28

768 100 5
                                    

"Aku percaya.." jawab seseorang.

"Karena aku pernah mengalaminya" semua orang terkejut siapa yang tengah berbicara, begitupun dengan dalia karena yang berbicara kali ini adalah seena, anak kedua paman hans.

Dalia terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut seena, ia tak menyangka ada orang yang mengalami hal sama sepertinya, tapi bagaimana caranya ia bisa kembali ketempat asalnya, batin dalia bertanya-tanya.

Orang-orang justru semakin tidak percaya, tapi kali ini seena yang mengatakannya, jika hanya membual, untuk apa ia lakukan agar dalia dapat terbebas sementara ayahnya dipenjara, tapi jika mempercayainya, mereka justru terlihat seperti anak kecil yang mempercayai dongeng mustahil. Kira-kira begitulah pikiran mereka saat ini.

"Hei seena, kenapa sekarang kau ikut jadi bodoh!" Maki calvin pada adik lelakinya itu. Sena tak mengubris ucapan kakanya, ia menatap kearah dalia yang tengah menatapnya juga.

"Sebetulnya, aku pernah bertemu denganmu didunia aslimu" ucap seena kembali membuat dalia dan seisi ruangan  terkejut.

Seseorang tengah sibuk menulis di tengah malam. Ia merenung sambil memikirkan kelanjutan kisah dari novel nya. Ia adalah seorang penulis yang cukup terkenal tapi ia tak menggunakan nama aslinya.
Nama aslinya adalah Viseena, ia sering dipanggil seena.

Tiba-tiba saja ia ingat dengan buku yang ia beli di pasar loak kemarin. Seena mengambil buku tersebut. Bukunya sedikit usang, ia ingat awalnya sang penjual tak memperjualkan buku itu tapi ia memaksa untuk membelinya dengan harga berapa saja, sampai akhirnya penjual itu memberikannya tanpa harus dibayar, tapi ia tetap memberikan uang karna niatnya untuk membeli, bukan merampok.

Ada hal yang memarik dari buku tersebut, entahlah seena merasa begitu. Buku itu seolah punya daya tarik tersendiri baginya. Seena membuka halaman pertamanya.

"Apa kau siap menjadi tokoh utama?" Kurang lebih hanya satu kalimat pertanyaan itu yang berada dihalaman utamanya. Tapi saat seena membuka beberapa lembar kebelakang, ia mengernyit karena tak ada tulisan sama sekali bahkan sampai halaman terakhir.
Meski begitu ia merasa ada yang lain dari buku itu.

Ia tak ambil pusing, lagi pula ini sudah tengah malam dan ia mengantuk, tanpa sadar ia teridur sambil menggenggam erat buku tersebut.

Tak beberapa lama kemudian seena merasa seperti berada ditempat yang sama sekali tak pernah ia kunjungi, padahal ia termasuk orang yang suka bepergian, kurang lebihnya ia tau semua tempat di negaranya, tapi ia rasa ini berbeda.

Seena tersadar tengah berada di suatu ruangan yang begitu banyak orang terutama para pemuda, mereka sibuk dengan benda kotak yang berada dihadapan mereka, persis seperti yang ada dihadapannya.

Benda itu kotak dan begitu terang, seperti ada lampu didalamnya seena kebingungan . Ia melirik kesampingnya tanpa bertanya apa-apa.

Mereka semua menggerakan benda kecil segenggaman tangan, kira-kira ukurannya sebesar tikus. Mereka juga menekan salah satu kotak kecil yang bertuliskan huruf alfabet secara terpisah, seperti huruf 'a'  satu kotak kecil dan disamping kanannya ada huruf 's' yang juga berada di kotak kecil.

Ia mengikuti orang yang berada di sampingnya tapi tak bisa, ia jadi menonton orang disampingnya yang tengah fokus menatap layar yang ada gambar didalamnya, tapi miliknya tidak ada gambar seperti di benda kotak milik orang itu.

Karena ia frustasi tidak bisa melakukan apa-apa akhirnya ia keluar dari tempat itu. Saat ia berada diluar justru lebih terkejut lagi karna melihat benda cukup besar beroda empat dan melaju begitu kencang, ia rasa ia tengah berada di mimpi.

Seena mencubit pipinya sendiri tapi ia merasa kesakitan yang artinya ini bukan mimpi, tapi dimana ini? Batin seena. Ia menyisuri jalanan yang cukup ramai penduduk, semua orang menatapnya entah karena apa.

Ia berhenti sejenak disepan salah satu toko dan mengaca diluarnya, ia melihat tidak ada yang aneh, hanya saja ia melihat model pakaiannya seperti tidak biasa baginya, rambutnya juga terpangkas begitu pendek, padahal ia suka rambut panjang, tapi itu tak mengurangi ketampanannya menurut seena.

Ia terus menyusuri jalan yang dikhususkan bagi seorang pejalan kaki, ia melihat para gadis disini begitu cantik, hanya saja mereka mengenakan pakaian yang seharusnya mereka pakai dirumah, terlalu terbuka menurut seena.

Seena memasuki bangunan besar yang ternyata adalah perpustakaan. Bentuk perpustakaan dimana saja ia rasa sama, hanya saja pengunjungnya lebih banyak.

Ia menghentikan langkahnya tepat dihadapan seorang gadis yang sedang tidak fokus dengan jalannya sehingga mereka berdua bertubrukan.

Ia menatap gadis itu sambil memuji dalan hati, gadis itu begitu cantik menurutnya. Ia mencoba mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri karena hanya gadis itu yang terjatuh.

Gadis itu terus menatapnya sambil terdiam, ia jadi ikut menatap gadis itu. Rambutnya indah, matanya hitam pekat seperti boneka.

"Imut sekali" batin seena.

"Maaf saya lancang, kalau boleh tau nama nona siapa?" Tanya seena karena penasaran, gadis itu sedikit kebingungan, ia jadi berfikir apakah ia tak mengerti bahasaku, tapi tak lama kemudian ia menyebutkan namanya dengan bahasa yang sedikit mirip dengannya. Kalau tidak salah ia menyebut 'dalia'  sambil mengulurkan tangannya.

Seena merasa asing dengan kultur itu, karena didunianya, memperkenalkan diri hanya dengan menyebut nama dan sedikit membungkuk, tapi ini berbeda. Ia pikir disini jika memperkenalkan diri harus sambil mencium tangan, karena untuk apa gadis itu mengulur tangannya, tak mungkin baru berkenalan langsung meminta uang pada lawan bicaranya.

Pada akhirnya ia mencium punggung tangan gadis itu tapi ia menjerit dan membuatnya terkejut. Setelah itu ia kembali kedunianya lagi sambil mengusap dadanya menahan nyeri didaerah jantungnya.

"Bukankah itu novel fiksi dari penulis bernama 'anonymous'? Aresh bertanya setelah seena selesai menceritakan pengalamannya. Ia hafal betul alur dari novel tersebut karena ia terus mengulangnya.

"Ya.. sebetulnya itu bukan novel fiksi, itu adalah kisah asli yang aku alami, karena 'anonymous' itu adalah aku" jawab seena sambil menunjukan buku versi asli dari novel tersebut.Aresh terkejut begitupun dengan dalia dan seisi ruangan.

"Aku tak menggunakan nama penaku dengan nama asli, karena ayah tak pernah mengijinkanaku menjadi seorang penulis" lanjut seena sambil menatap paman hans.

Maaf banyak typo😔

Jangan lupa vote, komen&follow...jangan lupa mampir di ig @callist_ra mari kita berkawannn
#satu kata buat pangeran sbastian=
#satu kata buat pangeran reiga=
#satu kata buat pengeran alcen=
#satu kata buat pangeran aresh=
#satu kata buat seena=

Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Where stories live. Discover now