5. Jadi Haechan itu...

Start from the beginning
                                    

"Mampus gue nabrak orang!" Mark mengacak rambutnya, mengusap wajahnya dengan penuh sesal. Bagaimana jika korbannya mati?

Ini salah Jeno kan?

Mark menoleh pada seonggok daging yang kini malah lelap kembali tertidur. Sialan sekali! Mark mencoba membangunkannya, tapi hanya ada gumaman tak jelas yang ia dapati.

Mark diajarkan untuk tanggung jawab, ayah dan bundanya selalu menekankan itu kepadanya dan adiknya. Maka dari itu sekarang ia turun dari mobil untuk melihat korbannya. Menelan ludahnya kasar ia berjalan menuju depan mobilnya.

Ia seketika mengerut saat tak mendapati siapapun di sana, hanya ada sebuah box yang ia tak tahu apa isinya.

Mark mencoba berpikir positif mencoba melangkah. Namun semakin dekat dirinya pada box itu maka semakin liar otaknya berpikiran negatif. Bagaimana jika itu bom? Ini hanya jebakan? Jangan-jangan mereka di begal? Bagaimana jika ini jebakan dan nanti mereka akan dibunuh, organ dalamnya diambil lalu di jaul, mayat mereka dibuang ke laut atau sungai? Tak bisa ditemukan mereka menghiang.

Mark menyesal sering menonton film bergenre thriller.

Ia bergerak memutar arah, tapi sesuatu menghentikannya.

🌹🌹🌹

Now


"Ma masa jeno yang korban ikutan diskors?"

"Korban apa kamu?"

"Korban pelecehan ma-akh sakit ma, pelan-pelan!" Jeno meringis merasakan perih saar kapas yang sudah dibasahi alkohol itu menyeentuh kulit lebamnya.

Mereka masih di ruang BK omong-omong. Mark mencibir, "Dasar lemah!"

Telinga uke baru itu sangat sensitif hingga ia langsung memandang Mark tajam. "Belum puas lu gue bonyokin?" Nadanya rendah tapi penuh penekanan.

"Jen, ga boleh gitu. Malu dong sama bundanya Mark." Mama Oh mengingatkan anaknya.

Jeno berhenti berbicara walau dalam hati dan tatapannya masih tersirat marah dan kesal pada Mark.

"Udah, sekarang kamu ambil tas di kelas sama Mark. Mama mau ngomong sama guru kamu."

"Jeno sendirian bisa. Ga usah sama dia."

"Jeno, Mark nungguin kamu loh."

"Mama ga takut nanti aku berantem lagi sama dia?"

"Ga apa-apa, mau liat kalau kalian berantem gimana. Nanti mama bawain parang satu-satu, kalian bunuh-bunuhan aja sekalian." Mama tersenyum hangat.

Jeno dan Mark menelan ludah, merasa ngeri. Bagi Jeno senyum mamanya itu sangat menyeramkan jika dibarangi sarkasmenya.

"Ih, kamu ga boleh gitu sama anak-anak, Jae-ahn."

"Young-Heum, Jeno terlihat bernafsu sekali berkelahi dengan Mark. Sekalian saja."

"Dibanding itu, lebih baik kalian berkelahi di atas ranjang!" Wanita cantik itu mengerling nakal dan jenaka. "Bunda akan memberi perlengkapan yang menarik, seperti di-humptttt!"

"Bunda berhenti berucap aneh!" Mark yang tak tahan langsung membekap mulut wanita itu, kasihan sekali. Durhaka kau Mark. Mark melepaskan bekapannya saat dirasa bundanya tak bicara aneh lagi.

Sekedar info, jangan tertipu dengan paras ayu nan cantik wanita kepala tiga itu. Julukan cabe thailand masih lekat dalam dirinya, setidaknya itu yang ia tularkan pada anak kedua keluarga Lee. Untung Mark tak ikutan.

"Sudah-sudah nyonya-nyonya, bisa saya minta waktu kalian sebentar? Ada yang perlu didiskusikan." Guru Dio tersenyum ramah. "Dan kalian berdua, silahkan tunggu di luar!" Wajahnya berubah garang.

Oh My Baby [MARKNO]✔Where stories live. Discover now