PART 1

12.5K 800 48
                                    

Langit kini berwarna sendu, berwarna biru namun tidak pekat, pudar pun tidak. Awan tipis terlihat bergerak, mengikuti arah angin entah kemana yang juga membuat suara gesekan daun yang begitu menenangkan. Disisi timur laskar itu, tampaknya mentari mulai memperlihatkan sedikit jingganya.

Perlahan menyinari sebuah rumah yang terletak didekat hutan besar dekat pegunungan. Gerbangnya berwarna hitam besar, menyusuri pepohonan dengan daun berwarna hijau serta duri yang menghiasi batangnya.

Suara aliran air layaknya sungi bersuara begitu gemercik, bermuara pada sebuah danau dengan air terjun setinggi 300cm dan juga lentera disisinya. Terlihat megah dengan sebuah patung dewa diatasnya.

Sebuah pintu kayu di dua sisi air terjun tampaknya tertutup rapat—Namun, seorang perawat kebun melangkah masuk dan menyusuri sebuah lorong yang juga diterangi oleh lentera, hingga di ujung lorong terlihat setitik cahaya dan memperlihatkan rumah yang begitu megah dengan aksen kayu dan batuan halus sebagai dindingnya.

Jendela besar dengan engsel kayu itu tertutup rapat dengan tirai hitam—Tak lupa tangga mewah berbatu halus yang bermuara pada pintu ganda layaknya negeri dongeng dengan handle bulat seperti anting.

Ruangan itu tak kalah megah dengan aksen kayunya—Hanya saja lebih gelap dibandingkan diluar. Satu lentera disetiap satu ruangan yang menjadi penerang. Terasa aroma manis disetiap kaki yang melangkah dan menginjak lantai kayu berwarna gelap. Hingga, suara halaman buku yang berganti itu terdengar.

Pria itu tampak begitu tenang dengan buku diatas pangkuannya dengan satu kaki yang menumpu pada lutut, serta bokongnya yang mendarat pada sofa hitam besar dikelilingi oleh rak- rak yang dipenuhi oleh buku. Tak ada debu, layaknya buku baru walapun salah satu dari buku itu berasal dari kerajaan Joseon.

Irisnya dengan warna yang berbeda masih terfokus pada setiap paragraf yang diberikan oleh buku. Iris kiri dengan warna abu gelapnya dan iris kanan dengan warna coklat yang cukup terang. Kulitnya berwarna maskulin sedikit pucat dengan rambut blonde yang cukup terang.

Rahang tegasnya kini disentuh oleh jemari panjang beruarat itu, memperlihatkan jika sebuah paragraf disana tak mampu ia mengerti, atau mungkin keseluruhan cerita itu tak ada yang ia mengerti. Bahkan, sesekali tawa sarkas terdengar dari bibir tebal mewahnya.

"Jung Hoseok? Coba katakan padaku—"

Pria berambut blonde itu berucap pada seorang pria yang berdiri layaknya patung didekat pintu kaca besar menuju balkon—Ia hanya memperhatikan dengan rambut hitam yang senada dengan irisnya. Kakinya melangkah mendekat pada meja besar dengan penguasa dibaliknya.

"Apakah cerita ini menurutmu masuk akal?" ucap pria berambut blonde sambil mengangkat buku bacaan yang baru ia dapatkan hari ini. Untuk pertama kalinya, ia membaca cerita dan tak menarik sama sekali.

"Sama seperti yang Anda pikirkan, Tuan Kim"

Pria bermarga Kim itu melemparkan buku bercover hitam dengan gambar tetesan darah disana keatas meja—Tak lupa juga sebuah lukisan yang memperlihatkan seorang pria menggunakan jubah hitam dengan gigi bertaring cukup menyeramkan.

"Cerita vampir ini, tak ada yang benar sama sekali" ucap pria bernama Taehyung dengan rambut blondenya. Punggungnya ia sandarkan begitu nyaman pada setiap bantalan sofa dibaliknya. Ia memperhatikan langit yang mulai cerah dan lentera itu masih menyala.

Jemarinya terangkat, membentuk gerakan untuk mengepal hingga lentera itu padam seluruhnya disetiap ruangan. Taehyung pun menghela nafasnya, memberikan tanda pada pria yang menemaninya untuk pergi.

Mata nya kembali melirik pada buku yang baru saja ia dapatkan, membuatnya kembali tertawa sarkas mengingat apa saja yang ia baca didalamnya. Tunggu, Taehyung dapat mengingat semuanya—Mereka mengatakan jika vampir berasal dari mayat yang terkena penyakit tertentu.

RENASCIDOWhere stories live. Discover now