Part 15

32 4 1
                                    

"Laki-laki kerap menggunakan logika saat mencintai seseorang, berbeda dengan perempuan yang lebih mengutamakan perasaan."

********
Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen

Maaf kalau ada kata yang salah, jangan sungkan tegur dengan sopan, ya^^

********

Keadaan yang sangat dingin membuat siapapun malas beranjak dari kasur dan memilih bersembunyi di balik selimut. Terutama bagi anak sekolahan, hari senin hari yang menyebalkan. Ditambah hujan yang terus-menerus berjatuhan tanpa henti membuat kadar kemalasan mereka bertambah. Berbeda dengan anak sekolahan lainnya, Aileen bahkan sudah berada di sekolah.

Aileen telah duduk di kursinya paling belakang, senyumannya tidak lagi tercipta seperti biasa. Aileen berusaha tegar, tetapi kali ini ia tidak mampu. Sungguh banyak masalah yang menghampirinya. Ingin ia musnahkan semuanya. Aileen merogoh lacinya, tidak ada apapun. Kosong melompong. Tak ada lagi puisi yang terselipkan di mejanya.

"Aileen?"

Suara itu menyadarkan lamunan Aileen, ia melirik ke asal suara sambil tersenyum simpul. Dilihatnya bu Ratih dengan pakaian rapi sambil membawa lembaran kertas. Bu Ratih tidak sendiri, ada sosok laki-laki di belakangnya. Regan, laki-laki itu mengekori bu Ratih sejak tadi.

"Kamu anak yang rajin, hujan-hujan gini udah ada di sekolah," puji bu Ratih, Aileen hanya tersenyum.

"Ibu mau mengatakan apa?" tanya Regan to the point. Ia sekarang fokus menatap lembaran kertas yang dipegang bu Ratih, sama sekali tidak melirik Aileen.

"Jadi, untuk KSK bulan depan Ibu memilih kalian berdua untuk mewakili sekolah," ujar bu Ratih sambil mengelus puncak kepala Aileen dan Regan secara bergantian.

Aileen terkejut, ia tidak menyangka bu Ratih memberikan kepercayaan itu padanya. Regan terlihat biasa saja, ia telah menebak akam dipilih untuk mengikuti KSK. Orang pintar beda.

"Alhamdulillah, Bu."

Aileen mengucapkan rasa syukurnya, sekarang ia harus rajin belajar agar bisa ketingkat selanjutnya.

"Oh, ya Regan. Sesekali setiap hari Sabtu dan Minggu boleh belajar di rumah kamu 'kan? Nanti Aileen dan Ibu bakal ke rumah kamu untuk membimbing kalian," pinta bu Ratih yang mampu membuat Regan terkejut.

"Kenapa nggak di sekolah aja?"

"Maaf, Regan. Kalau ke sekolah kejauhan untuk Ibu, lebih dekat dengan rumah kamu. Mohon maklumi karena Ibu punya bayi, bakal susah kalau ke tempat agak jauh, dia bakal rewel. Ibu hanya punya waktu denganya Sabtu dan Minggu. Lagian petugas di sekolah menutup gerbang sekolah kalau sore, kita latihannya sore dari jam 3. Tapi kalau Regan keberatan nggak apa-apa, kita ubah jadwalnya jadi pagi kalau bisa," jelas bu Ratih.

"Oh, nggak pa-pa, Bu. Di rumah saya aja," tutur Regan. Ia tidak berani menolak bu Ratih apalagi saat mengetahui situasinya.

"Makasih Regan. Aileen hubungi Regan aja kalau tidak tahu rumahnya. Kalian harus akrab dan saling bekerja sama untuk mengharumkan sekolah kita," ujar bu Ratih semangat. Regan dan Aileen hanya tersenyum kaku.

"Ibu tinggalin kalian, ya. Sebentar lagi juga masuk." Bu Ratih segera meninggalkan mereka berdua di kelas yang sepi tak berpenghuni. Maklum, mereka akan datang lebih telat dari biasanya ketika hujan.

"Gue mau minta maaf soal kejadian di RS kemarin," ucap Regan tanpa melirik Aileen.

"Iya," jawab Aileen seadanya. Kak Regan bisa minta maaf sebanyaknya, tapi nggak akan merubah kekecewaan di hati gue.

Lame Girl Where stories live. Discover now