Pacar Baru Bagas?

24.4K 2.1K 33
                                    

Tiga bulan sudah, Hanum menikmati masa cuti lahirannya. Hari ini, dia akan kembali beraktivitas di kantor seperti biasa.

Pagi-pagi sekali, Hanum mempersiapkan diri. Membereskan rumah, membuat sarapan untuk keluarga, dan yang paling utama menyiapkan segala keperluan Rakin.

Dia sudah memompa ASInya banyak-banyak, agar Rakin tidak kekurangan asupan selama dia tinggal. Mengingat Rakin memang cukup kuat minum, dan dia akan menangis kalau sedikit saja merasa kehausan.

"Viz, nanti kakak pulangnya naik ojek aja, kalau enggak pesan taksi. Katanya kamu cuma masuk setengah hari? Tolong langsung pulang ya, takutnya papa kerepotan ngurus Rakin." Pinta Hanum sesaat setelah sampai di depan kantor.

Setiap pagi, Harviz akan mengantar kakaknya terlebih dahulu sebelum pergi kuliah.

"Tenang aja kak, Selesai kuliah Harviz langsung pulang ke rumah." Jawab Harviz sembari berpamitan keluar dari gedung kantor sang kakak.

"Hati-hati di jalan!"

"Siap bos!"

Sebenarnya, cukup berat meninggalkan Rakin di rumah. Apalagi hanya dijaga oleh Rifandi. Tapi Tika sempat bilang, bahwa dia akan sering berkunjung ke rumah untuk membantu Rifandi mengasuh Rakin. Tika memang memiliki jam kerja yang tidak terlalu padat. Dia bisa keluar masuk rumah sakit kapan saja.

Hanum percaya Rakin pasti terurus. Hanya saja, perasaan ibu mana yang tidak merasa berat jika dihadapkan pada kondisi seperti Hanum saat ini.

Wanita yang saat ini resmi berstatus janda itu, memilih mendongakkan kepala agar air matanya tidak menetes. Dia harus kuat dan tegar, anaknya butuh masa depan yang baik. Maka dari itu Hanum bertekad untuk bekerja keras demi Rakin.

"Hanum!!" Dia menoleh saat mendapati Rendi melambaikan tangan ke arahnya.

"Mas Rendi?" Ujar Hanum sembari mendekat.

"Apa kabar lo?" Hanum tersenyum.

"Baik mas, mas Rendi gimana?"

"Gue sih baik-baik aja, kerjaan kantor yang agak kelabakan selama nggak ada lo di samping gue!" Hanum terkekeh, dia tahu Rendi sangat suka menggodanya.

"Tenang aja, nanti Hanum bantu beresin!"

"Btw, jahitan lo udah kuat kan dipake buat ngantor lagi?" Celetuk Rendi sambil berjalan beriringan ke dalam ruangan mereka.

"Kuat lah mas! Jangankan buat ngantor, tiap hari juga Hanum pakai buat nguci sama angkat-angkat jemuran." Gurau Hanum.

"Wah gila sih! Gue sih Takutnya robek lagi." Lawak Rendi membuat Hanum geleng-geleng kepala.

"Mas Rendi ada-ada aja. Ya nggak mungkin lah."

"Sori ya, waktu itu Gue sama Bagas nggak sempat pamitan."

"Hanum paham kok mas, harusnya Hanum yang minta maaf karna membuat mas Rendi sama pak Bagas jadi tahu permasalahan keluarga Hanum." Hanum sedikit menunduk, merasa tidak enak hati membicarakan kejadian beberapa bulan lalu saat Romi datang.

"Tapi menurut gue, kebangetan sih tuh mantan suami lo. Harusnya dia nggak sampai ngebuang Rakin gitu aja. Apalagi nggak mau namanya dipake buat akte kelahiran Rakin. Lo tulis nama gue aja deh di aktenya Rakin. Ikhlas gue, serius."

"Jangan gitu dong, Mas. Jadi nggak enak nih dengernya."

"Bercanda kali Han, tapi kalo mau serius juga boleh sih. "

"Udah, ah. Kebanyakan bercanda malah nggak jadi kerja loh!" Keduanya duduk di meja masing-masing.

"Hanum, duhh gue sampai belum jengukin lo sama si Rakin, gimana anak lo? Udah bisa ngapain?" Cerca Dewi teman satu divisi Hanum yang tiba-tiba datang.

Bukan Salah Karma [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang