Fifteen - Weird Sentiments

Start from the beginning
                                    

"Eh! Ssstt ...." Ucapnya sambil mengangkat jari telunjuknya di depan mulutnya.

"Hah? Kenapa?" Tanyaku tambah bingung.

"Ehh-ehm .... Kakak jangan kasih tau siapa-siapa ya ka-kak ...." Jawabnya yang masih menunjukkan wajah khawatir.

"Eh? O ... oke." Jawabku bingung. Lagian mau bilang ke siapa coba? Menurutku, soal nama tidak penting.

"E-ehm, ya udah kak, Mile pergi dulu, ya. Makasih kak." Lanjutnya lalu keluar dari perpustakaan.

Emmm ... tadi tuh kenapa, ya?

"KRIINGG!!"

***

Ya, lagi-lagi ketika aku melewati koridor kelas sebelas, aku menemui pemandangan pasangan yang lucu.

Angga, Mile.

Kebetulan, aku mau melewati tangga di ujung koridor--ada koridor kanan dan kiri--yang kanan, jadi pastinya aku akan melewati kelas 11-A.

Guess what? Mile di depan kelasnya Angga lagi, entah dia mau ngapain, bukan urusanku juga, sih.

Samar-samar bisa kudengar teman-teman Angga saling bersahutan soal Mile yang imut sekali, bahkan ada yang sampai mengintip dari jendela. Dan lagi-lagi pipi perempuan mungil itu bersemu.

Angga-nya sih biasa aja tapi sepertinya teman-temannya mengolok-oloki dia.

Ergh. Kenapa aku jadi sering eavesdropping, sih? Walaupun sebenarnya nggak niat, ya kedengeran aja.

Dan ada perasaan nggak enak. Entahlah.

Aku pun mempercepat langkah kakiku dan tentunya karena ini istirahat, aku menuju perpustakaan.

Tempat untuk menenangkan jiwa.

***

Dan buktinya aku tidak bisa tenang.

Entah bagaimana ini bisa terjadi.

Jadi, sekarang aku sedang membaca komik asal yang ada di perpustakaan, lalu di meja yang ada di depanku ada dua manusia yang cukup berisik. Ya mereka mungkin tidak benar-benar berisik, tapi karena perpustakaan ini sepi, jadi omongan mereka semua terdengar.

Dan yang memperparah keadaan adalah mengetahui bahwa dua manusia itu adalah Angga dan Mile.

Sesempit itukah sekolah ini sampai dimana-mana aku bertemu mereka?

Dan ya, mereka tidak mengetahui keberadaanku. Seperti yang kukatakan, meja di perpustakaan ini diberi pembatas.

Dari yang kudengar, sepertinya Mile meminta Angga untuk mengajarinya.

Oh, untungnya, aku membawa earphone. Dengan segera, aku menyumpal earphone tersebut ke telingaku.

Tapi bodohnya, handphone-ku sepertinya tertinggal di kelas.

Sungguh bodoh.

Ya tapi seenggaknya ini bisa mengurangi penderitaanku. Dan aku masih terus membaca komiknya.

.

'"Kalo yang ini gimana, kak?"

"Pake rumus yang gini.'"

"Eh? Hehe, kok Mile bisa lupa, ya?"

"Kalo yang ini gimana, kak?"

"Pake rumus yang tadi juga."

"Oohh .... Kakak pinter banget ya, kak!"

"Udah belom nih? Gue mau balik."

A Riddle Upon UsWhere stories live. Discover now