DUA BELAS

126 72 33
                                    


Happy Reading guys!! Jangan lupa bintang kecilnya :>

.
.


"Apaan tuh?" tanya Efal sambil mengintip dari bawah meja.

Efran mengangkat bahunya sambil menggelengkan kepala. Mereka terdiam sejenak masih dengan pikiran yang sama, bagaimana cara membuat arwah itu pergi secepatnya.

Efran terdiam, ada ide yang melintas dipikarannya. Dia berniat untuk mengelabui arwah itu hingga keluar.

"Fal! Gue ada cara buat bawa arwah itu keluar. Gini, gue nanti keluar duluan lo tetep dibawah meja. Kalau lo denger suara pintu udah ketutup, segera cari berkasnya" jelas Efran.

Efal ragu sejenak, tadinya dia ingin mencegah Efran untuk menghadapi arwah itu sendirian. Tapi, dia yakin Efran bisa melakukan hal itu.

"Kelamaan mikir lo!" Efran menghela pelan lalu berdiri dan akan mengelabui arwah itu secepatnya.

Meski tindakan Efran sedikit gegabah, Efal tak menghiraukan lalu dia menunggu pintu tertutup seperti apa yang dimaksud Efran.

Disisi lain, arwah itu semakin mendekati Efran dan membuatnya panik. Efran memilih menggunakan tongkat bisbol yang sudah ditaburi serbuk olehnya. Dia mengayunkan tongkatnya ke arah arwah itu dengan sekuat tenaga.

Bughh

Bughh

Pukulanya mendarat di kepala, arwah itu terpental keluar. Dan Efran segera mengikutinya, sebelum itu dia menutup pintu ruangan.

Sekarang, di ruangan itu tersisa Efal untuk mencari berkas sendiri. Dia segera bergegas menuju loker.

***

"Enyah kau!!" Efran memukul kaki arwah itu yang mencoba menyerangnya. Bukan satu pukulan namun beberapa pukulan dengan sekuat tenaga. Dia mencari tanda agar arwah itu benar benar lenyap.

Merasa kwalahan, Efran menaburkan serbuk ajaib pada arwah itu. Tak lama kemudian, tanda nya mulai muncul tepat di dahi.

Efran mengunci leher arwah tersebut dengan tangannya dari belakang. Dia merogoh sakunya untuk mengambil pisau.
Lalu ditusukkan beberapa kali pada tanda di dahi arwah itu.

Satu kali..

Dua kali..

Tiga kali..

Arwah itu lenyap menjadi debu lalu terbawa angin dan hilang secara perlahan.
Efran segera masuk ke ruangan Tn. Ivor menyusul Efal.

"Dapett!" teriak Efal sambil memegang berkas.

"Sttt! Udah lo cek?" Tanya Efran. Efal mengangguk dan memberikan berkas itu pada Efran untuk dicek sendiri.

Berkas bertuliskan 'PORTAL' itu berhasil didapat, mereka kembali menutup pintu loker yang terbuka dan berpikir akan kembali ke tempat masing masing.

Dari kejauhan, Efran melihat ada salah satu berkas di meja Tn. Ivor yang menurutnya menarik. Dia memandang Efal lalu berjalan mendekati meja Tn. Ivor.

Diambilnya berkas bertuliskan 'Alterio', sebelumnya ia sedikit terkejut dan ingin membuka berkasnya, namun ia urungkan niatnya, berpikir akan membukanya dengan Luna nanti.

Dia membawa dua berkas yang ia dapat, lalu keluar dari ruangan.

"Makasih banget lo udah bantuin gue" ucapnya sambil menutup pintu pelan.

"Santai aja, gue harap dengan itu memudahkan tujuan kita" jawab Efal.

"Yaudah gue pulang" pamit Efran.

"Hoaaamm! Yaudah hati hati" Efal masih mengantuk, waktu sudah menunjukkan pukul dua, sebentar lagi fajar tiba. Mereka berdua berjalan ke arah yang berbeda, Efran akan pulang ke rumahnya sendiri dan Efal akan pergi ke asrama untuk melanjutkan mimpinya.

Saat di perjalanan menuju ke asrama, Efal masih memendam rasa takutnya. Sendirian di lorong gelap, hanya ada sedikit pancaran cahaya dari lampu, itupun sedikit redup. Jaraknya masih lumayan jauh untuk ke asrama. Jalan pintas mungkin dari belakang gedung, tapi siapa yang ingin ke arah itu, kalau siang tidak ada masalah, tapi ini masih petang.

"Gimana kalau arwah yang tadi muncul?"

"Arggh!" Efal mengacak acak rambutnya sendiri dengan kesal. Tidak tau kenapa, setiap ia melewati lorong sekolah teringat pada arwah, selalu arwah.

Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, jika tepat ada di tempat yang gelap akan susah, masalahnya korek apinya jatuh, senternya mati. Pasti akan sulit berjalan lebih cepat.

"Gila, nih sekolah udah kayak rumah horror aja" keluhnya dengan perlahan merambat ke dinding.

Di depan sudah ada cahaya dari lampu penerang. Efal sedikit lega lalu meneruskan langkahnya.

"Woi, siapa lo?" Ada yang meneriakinya dari belakang.

Sontak Efal terkejut karena ada orang yang tau. Dia membalikkan badanya ke belakang, tak berani memandang. Kepalanya tertunduk ke bawah.

"Heh!" Bentaknya tiba tiba.

Seketika Efal terkejut kembali lalu memandang wajah orang itu. "Huaa!!" teriaknya ketakutan, siapa yang tidak takut dan terkejut melihat orang tiba tiba berdiri di depannya sambil mengarahkan senter ke wajahnya, sudah seperti hantu.

Efal segera membalikkan badan dan berlari, sayangnya baju belakangnya ditarik oleh orang tadi.

"Lepasin gue.." Efal memberontak dengan kakinya yang seolah olah berlari, tetapi dirinya masih tetap berdiam ditempat dengan orang yang menahan bajunya dari belakang.

"Heh, ini gue! Arka!"

Kaki Efal seketika berhenti mendengar nama yang tak asing dipikirannya.

"Kayak pernah denger?"

Arka menarik lengan Efal agar behadapan dengannya. "Arka! Arka Ario dari kelas Bravery!" Ucapnya.

Efal menepis tangan Arka. "Oh, gue kira apaan, ngapain lo disini?" tanya nya.

"Lo yang ngapain disini?" Arka bertanya balik.

"G-gue mau ke..ke toilet, iya! Ke toilet" jawab Efal dengan rasa gugup.

"Lah? Di asrama juga ada toilet, ngapain mesti pakai toilet di sekolah?" Tanya Arka.

"Ya..terserah gue" jawab Efal sinis.

"Yaudah serah lo! Gue mau balik ke asrama, ikut nggak? Mumpung gue baik!" Ajak Arka. Efal tak bisa menolak, lalu menerima ajakan Arka.

Sesampainya di asrama, Efal bergegas mencuci muka.
"Cukup nggak ya tidur cuma empat jam? Emang si Efran ada ada aja tuh anak! Tau ah!" Dia menyibakkan selimut ke seluruh tubuhnya dan tidur.

-----
See you next part!

Voment ❤

❝ɢʜᴏꜱᴛ ᴘᴏʀᴛᴀʟ❞ [ᴇɴᴅ] ✔Where stories live. Discover now