Namun setelahnya jantung Liona seperti berhenti melihat Alkana menerima minuman di tangan Mela, karena jarak mereka yang cukup jauh membuat Liona tidak bisa mendengar apapun yang sedang mereka bicarakan.

Mela terus berbicara, dapat Liona lihat senyuman gadis itu merekah sempurna. Karena terlalu senang Mela sampai melompat-lompat kecil ketika berjalan menjauh meninggalkan lapangan. Alkana menatap kepergian Mela, dan di saat berjalan pergi Mela menolehkan kepalanya kebelakang melemparkan senyuman untuk lelaki itu.

Setetes air mata Liona terjatuh melihat itu, entah angin dari mana Alkana tiba-tiba menoleh ke atas, seketika mata keduanya bertemu. Dapat Liona lihat raut terkejut di wajah itu, dan ada rasa bersalah di sana, dengan kasar Liona menghapus air matanya dengan tangan kanannya lalu pergi begitu saja dari sana.

Tepat saat itu terdengar pengumuman dari pengeras suara, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh! Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Kepada siswa-siswi Venus, jam pelajaran kita pada hari ini berakhir di sini saja karena guru-guru mengadakan rapat. Untuk itu kalian di perbolehkan untuk pulang. Terimakasih atas perhatiannya."

Dengan langkah tergesa Liona berjalan ke arah gerbang sekolah yang sudah di buka lebar itu, berusaha secepat mungkin agar Alkana tidak dapat mengejarnya. Untungnya Liona langsung mendapat Taxi, dan seketika gadis itu sudah meninggalkan sekolah. Liona melirik spion mobil, keramaian siswa terlihat dari sana, dan di keramaian itu Liona tidak menemukan Alkana.

"Mau kemana dek?" tanya si Bapak.

"Jalan aja Pak, nanti saja kasih tau." jawab Liona karena jujur gadis itu tidak tau mau kemana saja. Gadis itu mengambil ponselnya dari tas lalu menonaktifkan benda pipih itu.

Gadis itu ingin sendiri.

******

Tubuh atletis itu penuh dengan keringat, bahkan wajahnya tak luput dari itu, rambutnya nampak berantakan karena berlari dan melompat ke sana kemari membawa bola. Bukannya terlihat jelek dan menjijikan lelaki itu terlihat tampan dan menggairahkan.

Sejak permainan di mulai tadi Alkana tidak menghiraukan teriakan para gadis padanya, karena ini bukanlah pertama kalinya. Setelah membolos tadi, keempat lelaki itu memutuskan untuk mengikuti kelas olahraga, entah kenapa para lelaki sangat suka bahkan tidak pernah membolos pada jam pelajaran itu, mungkin karena berhubungan dengan kegiatan fisik.

"Gila panas banget!" komentar Langit menepi ke lapangan, gadis-gadis langsung menyodorkan minum padanya, yang langsung lelaki itu terima dengan baik.

"Dasar mata gratisan!" sinis Bintang mengambil minuman dari seorang gadis. Langit menatap Bintang tak terima.

"Kayak gak lo aja, ngaca!" sinis Langit tak kalah tajam. Kenzo menghela nafas lelah, lelaki itu menggeleng tidak mau menerima ketika gadis-gadis menyodorkan minum padanya.

"Gak usah makasih!" tolaknya.

Alkana melakukan hal demikian, bedanya lelaki itu langsung menatap tajam pada gadis-gadis itu. Membuat mereka semua menelan ludah gugup. Saat Alkana berbalik seorang gadis berjalan ke arahnya, gadis itu Mela, teman tunangannya.

"Hai Alkana!" sapa gadis itu riang, tidak-tidak kelewat riang malah.

Alkana menaikkan alisnya tanpa menjawab, "Nih buat lo, haus kan?" katanya kemudian menyodorkan sebotol minuman di tangannya. Kenzo melirik keduanya sambil menetralkan nafasnya.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang