Nine - Meeting Him

79.1K 4.7K 59
                                    

"KREEKK!"

Pak Romi, wali kelasku, memasuki kelas. Menandakan bahwa sekarang adalah jam wali kelas. Mungkin karena di luar lagi hujan, jadi upacara diganti dengan jam wali kelas.

"Baiklah anak-anak, marilah kita berdoa dahulu. Oh, ya, sekalian kita doakan teman-teman kalian yang akan mengikuti OSN." Ucap Pak Romi.

Kabarnya, minggu-minggu ini anak-anak OSN bakalan sibuk-sibuknya belajar buat OSN. Dan karena itu, beberapa minggu ini mereka katanya bakal pisah kelas dulu.

Dari kelasku sih ada dua orang yang ikut OSN.

Salah satunya Angga.

Ya, hari ini dia nggak ada di kelas.

Hm, rasanya memang agak aneh. Seperti ada yang kurang? Entahlah.

Dan tanpa kusadari, lima menit lagi jam wali kelas akan selesai.

"Sabrina, boleh tolong ikut bapak sebentar?" Tanya Pak Romi tiba-tiba menghampiri mejaku.

"Eh? Iya pak." Jawabku bingung.

Aku pun mengikuti Pak Romi keluar kelas. Setelah beberapa langkah dari kelas, Pak Romi berbalik menghadapku.

"Gini Sabrina, bapak mau minta tolong anterin map ini ke rumahnya Angga." Jelasnya tiba-tiba.

Aku berpikir sebentar.

"A ... Angga?" Aku menaikkan satu alisku.

"Iya, ini isi mapnya formulir buat OSN, baru dikirim sama pihak penyelenggaranya hari ini, tapi harus dikumpulin besok, dan butuh tanda tangan orangtua. Nah, kalian satu komplek, kan? Tadi bapak lihat di data kelas." Jelas Pak Romi panjang lebar.

"Emangnya Angga hari ini nggak masuk sekolah, pak?" Tanyaku.

"Nggak, hari ini pada belajar di semacam tempat khusus OSN."

Aku hanya membentuk huruf 'O' di mulut.

"Jadi, bapak minta tolong, ya?" Tanya Pak Romi sambil menyodorkan map tersebut. Aku berpikir sejenak. Pak Romi menatapku dengan tatapan berharap.

Ya udahlah.

"I-iya pak." Jawabku masih ragu, lalu mengambil map tersebut.

"Ya udah, makasih Sabrina." Ucapnya.

"Sama-sama, pak." Balasku.

"KRINGG!!"

Bel jam pelajaran pertama berbunyi.

***

"Hft ...."

Aku menghela napas. Sekarang aku sudah berdiri di depan pagar rumah seseorang.

Ya, rumahnya Angga.

Baru juga minggu lalu dia yang ke rumahku dan sekarang aku yang ke rumah dia.

Ha, coincidence?

Aku mengerjap. Cukup lama aku sudah berdiri di depan pagar ini. Dan aku belum mau menekan tombol bertulisan 'bell' itu.

Hm, kalau dipikir-pikir jarang juga si Angga nggak masuk sekolah. Apa harusnya aku senang? Entahlah.

Oh, aku punya ide. Gimana kalau map ini kulempar ke pintu rumahnya aja, ya? Terus nanti dia juga bakal buka pintu rumahnya, kan? Terus dia ambil deh tuh map.

Ha, kesannya aku benar-benar menghindari dia, ya? Haha.

Memang iya.

Nggak, sih. Bukannya menghindar dari Angga, tapi menghindar dari ke-awkward-an yang bakal terjadi. Belajar dari pengalaman, semuanya pasti berakhir dengan awkward silence.

A Riddle Upon UsWhere stories live. Discover now