61. Titanium Girl

756 82 58
                                    

(Ost

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

(Ost. Titanium - David Guetta f. Sia. Cover by. Boyce Avenue)

•••


Titanium Girl

•••

Adit berdeham pelan ketika menemukan Bara dan Miko berada di bangku penonton pada baris kedua tribun. Diiringi tatapan heran mereka berdua, dia kemudian duduk di samping Miko yang masih kosong, memandang lapangan basket pada GOR ini yang terlihat lengang. Pertandingan akan dimulai sesaat lagi.

Tak lama, terdengar siulan pelan dari sudut bibir Bara. "Bener-bener, baru kali ini gue percaya kalau keajaiban cinta itu ada, Mik."

Mendengar sindiran itu, Miko terkekeh. Dia tahu sekali kalau ucapan Bara barusan ditujukan kepada Adit. Selama ini, Adit tidak pernah tertarik jika diajak menonton pertandingan basket.

"Lo bayangin, dari kelas sepuluh gue ngajakin nonton basket sampai mulut gue berbusa, kagak ditanggapi. Sekalinya punya pacar anak basket, nggak gue undang pun dia datang nonton," tambah Bara melengkapi sindiran tadi.

Adit hanya berdengkus sambil tersenyum tipis, menyadari kebenaran ucapan Bara.

"Ya, beda dong. Lo belum paham yang namanya skala prioritas, Bar." Miko lalu meneguk air mineral hingga botolnya kosong. Botol tersebut tetap digenggam sebagai alat untuk aksi mendukung tim basket sekolah.

"Padahal gue ngajaknya waktu nonton final loh, Mik. Bukan kayak sekarang yang masih babak penyisihan."

"Udah gue bilang beda. Adit datang bukan mau bela sekolah, prioritas dia beda. Ini masalah Ratu Kepala Suku, lebih penting dari apa pun." Miko mementung pelan botol kosong ke bahu Bara dan mereka berdua tergelak-gelak.

"Berisik lo berdua," timpal Adit. Dahulu, memang dia tidak tertarik menonton basket walaupun pertandingan final yang membawa nama sekolah. Sekarang jelas berbeda, dan sebagai sahabat, mereka berdua mengetahui dengan jelas apa yang menjadi perbedaan tersebut. Adit hanya mau menonton pertandingan sepak bola ataupun futsal.

Bara bersiul lagi begitu melihat serombongan pemandu sorak yang mulai menari di tengah lapangan. "Wuih, ini nih yang segar-segar. Mana cakep-cakep lagi. Dari tadi kek datangnya."

"Sebenernya dari dulu gue curiga sama lo, Bar. Lo nonton tanding basket itu kayaknya mau nonton cheerleaders-nya bukan pertandingannya."

"Gue nggak muna, Mik. Istilahnya, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Iya, nggak, Ketua?"

Adit kembali berdengkus, mengeluarkan ponsel untuk mengecek pesan. Belum ada jawaban dari Gesna. Mungkin pacarnya sedang sibuk di ruang ganti. Dia kemudian membuka games dan bermain selagi menunggu pertandingan basket dimulai. Lagi pula, menontoni kumpulan perempuan memakai rok pendek dengan teriakan melengking-lengking bukanlah tujuannya datang kemari.

MATAHARI APIKde žijí příběhy. Začni objevovat