-•16•kantor

5 1 0
                                        

Reyfan menggandeng Fania menuju lift. Ia menekan angka 10 yang berarti ruangan nya berada.  Suasana di lift hanya ada angin lewat, tak ada suara satupun, kecuali suara Adell yang sekarang berada di gendongan Reyfan.

Pintu lift terbuka, menampilkan beberapa ruangan yang hanya dibatasi kaca tembus pandang. karyawan yang bekerja langsung berdiri sebagai rasa hormatnya kepada atasanya. 

Reyfan hanya berjalan tegap menuju ruanganya. Ruanganya berbeda, tidak menggunakan diding kaca tembus pandang, jadi semua orang tak dapat melihat ke dalamnya. 

Terlihat seorang laki-laki berkacamata membuka kan pintu. Sepertinya itu adalah sekertaris pribadi Reyfan. Fania baru tau jika sekertaris pribadi suaminya seorang laki-laki.  Ia kira seorang wanita. 

Mereka masuk kedalam ruangan yang dominan berwarna abu-abu itu. Hanya ada satu meja kerja, sofa, dan beberapa rak buku disana. 

"ngapain kesini?" tanya Reyfan.

"tas kerja kak Reyfan ketinggalan," jawab Fania. 

Reyfan berpikir sebentar. Ia baru ingat bahwa tas kerja yang berisi dokumen-dokumen penting tertinggal di rumahnya. Ia baru saja ingin pulang untuk mengambil tas nya, namun istrinya sudah mengantarkan tas itu. 

"hm," dehem Reyfan.

"yaudah aku sama Adell mau pulang dulu kak. Takut ganggu, dan Pak Anton udah nunggu," jawab Fania takut mengganggu pekerjaan Reyfan. 

"nggak usah," jawab Reyfan kemudian duduk di sofa dengan menggendong Adell.

"Hah?" tanya Fania bingung.

"disini aja," jawab Reyfan singkat. 

Entah mengapa Reyfan tak mengizinkan dua perempuan itu pergi dari ruanganya. Melihat wajah Adell dan menggendong nya, Reyfan tak mau melepaskanya. 

"yaudah duduk!" perintah Reyfan, karena sedari tadi Fania hanya berdiri. 

Fania mulai duduk di sofa kosong lainya. Ia mengamati seluruh ruangan ini, banyak sekali map-map teratur rapi di rak, dan sangat sunyi disini, menambah keheningan didalam ruangan. 

"pwapwa da da (papa kuda-kuda) ," ucap Adell.

Fania kaget dengan apa yang diucapkan oleh Adell. Ia faham apa yang diucapkan Adell, di rumah Reyfan sangat sering bermain kuda-kuda bersama Adell. Namun tak mungkin di kantornya. 

"jangan ya Adell, papa lagi kerja," ucap Fania melihat wajah bingung Reyfan. 

"da da pwapwa (kuda-kuda papa)," rengek Adell lagi. 

"pesawat-pesawat aja ya sayang?" tawar Reyfan. Jika bermain pesawat-pesawatan Reyfan hanya perlu menggendong Adell tinggi-tinggi. 

"da da huwaaaaaaa,"

Ini yang ditakutkan Fania dan Reyfan. Adell menangis dan hanya satu jalan keluarnya, memenuhi permintaanya. Reyfan menghela nafasnya dalam, lagian ini diruang pribadinya tak akan ada yang melihat.

"oke oke, main kuda-kuda," putus Reyfan. Ini juga salahnya tak membiarkan Fania membawa Adell pulang ke rumah. 

Adell di serahkan ke Fania terlebih dahulu, kemudian Reyfan mengubah posisinya menjadi kuda seperti apa yang diinginkan oleh putrinya. Fania sekarang berusaha keras menahan kedutan di bibirnya. Jika dirumah kuda Adell memakai kaos biasa, kali ini kuda Adell memakai jas rapi nya. 

Fania menaikan Adell ke punggung Reyfan. Adell tertawa bahagia dapat bermain dengan sang papa. Untung saja jadwal Reyfan senggang hari ini, jadi ia tak masalah akan pekerjaanya. 
Reyfan mulai merangkak mengelilingi ruangan, tentu Fania juga ikut mengelilingi ruangan kerena ia memengang tubuh Adell agar tak terjatuh. Melihat anaknya bahagia itu sungguh membuat diri Reyfan juga bahagia. Fania tersenyum ketika keluarga kecilnya itu bermain. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My DestinyWhere stories live. Discover now