Part 12

27 6 0
                                    

"Baik dan buruknya seorang perempuan bukan tergantung ia memakai jilbab atau tidak. Tentu saja itu merupakan dua hal yang berbeda. Memakai jilbab hukumnya wajib bagi setiap perempuan muslim. Perempuan berjilbab belum tentu baik, tetapi perempuan baik sudah tentu berjilbab."

~Aileen Valeria Meshach~

**********

Jangan lupa vote dan komen
Happy Reading

************

Sebuah Dinding Penghalang

Jarak di antara kita tak sejauh itu
Bisa saja ada suatu ketika kita bertemu
Dengan dinding yang membelenggu
Ada aku di antara bayangan semu

Dinding itu belum juga hilang
Sebuah dinding penghalang
Jiwaku selalu dihadang
Bahkan untuk sekedar berbincang

Janganlah kamu khawatir
Ada surat yang selalu mampir
Di sini aku bersyair
Sampai suatu saat ada temu yang terukir

ReSA

Aileen kembali membaca puisi dari pengirim misterius. Pengagum rahasianya. Puisi-puisinya sungguh indah, ia ingin sekali bertemu dengan pengagum rahasianya dan meminta untuk mengajarkan puisi. Keren, gue ingin belajar puisi. Pasti bagus cerita gue kalau disematkan puisi di dalamnya, batin Aileen.

"Asik banget kayaknya," ujar seorang gadis dengan rambut digerai.

Aileen menghentikan membaca puisi itu, ia menoleh ke arah gadis yang menyapanya. "Erika?"

"Puisi dari Kak Manaf?" Aileen hanya diam sambil tersenyum. Demi apapun Aileen merasa kesal saat puisi itu dikaitkan dengan Manaf. "Merasa senang dengan puisi pemberian Kak Manaf, tapi kok lo malah lebih dekat dengan Kak Regan? Ternyata lo pakai jilbab gini, tapi kelakuan lo nggak jauh dengan perempuan di klub malam. Fuck girl."

"Maksud lo apa, Rik? Nggak biasanya lo gini. Maksud lo bawa-bawa jilbab gue apa?" Untuk pertama kalinya suara Aileen sedikit meninggi. Ia terkenal dengan gadis yang sabar. Tahu saja bagaimana kalau orang sabar bisa terpancing emosi? Berarti hal tersebut sudah kelewatan batas.

"Seharusnya cewek pakai jilban itu alim, tidak ambil laki-laki orang lain 'kan?" Ada pesan tersirat di dalam perkataan Erika yang belum dimengerti Aileen.

"Maaf Erika, menurut gue baik dan buruknya seorang perempuan bukan tergantung ia memakai jilbab atau tidak. Tentu saja itu merupakan dua hal yang berbeda. Memakai jilbab hukumnya wajib bagi setiap perempuan muslim. Perempuan berjilbab belum tentu baik, tetapi perempuan baik sudah tentu berjilbab. Lo Islam, seharusnya paham." Aileen memberikan dakwah, tetapi Erika menganggap perkataan Aileen sebagai sindiran.

"Lo nyindir gue?" Erika memegang dagu Aileen, ia sedikit bebas karena tidak ada penghuni di kelasnya.

Aileen berusaha melepaskan cengkraman tangan Erika di dagunya. "Gue nggak maksud nyindir lo, tetapi menasehati lo. Kita sesama perempuan Islam, sudah seharusnya menasehati dalam kebaikan."

"Basi! Kayak perempuan yang paling salihah aja!" Erika tidak terima apa yang dikatakan Aileen. Sebelum ceramahin gue, ceramahin dulu Ibu lo!

"Istighfar, Erika. Gue emang bukan perempuan salihah seperti Khadijah, Aisyah, Maryam, Fatimah, dan perempuan lainnya. Gue, lo, dan perempuan zaman sekarang hanyalah perempuan akhir zaman. Gue tid—"

"Bilang aja kalau lo mau dipuji-puji. Di sini banyak toh perempuan Islam tidak memakai jilbab, tetapi dia baik kok. Nggak kayak lo yang sok alim!" sela Erika, ia segera pergi dari meja Aileen. "Lo sama aja dengan Ibu lo, mencuri laki-laki orang. Emang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya," gumam Erika.

Lame Girl Where stories live. Discover now