Part 38

4K 226 3
                                    

"KAKAKK! CEPETAN TURUN!"
teriakan Rika menggema membuat orang-orang yang ada di rumah itu menggelengkan kepalanya.

"Pantesan anaknya bar-bar. Orang emaknya aja gitu," ucap seorang cowok yang sedang duduk sambil memakan coklat.

Rika melotot. "Onty denger ya!" cowok itu langsung terkekeh mendengar ucapan Rika.

Tak lama orang yang di panggil Rika berjalan menuju meja makan tempat orang-orang sedang berkumpul. "Mamih gak usah teriak. Malu ih sama tetangga," ucap Kara.

"Kenapa malu? Kalo tetangganya anggota Exo baru malu!" Kara mendelik.

Kara menatap orang-orang yang juga sedang menatapnya balik itu dengan senyuman yang mengembang. "Halo semuanya!"



"Halo Tata udah besar ya. Makin cantik," ucap Arinka–Tante Kara. Tata adalah panggilan khusus dari keluarga Kara.


Kara tersenyum menanggapi.
Pandangannya langsung menghunus pada seorang cowok yang sedang memakan sesuatu dengan santainya. Mata Kara memicing. "Ihhh...
Bang–Sat, kenapa makan coklat gue!" Satria yang sedang memakan coklat itu langsung terperanjat kaget ketika mendengar teriakan Kara begitupun orang-orang yang ada di sana.

"Kakak! Kenapa ngomong gitu?! Gak sopan!" tegur Rika.

Kara mengerutkan kening. Gak sopan dari arah mananya coba. Sudah jelas yang tidak sopan itu sepupu laknatnya yang sedang memakan coklat yang pasti itu adalah coklatnya.

"Kamu kalo ngomong jangan kasar. Segala bilang bangsat. Gak baik. Emang Satria ngambil coklat kamu, tapi kan jangan di bilang bangsat juga!''

Tuhkan, sudah Kara duga. Itu pasti coklatnya. "Bangsat? Maksud aku itu Bang–Sat. Bang Satriaaa..." kesal Kara.

"Jangan di singkat gitu dong. Kan jadi galfok!" Kara memutar bola matanya. Emaknya ini lho, kelewat gaul.

Kara berjalan menuju meja makan yang sudah banyak orang di sana. Jadi ini adalah acara keluarga. Berupa makan malam bersama. Disana sudah banyak para Om-Tante beserta anak-anaknnya yang tak lain adalah keponakan dan sepupunya.

Kara berjalan dan duduk tepat di samping Satria. Rasa kesal masih Kara rasakan. Jadi dengan sengaja Kara mencubit keras lengan Satria membuat sang empu mengaduh kesakitan.

''Anjirr sakit bego!" bukannya merasa takut Kara justru tersenyum remeh.

"Aduh sorry. Tadi ada semut!"

Satria tahu sepupunya ini pasti sengaja. "Cih, lagian sejak kapan lo suka coklat? Huh?"

"Sejak kapan itu, not your bussiness!" Satria berdecak.

Mengabaikan Satria, pandangan Kara langsung menatap lurus kedepan. Namun, netranya menangkap seseorang di hadapannya yang sedang tertangkap basah sedang memperhatikannya. Bukan, bukan Juno yang sedang menatapnya malas, tapi orang yang berada di samping Juno yang dengan buru-buru mengalihkan tatapannya pada ponsel saat Kara menatapnya balik.

Kara memicingkan matanya. Sudah lama Kara ingin bertemu dengan orang itu. Seakan tahu Kara tengah menatapnya, orang itu mendongak ragu-ragu.


Saat keduanya saling pandang orang itu mengalihkan pandangan lebih dulu sambil berdehem. Namun, tatapan Kara masih memicing tepat pada orang itu.

"Ga! Bastian belum dateng?" tanya sebuah suara yang Kara tahu itu suara Mamah dari orang yang di sebut Ga. Orang yang sedang memegang ponsel di tangannya, sekaligus orang yang sedari tadi mendapat tatapan memicing dari Kara itu langsung menjawab. "Masih di jalan katanya," Tante Wenda mengangguk menanggapi ucapan anaknya.

My Annoying Boyfriend [END]Where stories live. Discover now