8. Bubur Ayam

1.6K 155 41
                                    

Bubur Ayam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bubur Ayam

•••

Setelah sepanjang siang dihabiskan dengan rebahan, tetapi tidak juga bisa tertidur, Gesna memutuskan keluar rumah. Langit setengah gelap kala skuternya melaju di jalan raya. Tidak ada tujuan pasti. Gesna hanya mencari-cari keriangan sendiri. Bisa saja sih dia ke basecamp, hanya saja Gesna masih merasa bersalah kepada Rico, Ilham dan Adrian. Mereka pasti sangat kewalahan menghadapinya semalam.

Skuter putih itu berputar di sekitar gedung olahraga. Tadinya Gesna ingin melihat Naraya latihan. Siapa tahu cewek itu sedang latihan di papan panjat yang tinggi di belakang GOR. Sayang, dia terlambat. Naraya sudah pulang ketika Gesna sampai.

Perutnya tiba-tiba berbunyi. Gesna memegang perut sambil menoleh. Untung bunyi perut yang berkhianat itu tidak didengar orang lain. Ya ampun, dia sudah lapar lagi. Ini pasti efek makan siang yang hanya beberapa suap. 

Pandangan Gesna mengeliling, mencari-cari makanan apa yang dapat diraih dengan cepat tanpa banyak menunggu dan pilihannya jatuh kepada bubur ayam. Di sekitar GOR ini ada tukang bubur ayam legendaris, bukanya dari pagi sampai malam. Seakan memberitahu kepada pelanggannya, kalau bubur ayam bukan hanya enak disantap saat sarapan saja.

Gesna masuk ke tenda dan duduk di bangku pojok yang tinggal untuk satu orang saja. Suasana cukup ramai. Apalagi tidak jauh darinya duduk, ada sekelompok cewek bercicit yang terlalu ribut. Persis seperti koloni cewek penghuni kantin depan. Dia lalu menutup kepalanya dengan hoodie sambil duduk menunggu bubur ayam.

Ketika pesanan datang, Gesna menikmati bubur dengan menunduk, tidak memedulikan sekitar. Sampai matanya terpaku dengan mangkuk yang berada di seberang. Meja kayu yang berukuran satu meter itu membuatnya bisa melihat mangkuk yang dimakan orang di hadapan.

Segera Gesna menutup mulut. Alisnya menyatu, dahinya berkeriput. Dia jijik dan merasa mual. Cepat-cepat ia meneguk es teh manis yang ada. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Saat akan diletak kembali, gelas teh manis itu malah tergeser dan jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping.

Seperti terganggu, orang di depannya berdecak. Walaupun hanya satu reaksi, itu membuatnya kesal. Sebab yang membuat konsentrasinya hilang seperti ini karena mangkuk kepunyaan orang yang berdecak itu. Bagaimana bisa dia makan bubur ayam dengan diaduk rata semua hingga tidak berbentuk lagi?

Pelayan menghampiri Gesna, membantu bereskan pecahan gelas. "Maaf, Mang. Tadi nggak sengaja. Nanti saya ganti, pesan satu gelas lagi ya, Mang," jawab Gesna sekenanya. 

Ia lalu mengembalikan tatapan kepada mangkuknya yang masih berisi bubur ayam. Nafsu makannya sudah hilang. Sial banget sih!

"Gue tahu sih gue ganteng, tapi biasa aja nggak perlu grogi."

MATAHARI APIWhere stories live. Discover now