Twenty Two

69.8K 4.4K 812
                                    

Her POV

Hari ini hari Jumat. Dan seperti biasa, sekolah pulang lebih cepat. Mendengar bel pulang, aku segera memasukkan segala macam barangku ke dalam tas dan melangkah cepat keluar kelas.

Rasanya ingin cepat-cepat menyelami kasurku yang empuk.

Langkahku terhenti beberapa meter dari kelas 11-A. Kulihat sedikit ramai di depan kelas itu. Sepertinya ada yang menghalangi koridor jadi orang-orang berjalan melambat.

Aku berusaha mengintip apa yang terjadi.

Hm, di koridor itu bisa kulihat ada Mile yang sedang berdiri berhadapan dengan seorang laki-laki.

Seorang laki-laki dengan tas berwarna biru. Spesifiknya, tas Adidas berwarna biru.

Oh, makhluk itu.

Buat apa mereka berdiri di situ?

Sebenarnya, aku tidak peduli--untuk apa peduli? Tapi masalahnya dua sejoli itu berdiri di tengah koridor, yang tentunya menghalangi orang-orang berjalan. Apalagi, ini jam pulang, pastinya ramai.

Argh, aku terlalu malas untuk menyelip diantara orang-orang yang lewat tersebut. Lebih baik menunggu sepi. Aku pun hanya berdiri diam beberapa meter dari kelas 11-A.

"Ngg ... jadi, kak Angga ... soal ajakan Mile waktu itu .... Gimana, kak?"

Samar-samar aku mendengar dialog mereka--tepatnya Mile masih bermonolog.

Hm, Mile ngajak Angga? Kemana?

Meski tidak bisa dibilang dekat, dapat kulihat wajah Mile yang perlahan bersemu.

Cih, bukan masalahku.

Tapi aku merasa sedikit--sangat sangat sedikit--ingin tahu maksud dari ajakan Mile itu.

"Hah? Ajakan apa?" Angga menaikkan alisnya sebelah.

"Ihh ... yang waktu itu lho, kak ..." Kini wajah Mile telah merah sepenuhnya.

Hft, ayolah kalian berdua ... percepat sedikit!

Tetapi Angga terlihat hanya diam, berpikir. Mile menghela napas.

"Kakak ... Sabtu ini ada acara?"

Angga menggaruk tengkuknya, mungkin dia salah tingkah?

Jujur aku ingin tahu ekspresi dia. Dari sini aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena posisiku yang tidak terlalu dekat dan banyak kepala-kepala manusia yang lumayan menghalangi pandanganku.

Dan entah kenapa, rasanya ... ada sebersit keinginan untuk Angga menolak ajakan Mile.

Aneh memang, untuk apa aku peduli dengan mereka? Lagipula, mungkin saja itu hanya ajakan untuk mengajarinya, bukan ajakan aneh-aneh.

Tunggu, ajakan aneh-aneh maksudnya apa?

Dan, kalaupun bukan ajakan mengajar, lalu kenapa?

Ergh.

Tanpa kusadari, setengah koridor sudah lebih sepi.

Ah, rupanya orang-orang yang lewat tadi malah mengerumuni Angga-Mile--mengerumuni depan kelas 11-A.

Harusnya, karena setengah koridor sudah lebih sepi, aku bisa melewati mereka saja. Terus berjalan, tidak peduli, dan segera berbaring dengan laptop-ku di kasur.

Tapi di sini aku malah terdiam dengan banyak pikiran dan diam-diam berharap Angga menola--

Ah, sudahlah.

Masih bingung dengan pikiranku sendiri, perlahan aku mendengar bisikan-bisikan, sorak sorai, dan 'cie-cie-an'.

Teman-teman Angga mengintip dari jendela kelas, bahkan ada yang terang-terangan berdiri di sebelah pintu kelas sambil terus menggoda Angga. Angga-nya sendiri hanya menggaruk tengkuknya, bingung--atau mungkin salah tingkah.

A Riddle Upon UsTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon