3

3.3K 316 5
                                    


"Sepertinya anda bukan berasal dari tempat ini nona" ucap lelaki itu yang hanya dibalas gelengan kepala.

"Sebelumnya perkenalkan namaku Alcender Annora, nona bisa memanggil saya pangeran Alcen." Alcen membungkuk memberi hormat. Beneran pangeran dong..batin dalia

"Namaku Dalia Azalea" ucap dalia ikut membungkuk meniru cara Alcen.

"Azalea? Sungguh?" Ulang Alcen sambil seolah mengingat sesuatu lantas menatap dalia intens.

"Rambut bergelombang dan sedikit kecoklatan, mata berwarna hitam pekat, dua tahi lalat di dahi sebelah kiri, kulit putih kekuningan dan tanda lahir di pergelangan tangan sebelah kanan." Alcen mendeskripsikan Dalia detail.

"Elena! Kau sungguh Elena Azalea?!" Ucap Alcen mengejutkan dalia.

"Ikut aku" lanjutnya sambil menarik tangan dalia. Ia bahkan tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan ikut berlari mengikuti Alcen.

###

"Hahaha.. Kau cantik begitu elena.. Aku bersumpah" ucap seseorang tak bisa menahan tawanya ketika melihat wajah elena yang kotor terkena lumpur.

"Haha benar elena kau lebih cantik seperti ini" timpal yang lain sambil memeluk perut masing-masing tak tahan menahan sakit karena terlalu banyak tertawa.

Elena pun merengek sejadi-jadinya

####

Alcen menarik tangan Dalia ke arah dimana kudanya berada.

"Wah.. Baru pertama kali gw liat kuda secantik ini." Puji Dalia tanpa sadar. Alcen hanya tersenyum tipis lantas berjongkok di samping kudanya dengan salah satu kaki naik dan yang satunya bertumpu ke tanah.

"Naik kesini" ucap Alcen sambil menepuk-nepuk pahanya pelan agar menjadi tangga bagi Dalia untuk naik ke atas kuda.

"Wait a minute" ucap dalia kebingungan. Adegan ini persis seperti di drama-drama yang biasa ia tonton di Netflix.

"Ayo.." ucap Alcen lembut kembali menepuk-nepuk pahanya pelan, meminta dalia untuk menjadikan pahanya sebagai pijakan.

" nanti celanamu kotor pangeran Alcen" jawab dalia sekenannya.

"Tidak masalah, aku senang melakukannya." Balas Alcen dengan senyuman mematikannya.

Jiwa dalia meronta-ronta karena love language nya adalah act of service . Bagaimana mungkin hal seperti ini tidak menggoyahkan imannya. Bagaimana dengan kalian?? Hehe..

"Huaa... Ottoke.." batin dalia merengek , entah apa yang harus ia lakukan. Dengan ragu Dalia berjalan ke arah Alcen dan menginjak pahanya agar bisa menaiki kuda.

"Maaf..." ucap dalia sopan.

" sudah ku katakan dengan senang hati aku melakukannya." Balas Alcen lantas menaiki kuda dan duduk di belakang dalia, hanya menyisakan jarak 5 cm dari punggung dalia.

"Pegangan." Titah Alcen pada dalia. Dalia sendiri bingung ia harus berpegangan kemana. Dan akhir nya ia hanya berpegangan pada pedalnya saja.

Kuda pun berlari dengan cepat, ini perdana bagi dalia menunggangi kuda, di tambah ia menunggangi kuda bersama dengan orang yang baru saja ia kenal, ia terlihat seperti wanita murahan saat ini. Refleks dalia menggelengkan kepalanya karena pikirannya sendiri. Tanpa sengaja alcen yang melihat tingkah dalia, membuat alcen mengendalikan kudanya untuk berjalan lebih lambat.

"Kenapa?" Tanya Alcen karena melihat dalia terus saja menggelengkan kepala.

"E-ehh.. Ngg, ga papa?" Dalia merutuki kebodohannya sementara itu Alcen tengah berpikir keras apa yang barusan dalia ucapkan. Bahasa apa itu? Pikir alcen membatin.

"Apa kau ingin buang air, maksudku membuang ampas ?" Tanya alcen polos, membuat dalia setengah mati menahan malu.

" ti-tidak pangeran, la-lanjutkan saja perjalanan dengan cepat seperti tadi" ucap dalia terbata-bata. Bisa-bisanya dalia dikira lagi nahan berak, pikir dalia sambil menahan malu.
Malu bos, depan cogan harus jaga image.

"Ah... Baiklah.." balas Alcen tak ambil pusing lantas kembali mempercepat laju kudanya dengan keadaan wajah dalia yang memerah menahan malu.

"Untung ga ada kaca spion" batin dalia bersyukur.

Hembusan angin menerpa rambut mereka berdua, setelah beberapa lama melewati hutan akhirnya terlihat juga pedesaan yang begitu luas.

Alcen menghentikan kudanya tepat didepan gerbang besar yang masih tertutup. Saat memeriksa siapa yang menunggangi kuda bersama wanita dari arah hutan dan ternyata pangeran Alcen dengan cepat para penjaga langsung membungkuk hormat lantas membukakan pintu gerbang.

Keadaan pedesaaan nya cukup ramai, ralat sangat ramai bahkan kini semua mata tertuju pada mereka berdua, sontak mereka semua membungkuk serempak. Disisi lain membungkuk hormat, banyak pertanyaan siapa yang tengah bersama pangeran Alcen.

Ini kali pertamanya pangeran Alcen mempersilahkan orang lain menunggangi kuda nya, bahkan saudaranya saja tidak diperbolehkan, dan lagi ia menungganginya berdua dengan seorang wanita yang entah siapa dan dari mana asalnya.

Dalia takjub sekaligus malu berada dikeadaan seperti ini, ini benar-benar seperti di novel dan drama-drama. Bahkan bangunan dan suasananya saja benar-benar seperti di dunia mimpi, ya.. Meskipun ia juga bingung sebenarnya ia tengah bermimpi atau ia benar-benar sudah mati.

"Tenang saja, tak usah malu atau takut kau boleh mengangkat wajah mu" bisik alcen pada dalia karena sedari tadi dalia terus menunduk.

Bagaimana tak malu dan takut, ia yang tak pernah terlihat bahkan terlupakan selama ia hidup dan sekarang tiba-tiba saja menjadi sorotan. Apa ga tremor jantung gw. Batin dalia.

jangan lupa vote + komen + follow dan intip IG author

yang penasaran sama bukunya bisa langsung cek shope yaaaa

yang penasaran sama bukunya bisa langsung cek shope yaaaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Where stories live. Discover now