Bagi Freya, Evan itu bagaikan pelangi di hidupnya. Pelangi yang memiliki tujuh inti warna. Seperti perasaannya pada Evan, nano nano. Lengkap dengan segala emosi yang terkumpul menjadi satu membentuk satu perasaan pasti, Cinta.
°°°°°
Bagi Evan, Freya adalah gadisnya yg memiliki tempat tersendiri dalam hati. Tempat teristimewa di dalam sana yang perlahan semua berubah. Menjadi tempat di mana ia menyimpan sebuah kotak yang ia namakan dengan kenangan.
°°°°°
"Kamu nggak seharusnya ngelakuin ini!"
Wanita di hadapannya menatap tajam sang suami. "Ngelakuin apa? Itu udah perjanjian, memang apa salahnya?"
"Iya, tapi nggak sekarang! Dia masih terlalu kecil. Gimana kalau--AARRGGHH!" pria berusia kepala tiga itu mengusak rambutnya frustasi.
"Apa bedanya. Toh sama saja dia juga akan tumbuh besar. Dia kan anakmu, memangnya kamu nggak mau tinggal bersama anakmu?"
"Terserah!"
Pria tersebut melenggang pergi bersamaan dengan suara tangisan melengking yg terusik berkat suara gaduh dari pertengkaran suami istri tersebut.
Enam tahun berlalu....
Anak laki-laki itu bermain dengan bola sepaknya seorang diri. Menggiring sambil berlari, matanya terus tertuju pada bola yang ada di bawah.
Bugh!
Ia menendang bolanya terlalu kencang hingga mengenai kaki dan menabrak seorang gadis di depannya. Ia terlalu fokus hingga tidak melihat ada seorang gadis kecil yang tengah berdiri membelakangi sambil memakan ice cream cone strawberry.
Keduanya terdiam. Gadis itu memutar tubuhnya menatap sang pemilik bola dengan wajah dan mata memerah berlinang.
Gadis mungil itu menunduk menatap sepasang sepatunya yang kotor, basah dan lengket. Sensasi dingin menembus hingga kakinya yang terbungkus sepatu.
Perlahan isakan terdengar lirih yang berubah menjadi teriakan.
"Huaaaa mama..." kepalanya mendongak, matanya terpejam dengan tetesan ait mata yang lolos dari sela ujung mata.
"Sssttt." anak laki-laki di hadapannya menempelkan telunjuk di bibirnya sendiri, panik. "Jangan nangis, aku nggak sengaja. Nanti aku bakal ganti tapi jangan nangis."
Tangisan gadis dengan dress bermotif bintang tersebut belum terhenti, semakin sesenggukan dan nyaring.
Anak laki-laki tadi masih mencoba meredakan tangis itu. Mengenggam tangan sang gadis.
"Ayo ikut aku. Kita tunggu bunda pulang, nanti kita beli ice cream yg baru. Mau?"
Isakannya mulai terdengar lirih. Ia menghapus air mata dengan punggung tangannya. Kemudian kembali menatap nanar pada ice creamnya yang sudah jatuh dan mencari di atas sepatunya.
Kepalanya terangkat menatap anak laki-laki di hadapannya. Perlahan mengangguk.
Anak itu tersenyum lega. Membungkuk untuk membuang ice cream di sana menjauhkan dari sepatu sang gadis kecil.
Ia berdiri lagi, mengusap tangannya pada baju putih yg ia kenakan, memberikan beberapa noda warna di sana.
Mengulurkan tangan. "Nama aku Evan. Nama kamu siapa?"
Dengan ragu gadis itu menerima uluran tersebut. "Fleya," sahutnya lirih.
"Aku minta maaf, ya. Kamu jangan nangis lagi. Nanti cantiknya hilang."
Evan kini membantu menghapuskan sisa jejak airmata gadis tersebut.
Freya itu malu jika di puji. Jadi ia menundukkan kembali kepalanya.
"Ayo ikut a-" ucapannya terpotong bersamaan dengan suara yg mengudara.
"Freya!"
Freya menoleh cepat ke arah belakang.
***
Buah kelapa
Buah kedondong.
Jangan lupa
Vomment-nya dong 🥰
Melly Goeslaw ramah senyum
Sudah Follow atau belum 😘😘
Apasi aku ini hehee.
Buat kalian kalo ada kritik, saran dan typo yg terlewatkan, kasih tau aku di kolom komentar ya 💕
Thank you so much 😘😘
STAI LEGGENDO
My Aurora
Teen Fiction"kamu tau apa yg lebih indah dari pelangi ?" Gadis di sampingnya menoleh dengan gelengan kepala yg lirih. "Emangnya apa yg lebih indah dari pelangi ?" tanya gadis itu. "Aurora" Keduanya saling bertatapan. Kemudian salah satu tangan mereka saling men...
