat api yang menyala dari tatapan Adit dan banyak asap di sekitar mereka.

MATAHARI APIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora