"Bukan belum move on Rif gue udah ikhlas kok dari waktu itu, gue sedikit trauma aja," suara Michelle memelan. Dia tidak mau penjelasannya tadi melukai hati Rifqi.

"Maaf Chelle," senyum Rifqi langsung memudar begitu saja. Raut wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat.

"Its okay, gue udah sembuh kok," Michelle tersenyum kecut. Entah kenapa kali ini mengangkat kedua sudut bibirnya supaya terbentuk lengkungan di bibirnya sangat sulit untuk dilakukan olehnya. Seolah-olah ada yang menahannya untuk tidak melakukan itu.

"Lo yakin?" Kini Rifqi terlihat sangat khawatir padanya. Padahal hidupnya sudah kembali normal seperti semula saat ini.

Rifqi tidak pernah mendengar akan hal itu dari Rifa. Sahabatnya itu selalu memberikan kabar bahagia mengenai Michelle. Maka dari itu Rifqi kira setelah meninggalkannya, gadis itu tidak melalui masa-masa yang begitu berat. Rifqi kira gadis itu langsung melupakannya begitu saja. Rifqi kira tindakannya tidak begitu menyakiti perasaanya. Dan ternyata semua dugaannya itu salah.

Sebelum Michelle menjawab, ponsel yang Rifqi letakkan di meja yang menjadi pemisah diantara keduanya berbunyi. Dia tahu siapa yang menelepon Rifqi dari layar ponsel itu. Ya! Tunangannya yang saat ini mencoba untuk menghubungi Rifqi. Entah kenapa Michelle sedikit merasa sakit melihatnya. Padahal Michelle tahu pria yang ada di hadapannya ini sudah bertunangan dengan gadis lain. Pria yang sebenarnya masih dia cintai ini sudah menjadi milik orang lain, selamanya.

"Bentar yah Chelle," Rifqi segera meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Di luar dugaannya, lelaki itu pergi meninggalkannya untuk menerima panggilan tersebut. Cukup terlihat jelas bahwa Rifqi tidak mau Michelle mendengar percakapannya bersama Rika, entah alasannya apa.

Sambil menunggu Rifqi datang kembali, Michelle memeriksa sosial medianya melalui ponselnya yang berada di dalam sakunya selama berjam-jam. Michelle juga belum memberi Adi kabar bahwa dirinya saat ini sedang menepi karena kemacetan kota Jakarta.

Melalui ponselnya, Michelle juga memeriksa tugas-tugas yang belum terselesaikan. Michelle sudah mulai mencari-cari artikel di dalam internet yang terpercaya untuk bahan essaynya. Selama menjalani studi di fakultas kedokteran, hidup Michelle menjadi lebih teratur karena kepadatan jadualnya.

Tanpa dia sadari, Rifqi sudah ada di hadapannya lagi. Michelle terlalu fokus hingga orang yang ada dihadapannya saat ini tak sengaja terabaikan. Rifqi sengaja tak bersuara, membiarkan perempuan itu menyelesaikan kesibukannya. Dia tidak menyangka pada faktanya bahwa anak kedokteran itu memang sibuk. Kini Rifqi mulai paham mengapa Michelle tak pernah hadir di acara reuni SMA-nya.

"Eh, sejak kapan lo disini?" Michelle sedikit tersentak melihat Rifqi yang kini sudah ada di hadapannya. Michelle menyadari perubahan ekspresi Rifqi setelah dia menerima panggilan tersebut. Entah apa karena terabaikan oleh dirinya atau ada sesuatu yang tidak beres dalam panggilan tadi.

"Anak FK sesibuk itu yah?" Rifqi mulai mengangkat suaranya kembali. Namun bedanya kini dia terlihat lemas.

"Maaf Rif, gue tadi nyari bahan buat tugas gue sekalian nunggu lo balik," Michelle merasa tidak enak pada lelaki itu. Padahal, dilihat dari sudut pandang manapun Michelle tidak bersalah.

"Iya gak masalah kok," prasangka Michelle meleset. Rifqi tidak mempermasalahkan hal itu. Justru lelaki itu yang jadi merasa tidak enak karena telah mengambil beberapa jam waktu Michelle yang berharga.

"Chelle," panggil Rifqi setelah keduanya terdiam selama beberapa menit.

Michelle kembali menatap Rifqi yang telah memanggilnya barusan.

"Kali ini aja, lo mau ngabulin keinginan gue," waut wajah Rifqi menjadi lebih serius.

Michelle terdiam. Otaknya sibuk menebak-nebak hal yang diinginkan oleh Rifqi.

"Dateng ke nikahan gue ya? Gue pengen liat orang yang gue sayang untuk terakhir kalinya," ucap Rifqi dengan berat hati.

Michelle membeku. Semua tebakannya yang ada di dalam pikirannya meleset. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dan entah mengapa hati Michelle terasa sakit. Rasa sakitnya persis seperti dulu, saat Rifqi mengakhiri semuanya.

Kedua mata gadis itu mulai terasa panas. dadanya terasa sesak. Namun dia masih tetap berusaha untuk bersikap biasa saja. Michelle menarik kedua sudut bibirnya secara paksa sehingga terbentuk lengkungan yang sempurna, "Iya."

***

Vote dan Comment buat next part!

Instagram :

Putrizhr

Chachaii_

Hai semuanya apa kabar! gimana nih sama CLBK part yang ini? semoga gak ngecewain kalian yaa hehehe. Kita coba lagi yaa 1,5 views 300 vote, boleh?

Ohiya buat kalian yang akun IGnya mau di follback sama aku, capture bagian favorit dari cerita CLBK, masukkan ke Snapgram dan jangan lupa tag akuu @putrizhr dan @chachaii_. lima orang pertama yaa!

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Where stories live. Discover now